Itu terjadi sekitar dua kali dalam hidupku, ketika aku masih SMP. Saat itu, aku sangat senang bisa hidup sesuka hati tanpa diawasi oleh orang tuaku.
Dan sekarang aku sudah SMA.... kedua orang tua ku sudah lama pergi melakukan perjalanan bisnis sejak aku SMP dan perubahan yang terjadi pada ku sebagai hasilnya kali ini tidak seperti yang pernah aku alami sebelumnya.
Ini adalah peristiwa yang begitu besar sehingga tidak dapat dibandingkan dengan apa yang kualami di masa lalu... mungkin lebih akurat jika aku menggambarkannya seperti itu.
Tak perlu dikatakan penyebabnya adalah fakta bahwa aku memiliki pacar yang sangat cantik bernama Nanami-san.......
Mulai sekarang aku mulai pulang sekolah dengan pacarku, kemudian berpisah dan pulang ke rumah ku sendiri dalam perjalanan.
Itu adalah cara normal untuk pulang dengan pacar.
Itu wajar dimana ada pertemuan di situ ada perpisahan, tidak mungkin orang benar-benar pulang bersama tanpa berpisah di jalan ..
Ini adalah sesuatu yang tidak pernah aku impikan sebelumnya, aku tahu situasi ini tidak umum.
Mulai sekarang, setiap malam aku akan makan malam di rumah Nanami-san dan belajar memasak bersamanya dirumahnya setiap malam.
Setelah selesai berbelanja dengan Nanami, aku pulang ke rumah Nanami-san untuk membantunya menyiapkan makan malam
"Ibu, aku pulang."
"Ojamashimasu"
[Catatan TL : Ojamashimasu diucapkan saat kita memasuki ruangan dengan maksud untuk meminta izin, atau bisa juga saat kita berkunjung ke rumah teman. Pengertian dari ojama shimasu おじゃまします sendiri adalah "permisi, maaf jika saya mengganggu".]
"Ara ara, akhirnya kalian datang juga, kamu tidak perlu begitu sopan seperti itu, aku yakin kamu dapat menemukan sesuatu yang lebih baik untuk dikatakan. Anggap saja rumah sendiri."
Mutsuko-san, yang telah menyambut kami dengan suara "Ara-ara" yang lucu, sedikit memiringkan kepalanya dan tersenyum padaku.
Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan pada awalnya, tetapi ia mengoreksi kata-kata ku saat aku mengucapkan salam.
"Aku pulang…."
"Ya, selamat datang kembali, kalian berdua. Biasakan untuk mengucapkan "Aku pulang." saat kamu kembali ke sini, oke?"
Mutsuko-san menepuk kepalaku setelah mengoreksi kata-kataku.
Sangat memalukan untuk mengatakan "Aku pulang" seperti ini dan meminta mereka mengatakan "Selamat datang kembali” padaku.
Dan saat Mutsuko-san mengatakan itu, aku memperhatikan sesuatu.....
Rasanya seperti sedang berbicara dengan keluargaku sendiri, memasak bersama berdampingan. Seperti inikah rasanya keluarga.
Setelah mengingat ini, ada rasa kebas yang manis di lidahku. Ini pertama kalinya aku mengatakan hal seperti itu setelah sekian lama.
Pada dasarnya, kedua orang tua ku selalu sibuk bekerja, dan aku jarang mengatakan "aku pulang" ketika aku pulang..
Walaupun terkadang aku mengatakan "Aku pulang" kepada orang tuaku yang sudah pulang, itu sudah lama sekali aku tidak mengatakan "Aku pulang"..
Genichiro-san dan Mutsuko-san entah mereka tahu atau tidak, mereka menatapku sambil tersenyum.
Mereka sungguh orang orang yang sangat baik.
"Are?~ Apakah Shahachi sudah pulang?"
Mutsuko-san membelai kepalaku, dan menanyakan sesuatu tentang Shahachi, seolah-olah untuk mengalihkan rasa maluku.
Akhirnya, Mutsuko-san menarik tangannya dari kepalaku..
"Ah, kurasa Sahachi akan terlambat pulang untuk kegiatan klub.. dia adalah anggota klub dansa."
"Oh, klub dansa. Itu hebat, dia pasti pandai menari. Kukira dengan kedatangan ku hari ini aku dapat berbicara dengan Sahachi haha."
Awalnya aku khawatir dia mungkin tidak memiliki kesan yang baik tentangku, tetapi itu hanya kekhawatiranku saja
Matanya sedikit tajam, tapi aku yakin dia gadis yang sangat baik seperti Nanami-san.
Klub dansa… ternyata mereka memiliki klub dansa di sekolah menengah pertama juga, itu sangat keren
Aku tidak pandai menari saat masih SMP dan aku adalah penari yang buruk dikelas.
Aku ingin tahu apakah Nanami adalah penari yang baik juga.
Mungkin aku harus bertanya padanya lain kali
Aku mengambil apa yang telah kami beli dan berjalan ke dapur, lalu meletakkan barang bawaanku.
Setelah meletakkan barang-barang di kulkas, karena aku tidak akan langsung memasak, Nanami-san terus mengembungkan sedikit pipinya.
“Ada apa, Nanami-san..."
"Betsuni!"
Aku tidak ingat mengatakan sesuatu yang aneh….
"Aku akan pergi berganti pakaian dalam waktu 10 ...... tidak, datang ke kamarku dalam 20 menit."
“O-oke….”
"Arāra Nanami ttara. はい(Hai) aku sudah menyiapkan pakaian ganti untuk Youshin.”
Mutsuko memberiku pakaian ganti. .......
Alasan mengapa keluarga Barato memberiku pakaian ganti adalah karena kebaikan Genichiro-san.
Pakaian yang dulu Genichiro-san pakai sebelum menjadi berotot seperti sekarang sangat cocok untukku, jadi aku meminjamnya
Mereka mengatakan akan memberikannya kepadaku, tetapi aku hanya meminjamnya untuk saat ini.
Karena aku akan memasak, aku meminjam celana pendek dan kemeja lengan panjang dan memakainya....... tepat 20 menit kemudian, aku pergi ke kamar Nanami-san.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetuk tiga kali dan mendapatkan persetujuan Nanami-san sebelum memasuki kamarnya.
Aku mengetuk tiga kali sebelum memasuki ruangan, dan setelah Nanami-san memberi izin, aku memasuki ruangan.
Dia mengenakan celana pendek di bawahnya, dan memperlihatkan kakinya yang indah ...... Aku mengalami sedikit masalah untuk melihatnya
Saat aku melihatnya, aku menjadi sangat bersemangat.
"Hmm!"
Itu saja yang Nanami katakan dan memberi isyarat padaku untuk duduk di atas bantal dan kemudian meletakkan kepalanya di pangkuanku dan berkata,
Nanami-san, apakah kamu mencoba membuat ini menjadi hal biasa? Yah ... itu baik untukku juga karena entah bagaimana itu menenangkanku.
Ekspresinya masih cemberut seperti biasanya, tapi suasana hatinya sepertinya mulai membaik setelah naik ke pangkuanku.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Aku berpikir untuk mengelus kepalanya, tapi jika aku melakukan nya tiba-tiba itu malah akan membuatnya sedikit gugup dan takut.
Aku akan membelai kepala nya lain kali
Aku seorang pengecut yang tidak bisa menyentuh kepala gadis itu dengan enteng, jadi untuk saat ini, aku akan membuka mulutku sambil membiarkan diriku melakukan apa yang Nanami-san ingin lakukan..
"Apa yang membuatmu cemberut, Nanami-san....? Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh...?"
"Ummm, entahlah...aku juga merasa sedikit kekanak-kanakan, tapi.... aku akan senang jika kamu mengerti."
"Kekanak-kanakan?*
Aku bertanya-tanya apa itu ....... Aku mencari apa yang ada dalam pikiranku sejak aku sampai di rumah.
Apakah karena Mutsuko-san yang mengelus kepalaku? Tidak, aku tidak yakin tentang itu.
Aku tidak yakin apakah itu karena Nanami-san menggunakannya sebagai bahan untuk menggodakuu,
Satu-satunya hal lain yang kudengar adalah Shahachi tidak pulang dari kegiatan klub.
Aku hanya menyukai tariannya.
Tidak, dia seharusnya senang jika mendengar adiknya dipuji dan tidak boleh merajuk tentang hal itu.
Tapi seingatku, setelah percakapan tentang Shahachi dia mulai cemberut.
"Aku tidak yakin apakah kamu merajuk karena aku menambahkan "Chan" saat memanggil Shahachi?"
Ketika Nanami-san mendengar kata-kataku, pipinya memerah dan dia menganggukkan kepalanya dengan lembut
Sungguh kecemburuan yang manis.
Beberapa orang mungkin berpikir itu menjengkelkan, tapi yang bisa kupikirkan hanyalah betapa lucunya dia seperti itu
Tapi mau bagaimana lagi, rasanya aneh memanggil untuk Nanami-san dengan sebutan "Chan" seperti itu.
Tidak mungkin bagiku untuk memanggil nya seperti itu. Aku tidak yakin bisa melakukannya.
Tampaknya dia sedikit tidak puas dengan itu. ......
Nanami-san tetap diam, tapi… itu membuatku sedikit gelisah,
Ini tidak bagus.
Jadi, aku mendekatkan mulutku ke telinga Nanami yang sedang cemberut, meskipun aku tidak yakin apakah itu akan berpengaruh.
"Nanami-chan tolong jangan marah lagi padaku."
Saat aku mengucapkan kata-kata itu, Nanami berdiri dari lututku seperti mainan pegas dan kepalanya membentur daguku.
Sakit banget.
Aku sangat gugup hingga aku bisa mati …
“Ya Tuhan… Nanami-san, kamu baik baik saja?"
"Youshin, maafkan aku, apa aku menyakitimu? jika kamu memanggil ku berbeda dari biasanya, itu akan membuat jantungku berdebar sangat cepat jika kamu melakukannya begitu tiba tiba...... hatiku dalam masalah…"
Pipi Nanami-san memerah sambil menahan dadanya.
Apa aku sangat mengejutkanmu? Aku tahu aku mengatakannya secara mendadak, tapi aku mungkin melakukan kesalahan dengan mengejutkanmu.
"Haruskah aku berhenti mengatakan nya mulai sekarang?"
"Tidak! Tidak! Katakan lagi!
"Ya Tuhan."
"dame… ka na…"
Nanami-san memiringkan kepalanya, menatapku dan memohon padaku untuk melakukannya sekali lagi.
Sikap itu tidak adil.
Dia tahu aku punya kelemahan untuk itu, aku cukup naif untuk tergoda melakukannya untuknya hanya karena itu.
Bagaimanapun, Nanami-san sangat gembira ketika aku mengatakannya sekali lagi seperti yang diminta.
Itu membuat Nanami sangat bersemangat sampai melompat-lompat di tempat tidurnya.
"Senang rasanya dipanggil sesuatu yang berbeda dari biasanya. Itu membuatku sangat bersemangat."
Pada saat aku tersipu malu, Nanami-san sudah dalam suasana hati yang baik.
Aku senang mendengar bahwa Nanami-san sedang dalam suasana hati yang baik.
"Aku berharap aku bisa memanggil Youshin sesuatu yang berbeda, tapi aku tidak tahu apakah ada cara lain yang baik untuk memanggilmu."
Saat itu, Nanami-san menoleh ke arahku.
Tidak, aku tidak yakin apakah itu sulit bagiku, karena Nanami-san biasanya memanggilku dengan nama depan ku, jadi aku tidak bisa memikirkan apa pun.
Aku mencoba untuk menutupinya dan Nanami-san menatapku seolah mengintip ke dalam mataku.
"Hei apa nama panggilan mu saat kamu masih kecil?"
"Ehh? Keluarga dan kerabatku biasa memanggilku Yo-kun, Yo-chan, atau Yoshi-chan."
"Hē…"
Aku merasa kewalahan ketika dia melakukan kontak mata denganku saat aku menjawabnya.
Nanami-san tidak ingin mengalihkan pandangannya dariku dan mulutnya yang indah tersenyum padaku.
Aku punya firasat buruk soal itu.
Tidak, yang kulakukan hanyalah mengajarinya cara memanggilku dengan manis, sama sekali tidak ada yang buruk dengan itu.
Aku pikir begitu, tak lama setelah itu, Nanami mendekatkan mulutnya ke telingaku dan mengerang sebagai balasan atas apa yang baru saja kukatakan.
Yo-chan!?
Cara dia memanggilku membuat wajahku memanas seketika.
Ada suara merdu yang berbeda dari cara orang tua dan kerabatku memanggilku.
Jika akhir kata dinaikkan dengan nada bertanya, aku bisa membayangkan hatiku yang meleleh disana.
Bukannya aku bisa melihatnya, hanya saja aku merasa seperti itu.
Saat aku melihat kembali ke arah Nanami-san yang terlihat sangat bangga pada dirinya sendiri... tak lama setelah itu aku melihat bahwa dia sedikit malu dan wajahnya mulai memerah.
Bagaimana aku harus mengatakanya.
Ini terlalu merusak seperti yang Nanami katakan. Itu bukan sesuatu yang harus sering digunakan.....
"Itu berbahaya, bukan? Jika kita terlalu banyak memanggil satu sama lain seperti ini, itu akan membuat kita gila"
Nanami-san sepertinya setuju denganku, dan permainan menyenangkan kami untuk mengganti nama berakhir di sini.
Aku tidak bisa melanjutkannya lagi, rasa malu itu terlalu berlebihan.
"Aku sangat malu, haruskah kita pergi kebawah saja?”
"Ya benar.."
Nanami, yang telah pulih dan mendapatkan kembali energinya, setelah menerima begitu siksaan dengan berbagai cara, kami sepakat untuk pergi kebawah bersama dan ada Mutsuko-san yang sudah menunggu kami di sana.....
“Yo-chan, Nanami-chan, sudah waktunya untuk memasak makan malam… Aku datang untuk memanggil kalian, tapi sepertinya kalian sudah siap."
Dengan senyum di wajahnya, Mutsuko-san mengucapkan nama panggilan kami.
Dengan kata-kata ini, pikiran kami dengan cepat ditarik kembali ke kenyataan.
"Apa kau mendengarnya mama?"
"Aduh aduh, aku mendengar semuanya! Aku benar-benar ingin memanggilnya Yo-chan hari ini, Aku ingin tahu seperti apa reaksinya jika aku memanggilnya seperti ini hari ini."
"Mama!"
Nanami-san yang malu berjalan ke dapur mengejar Mutsuko-san.
Apakah... Mutsuko-san mendengarnya juga......? Aku yakin itu akan sulit bagiku untuk menginap dirumah Nanami-san hari ini.
Dengan pandangan jauh di mataku, aku juga berjalan ke dapur.
Paling tidak, aku berdoa agar kejadian hari ini tidak sampai ke orang tua ku.
Saat aku melakukannya, tiba-tiba aku mendengar suara di pintu depan.
"Aku pulang!*
Itu suara Genichiro-san. Aku rasa harus pergi untuk menyapa nya sekarang, aku harus segera bersiap-siap. ....
"Okaerinasai, papa~ terima kasih sudah bekerja keras untuk hari ini."
"Ah~, hari yang melelahkan..... eh......... kāsan? hmm nama panggilan itu… agak"
[Alternatif mimin bingung nerjemahinnya ke Bahasa Indonesia "kyō mo tsukare…… tte……… kāsan? Ano, sono yobikata wa… chotto…"]
Aku tidak yakin apakah ini waktu yang tepat untuk menyapanya sekarang. aku bisa mendengar suara Genichiro-san kebingungan disana dari kejauhan.
"Ara~, kāsan? Sabishī wa~a(Aku sedih). ...... Yah, kurasa itu wajar aku seorang wanita tua sekarang, dan kamu tidak memanggilku seperti dulu lagi.”
Kupikir dia sedang mempermainkanku, tapi Mutsuko-san terdengar kecewa dari lubuk hatinya.
Mungkin aku sudah menjadi lelucon keluarga hari ini…
Jika itu masalahnya, tolong biarkan Genichiro-san untuk mempersiapkan pikirannya dulu, ini terlalu terburu-buru.
Untuk beberapa saat, aku tidak bisa mendengar suara-suara dari ambang pintu dan kemudian menjadi sunyi.
Aku tidak bisa bergerak, yang bisa kulakukan hanyalah menunggu mereka berbicara.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara Genichiro-san yang tenang namun lembut.
"Mama….aku pulang!! Kamu masih cantik sama seperti dulu."
“Papa!?"
Aku bisa mendengar suara Mutsuko-san, tergerak oleh kata-kata dan perbuatan Genichiro
"Bisakah aku pergi sekarang? m-maksudku, kenapa kalian saling menggoda di depanku sekarang?"
Saat aku sedang dalam perjalanan ke dapur aku mendengar suara Shahachi-chan disana.
Sepertinya Genichiro-san pergi untuk menjemput Shahachi-chan malam ini.
"Ya ampun, aku tidak menyadari Shahachi-chan ada disana, Aku akan memberitahumu alasannya nanti ya~"
"Ah... Aku pasti akan mendapatkan pacar juga! Aku pasti akan mendapatkan pacar yang tampan dan baik hati juga."
Kata-kata Mutsuko yang menyesatkan membuat Shahachi sangat bersemangat dan dia sepertinya telah membuat keputusan tegas untuk mendapatkan pacar.
Tidak apa-apa untuk mengambil keputusan, tapi Mutsuko-san, tolong jangan beri tahu hal itu pada Shahachi-chan....
Aku tidak yakin berapa banyak anak SMA zaman sekarang yang bisa memasak hari ini, sayangnya, aku adalah salah satu dari anak SMA yang tidak bisa memasak.
Daripada "tidak bisa", akan lebih tepat untuk mengatakan bahwa "aku jarang memasak" Meskipun aku telah melakukan nya di sekolah, tapi hanya sejauh itu keterampilanku, selain itu, aku tidak bisa melakukan apa-apa.
Karena aku selalu makan masakan yang ibu atau ayah ku masak untukku di rumah...... jadi aku tidak pernah mencoba sekalipun untuk memasak sendiri dirumah.
Tentu saja, aku berterima kasih kepada orang tua ku atas makanan yang mereka masak untukku. Bagi ku memasak pada dasarnya sebatas orang lain akan memasak untukmu.
Aku tidak memiliki kata-kata untuk diucapkan sebagai balasan jika aku seseorang mengatakan padaku bahwa aku terlalu dimanjakan, tetapi begitulah yang kurasakan.
Bahkan ketika aku sendirian tanpa kedua orang tuaku, ada banyak cara untuk menikmati makanan di dunia, seperti membeli makanan siap saji, makan di luar, toko serba ada, dan mie cup… jadi tidak perlu memasak sendiri.
Jika itu merepotkan, tidak akan masalah jika melewatkan satu kali makan, bahkan jika kamu melewatkan satu kali makan, kamu tidak akan mati karena itu.
Itu yang yang biasa aku pikirkan di masa lalu.
Aku berpikir seperti di masa lampau. Alasan mengapa itu menjadi bentuk lampau adalah karena gadis di depan ku saat ini.
"Youshin, coba tebak apa yang akan kita buat hari ini."
"Etto.. aku lihat dulu apa yang baru saja kita beli… hidangan utamanya adalah tahu mapo... dan salad tomat, kubis dan akar teratai… wortel dan daun bawang. Eee kita akan membuat sup miso bukan?"
"Ya, benar. Ayo kita buat."
Nanami-san yang memakai celemek tersenyum di depanku..
Dia memakai celana pendek yang memperlihatkan kakinya beberapa saat yang lalu, tapi sebelum aku menyadarinya, dia telah mengganti celananya menjadi celana panjang yang menutupi seluruh kakinya karena dia harus memasak..
Hmm, tapi kalau mau pakai celemek lebih pas, karena akan lebih aman jika terjadi keadaan darurat.
Dia mengenakan celemek pink dan aku meminjam celemek biru.
Warnanya berbeda, tapi desainnya sama, membuat kami terlihat seperti berpasangan dan aku sadar akan hal itu....... tapi aku mencoba untuk tidak memikirkannya sekarang karena aku akan berkonsentrasi pada latihan memasaku malam ini
Aku sudah berusaha untuk tidak memikirkannya...
"Celemek yang serasi, rasanya benar-benar seperti pengantin baru, bukan?"
Mutsuko-san, yang menatap kami dari kejauhan, dengan santai mengatakan sesuatu yang secara sadar tidak coba aku katakan. Aku bertanya-tanya apakah orang dewasa di sekitarmu dapat membaca pikiranku.
"Ya, ya, bu jangan mengolok-olok aku sekarang. Aku sedang memegang pisau sekarang, kami akan melakukan nya dengan serius."
"Aduh, aduh, aku tahu. Jika kamu mulai memasak sekarang, aku tidak akan menertawakanmu."
Nanami yang memprotes juga sedikit tersipu, menunjukkan bahwa dia telah mendengar kata "pengantin baru" juga.
"Nanami-sanan, apakah kamu yakin tentang ini?"
Aku melihat ke bawah pada paket persegi di depanku. Bungkusan itu adalah bumbu masakan utama sup tahu, makanan utama makan malam hari ini. Hanya dengan mencampurkan tahu dan daging cincang, kamu sudah bisa buat makanan Cina otentik......
"Apakah ada yang aneh dengan itu? Aku pikir aku sudah membeli semua bahan yang kita butuhkan....."
"Tidak ketika aku memikirkan sup miso, aku memikirkan kecap, kaldu ayam, arak beras, dan sebagainya, aku pikir kamu akan menggunakan bahan - bahan itu."
Semua ini hanyalah daftar bumbu yang aku pelajari dari buku komik dan internet, bukan karena aku jago memasak,
Mendengar ucapanku, Nanami-san menatapku dengan mata yang ramah, aku ingin tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Itu mirip dengan cara orang tua ku melihat ku ketika aku masih kecil saat aku menjadi sedikit sombong.
Ah ... aku pasti mengatakan sesuatu yang salah, bukan?
Nanami-san menatapku dengan ramah dan mengangkat kacamatanya, kemudian dia perlahan membuka mulutnya.
"Youshin, kamu masih pemula dalam memasak bukan? aku ingin kamu berpikir bahwa memasak itu menyenangkan, daripada mencoba sesuatu yang serius dan gagal, dan kemudian berpikir bahwa memasak itu sulit dan tidak menyenangkan."
"Ehh?"
Entah bagaimana, sesuatu seperti permainan kecil yang aneh tiba-tiba dimulai.
Tidak, komentar Nanami-san agak aneh... Ini seperti sandiwara, tapi memang begitu.
Nadanya lembut, seperti bercerita pada anak kecil, seperti berdebat..
Ada apa denganmu Nanami-san? Apakah kepribadianmu berubah saat sedang memasak?
"Aku pikir karena kamu masih pemula kamu ingin mencoba hal-hal yang lebih rumit. Itu sebabnya aku mencoba untuk memudahkanmu mempelajari betapa asyiknya memasak. Jadi ayok buat yang sederhana dulu, mari kita membuatnya dengan sensei."
Ah, begitukah Nanami-san berperan sebagai guru karena aku sedang diajar.
Itu sebabnya dia sangat sopan sejak awal, seolah-olah dia adalah seorang guru.
"Kamu sangat bersemangat, Nanami-san!"
Yah, karena itu lucu, aku juga harus ikut, kan?
"Ya, Nanami-sensei. Aku berharap dapat bekerja sama denganmu."
Aku membungkuk padanya dengan postur yang sangat bagus yang mana aku tidak pernah melakukan ini bahkan di sekolah pun, dan Nanami-san tampak puas dengan wajahnya yang sombong.
Wajah itu sangat imut dengan ekspresi sombong di wajah nya, tetapi aku akan membicarakan hal itu setelah selesai memasak.
"Kakakku selalu terlihat senang setiap kali membuatkan makan siang untuk kakak ipar, kelihatannya seru, bolehkah aku ikut membantu?"
"Shahachi?"
Aku tersenyum ketika mendengar informasi tak terduga ini darinya.
Tidak, tidak, tidak, tidak. Itu terlalu berbahaya. Aku harus berkonsentrasi pada memasak sekarang. Aku akan menggunakan api dan pisau. Jika aku tidak hati-hati, aku bisa terluka.
Meskipun aku masih pemula, aku menyadari hal ini.
Mutsuko-san, yang mengarahkan ponselnya ke arah kami, tersenyum dan berkata
"Cerita yang baru saja ia ceritakan padamu adalah tentang Nanami saat masih kecil, kamu tahu? Saat Nanami masih SD, dia mencoba memasak hidangan yang sulit untuk pertama kalinya dan gagal, dan dia merajuk setelah itu..... "
Mendengar satu kata itu, Nanami-san membeku dengan ekspresi sombong di wajahnya.
"Aku punya gambarnya, aku akan menunjukkannya kepadamu nanti... "
Itu sangat spesifik dan terdengar menyakinkan, ternyata itu adalah pengalamannya sendiri.
Nanami-san membeku dan tersipu dengan ekspresi puas di wajahnya, Mutsuko sepertinya juga merekam adegan itu di ponselnya.
Aku akan memintanya untuk menunjukkan foto-foto itu nanti.
"Ya Tuhan, bisakah kalian diam! Youshin tolong kupas ini."
Sepertinya permainan guru sudah selesai dan Nanami beralih ke sikapnya yang biasa.
Nanami-san menggunakan pisau dapur... dan aku mengupas kulitnya dengan peeler yang dia berikan padaku.
Aku merasa sedikit malu, karena masih pemula dalam memasak dan tidak begitu terampil, jadi aku tidak berguna disini.
Aku berjuang bahkan untuk mengupas kulit dengan pengupas.
Ini seperti bermain game. Aku akan mencoba yang terbaik untuk mengupas wortel dengan alat pengupas yang Nanami-san berikan padaku.
"Ni-chan, itu berbahaya jika kamu memegangnya seperti itu, sini berikan padaku."
"Apa itu Shahachi-san?"
"Shahachi-san ..."
Shahachi tertawa terbahak-bahak saat aku memanggilnya. Apa aku mengatakan sesuatu yang lucu?
"Kenapa kamu tiba-tiba memanggilku "san"? Ini terlalu tidak terduga dan lucu…"
Bahu Shahachi gemetar. Aku tidak tahu apa yang membuatnya lucu........ apakah aku sekolot itu untuknya?
"Tidak, Nanami tidak akan senang jika aku memanggilmu chan, jadi aku mengubah caraku memanggilmu.'
"Uwaa, kakak ku kekanak-kanakan sekali. Ada apa dengan kecemburuan yang lucu itu?"
Sahachi-chan punya kesan yang sama denganku, tapi suaranya terheran-heran..
Nanami-san diam-diam memotong sayuran, tetapi jika kamu memperhatikanya lebih dekat, kamu dapat melihat bahwa telinganya sedikit memerah.
Aku baru saja membicarakanya, aku seharusnya tidak membicarakanya disini… Apa yang harus aku lakukan?
"Rasanya aneh dipanggil "san" oleh orang yang lebih tua dariku. Ah tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa kamu aneh, ni-chan."
Aku melirik Nanami di sebelahku. Nanami membuka mulutnya dengan senyum pahit, dan menghela nafas sedikit..
"Oke, bahkan jika kamu memanggil Sahachi," Sahachi-chan". Itu tidak berarti Yoshin akan terpengaruh. "
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, aku ingin bertanya apakah kamu tidak suka dipanggil "kakak ipar"?"
Aku memutar mataku pada pertanyaan asing ini Nanami menghentikan tangannya dan memiringkan kepalanya.
"Aku tidak keberatan, tapi ... mengapa …?
Sahachi memiliki senyum menggoda di wajahnya.
"Aku memanggilmu kakak ipar dengan asumsi bahwa aku akan menjadi adik iparmu setelah kalian berdua menikah nanti. Karena itu aku bertanya-tanya apakah kamu tidak merasa itu terlalu berat untuk mu."
Aku bisa merasakan wajah Nanami-san memerah disampingku. Shahachi-san mengatakan itu sambil tertawa bahagia.
Tapi aku tidak merasa buruk.
"Karena kakakku tidak pandai bergaul dengan laki-laki.… aku pikir dia mungkin merasa sedikit tertekan karena dia telah melaui begitu banyak...... hal-hal berat sendirian."
Dia adalah siswi sekolah menengah pertama yang sangat pemberani untuk mengatakan ini padaku. Tapi kata-kata itu terasa seperti sedang mencoba untuk menjelajahi suatu tempat, tempat terdalam lubuk hatiku daripada mengolok-olokku.
Nanami-san sepertinya tidak bisa berkata apa-apa sekarang, tapi aku bisa melihat bahwa dia menatapku dengan sedikit gelisah sekarang.
Aku bertanya-tanya apakah Shahachi sedang menguji ku sekarang....... Aku tidak yakin apakah dia sedang menguji ku atau tidak.
"Aku tahu bahwa Nanami-san tidak baik dengan laki-laki dan aku pikir itu adalah hal yang buruk jika aku memaksanya untuk melakukan apa pun untuk ku."
"Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak, aku yakin anak laki-laki di kelas nya selalu membicarakan payudara dan pantatnya."
"Yah, itu hanya masalah puber bukan? Aku juga sedang dalam masa pubertas. Namun aku harap Nanami tidak mengkhawatirkan itu, yang terpenting bagiku adalah perasaan Nanami."
Ini adalah perasaan jujujurku, yang terpenting adalah aku harus bisa melihat perbedaan antara keduanya.
"Aku pikir aku bisa mengerti mengapa kakak ku menyatakan perasaannya kepada nii-chan"
Sepertinya dia menafsirkannya dengan baik. Tidak, ini adalah permainan hukuman, alasan mengapa dia mengaku padaku.
Tapi itulah kenapa aku ingin menjaga Nanami-san karena aku tahu itu.
Aku meliriknya ke samping dan melihat ......
Sementara aku berjuang dengan satu wortel, Nanami-san dengan cepat menyelesaikan persiapan pekerjaannya sendiri.
Dia kemudian menatapku seolah dia terkesan.
Selama aku sedang bicara dengan Shahachi-chan dia hampir menyelesaikan semua pekerjaannya ketika aku sedang berjuang mati-matian mengupas wortel dengan alat pengupas, Nanami dengan cekatan mengupas akarnya dengan pisau dapur, dalam sekejap mata, kulitnya sudah dibuang dan akar teratai dipotong tipis-tipis.
Mau tak mau aku terpesona dengan cara Nanami-san memasak.
Sungguh menakjubkan..... melihat begitu cekatannya Nanami-san mengupas sesuatu yang begitu keras yang hanya dapat dikupas dengan pisau dapur saja.......
Irisan irisan memiliki ketebalan yang konstan dan setidaknya terlihat akurat di mata aku..
Bahkan dengan pengupasku, aku butuh sedikit waktu untuk mengupas kulitnya. Tidak, itu sangat sulit untuk mengupasnya. Wortel di tanganku juga sepertinya terlalu keras untuk dikupas.
"Oh, Youshin... itu tidak baik."
Nanami-san yang melihatku berjuang dengan wortel yang sama ditanganku, menyingkirkan pisau yang ia pegang dan berdiri di belakang ku.
"Aku tidak tahu apakah kamu belum terbiasa menggunakan pengupas, tetapi akan lebih baik untuk meletakkan wortel di talenan dan mengupasnya seperti ini."
Dia meraih kedua tanganku dari belakang dan menunjukkan cara menggunakan pengupas wortel.
Nanami-san menggengam kedua tanganku dan mengoreksi postur tubuhku dan caraku memegangnya... mau tidak mau, tubuhnya melekat erat pada tanganku.
Aku merasakan sensasi yang hangat di punggungku, oh tidak, sekarang aku hanya harus berkonsentrasi memasak.
Yang paling penting untuk diingat adalah kamu tidak perlu takut dengan pengupas kulit wortel.
"Dengar, Itu akan memudahkan mu jika kamu melakukanya seperti ini, dan itu tidak berbahaya.”
Akhirnya aku bisa mengupas wortel dengan cepat.
Begitu ya, ini tentu stabil dan tidak membutuhkan banyak tenaga, tapi ..... kehangatan Nanami-san di punggungku sangat menggangguku.
Tidakkah kamu terlalu lengket padaku Nanami-san?
Dan kemudian, saat aku selesai mengupas satu wortel… dia tetap menempel sempurna di punggungku, dan mengajariku sepanjang waktu.
"Lihat, itu cukup mudah, bukan? kamu harus berhati-hati dengan bilahnya, itu lumayan tajam, tetapi aku pikir kamu akan menguasainya. Lama lama kamu pasti bisa mengupas wortel ini dengan pisau."
Nanami meninggalkanku dan mendesakku untuk mengambil pisau dapur yang baru saja ia gunakan. Perasaan bahagia itu menghilang...... Tidak, singkirkan gangguan itu. Sekarang memasak sedang berlangsung.
Memotong dengan pisau...... sedikit menegangkan. Tap...... itu juga latihan. Mari kita coba.
"Aku akan mencobanya Bagaimana aku harus memotongnya?"
"Aku biasanya memotongnya menjadi potongan tipis.... tapi itu mungkin akan sulit untukmu, jadi mari kita potong kecil kecil saja."
Aku mengambil pisau yang diberikan Nanami-san kepadaku.
Penyebutan pisau dapur saja sudah membuat ku tegang.
"Ah Youshin. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kepalkan tanganmu seperti nyanko(kucing)"
"Nyanko?"
Aku sangat terkejut dengan kata ini sehingga aku hanya bisa mengeluarkan suara yang aneh
Nanami-san mengepalkan tanganya seperti kucing,
Dia menggerakkan pergelangan tangannya seperti kucing, dan bertingkah seperti seekor kucing.
Bagaimanapun, aku akan mencoba untuk meniru posenya.
Saat aku melihat Nanami-san untuk melihat apakah postur ku sudah benar, dia tersenyum padaku. Kemudian, dia membawa tangan berbentuk kucingnya ke sisi wajahnya dan menggerakkan pergelangan tangannya.
"Ya seperti itu, tapi kayaknya masih ada yang kurang."
Nanami-san berjalan ke belakangku dan meraih tanganku, untuk memperbaiki postur tubuh dan kakiku. Dan kemudian, sambil memegang kedua tanganku erat-erat, dia dengan ringan menarik pisauku.
Aku bertanya-tanya apakah benar seperti ini... tetapi aku mendengar kata kata yang masuk akal dari tempat yang tidak terduga.
"Tidakkah kamu terlalu menekan punggungnya dengan dadamu, Nee-chan?.."
Nanami-san terkejut dan dengan cepat menjauh dariku, aku tidak yakin apakah dia menyadarinya, tanganku tergelincir dan ujung pisau menyayat jari telunjuk ku sedikit, tetapi itu tidak terlalu parah.
"Ya Tuhan. "
Mutsuko-san, yang mengarahkan ponselnya ke adegan memasak kami, buru-buru meletakkan ponselnya dan berdiri.
Darah mengucur dari jariku yang sedikit terluka.. Sedikit sakit, tapi bukan luka yang parah
Tapi tidak baik jika dibiarkan seperti ini... Aku harus menghentikan pendarahan ini dengan sesuatu.
Aku meletakkan pisau di talenan dan melihat ke atas untuk melihat apakah aku bisa menemukan sesuatu untuk menghentikan pendarahan di tanganku, dan mataku bertemu dengan Mutsuko-san yang memegang kotak penyelamat.
Lalu Nanami-san mengambil tindakan yang sulit dipercaya.
"Youshin! Apakah kamu baik-baik saja?
Nanami-san meraih tanganku dan memasukkan jari telunjuk ku yang terluka ke dalam mulutnya dengan cepat.
Sebelum aku menyadarinya, Mutsuko-san, yang seharusnya memegang kotak P3K, telah mengambil kembali ponselnya, dan pikiranku mulai kewalahan
"Oi, oi, oi. Apa yang kamu lakukan, Nanami-san?"
Nanami-san juga terkejut oleh tindakannya sendiri, dan matanya terbelalak kaget saat menggigit jariku, tak lama setelah ia melihat ku pipinya perlahan mulai memerah.
Kehangatan dan suara mulutnya di ujung jariku mencapai telingaku.
"Mmm, hm, mmm…"
Dia sedang mencoba mengucapkan sesuatu yang tidak jelas saat matanya bertemu dengan mataku.
Tapi setiap kali dia mencoba untuk berbicara, aku tidak bisa menahan perasaan bahwa dia setiap kali dia mencoba untuk berbicara, lidahnya bergerak sedikit dan membelai jari telunjukku.
Ini ... ini buruk. ......
"Ya ampun. Lukanya lebih baik diobati saja, aku pikir akan lebih baik jika Nanami yang melakukannya."
Mutsuko-san, memegang kotak P3K lagi sambil mengangkat ponselnya dan menyerahkannya kepada Nanami-san.
"Maaf, aku hanya panik…."
"Ah, ya ... tidak ... apa - apa.... Terima kasih ......."
Kenapa aku malah bilang terima kasih?
"Karena jari Youshin berdarah, jadi secara reflek melakukanya dan bermaksud untuk mengobatinya... tetapi setiap kali aku mencoba untuk berbicara, lidahku akan mengenai jari Youshin, dia akan bereaksi dan aku menikmatinya!"
"Tunggu, tenanglah, Nanami-san."
Meskipun wajahnya memerah, dia mengeluarkan larutan antiseptik dan plester dari kotak P3K yang ia terima dari Mutsuko-san dan mengobati luka di jariku..
Sensasi ......bibir Nanami-san masih terasa di jari telunjukku saat dia mengisapnya ke dalam mulutnya.
Pipiku yang memerah tampaknya belum bisa mereda sama sekali.
"Lagipula! Shahachi! Kamu mengatakan sesuatu yang aneh dan berbahaya ketika kami sedang memegang pisau."
Nanami mengatakan sesuatu yang masuk akal untuk menutupi rasa malunya, dan kemudian dia marah pada Shahachi.
"Maaf.. aku tahu apa yang aku katakan barusan sedikit keterlaluan... maafkan aku..."
Aku merasa sedih sehingga aku merasa lebih sakit ketika aku melihat wajah Shahachi-chan yang pucat.
"Maaf aku ni-chan...."
Nanami marah, tetapi kata-katanya membuat Shahachi semakin mengecil.
Aku belum pernah melihat Nanami marah sebelumnya, ini adalah pertama kalinya aku melihat Nanami-san marah dan aku tidak yakin apa yang harus kulakukan dengan itu. Tapi ...
"Shahachi juga sudah meminta maaf. Tidak apa-apa karena Nanami-san sudah mengobati ku"
"Tapi itu sakit kan?”
"Hanya sedikit. Tapi kali ini aku baik-baik saja."
Sebenarnya itu hanya luka kecil, jadi itu bukan masalah besar. Selain itu ...
"Aku suka Nanami yang tersenyum, jadi jika dia melakukan sesuatu yang salah, aku harap kamu akan memaafkannya jika dia merasa menyesal."
Dia terdiam mendengar kata-kata itu. Kurasa tidak adil bagiku untuk mengatakan ini. Tapi memaafkan adalah hal yang penting.
"Mungkin aku bereaksi terlalu berlebihan. Maaf."
"Tidak, itu salahku. Maafkan aku, kak, dan aku juga minta maaf padamu ni-chan."
"Haha kamu bisa memanggilku kakak ipar jika kamu mau, aku tidak keberatan."
Masalah sudah selesai, senyum Nanami-sani dan Shahachi sudah kembali, meskipun sedikit canggung
Sekarang pikiran ku mulai tenang, mari kita lanjutkan memasak. Tepat ketika aku memikirkan itu.
Aku memperhatikan Mutsuko-san yang tetap diam.
Dia masih mengarahkan ponselnya ke kami.
Awalnya aku pikir dia sedang memotret kami, tapi aku tidak mendengar satu suara pun dari kameranya.
"Um ...... Mutsuko-san, apa yang sedang kamu lakukan dengan ponselmu?"
"Oh, ini? Ini laporan untuk ayah dan ibumu…. dan mungkin beberapa bahan untuk video pernikahan kalian... "
"Tunggu sebentar! Mama!"
Nanami juga memprotes, tapi Mutsuko-san sepertinya sedang bersenang-senang.
"Aku tahu kamu sedang merekam video Mutsuko-san…"
"Aku minta maaf soal itu, Youshin-kun"
"Tidak apa-apa, aku tidak keberatan."
"Aku yakin kamu akan menjadi ayah yang baik untuk anak anak mu nanti, caramu memperlakukan Shahachi barusan sangat dewasa."
"Kamu merekamnya juga? Aku ingin bagian itu dihapus."
Nanami semakin protes ketika dia mendengar itu, namun itu malah membuat Mutsuko-san semakin bersemangat dan menikmati reaksinya.
"Aku yakin ini akan menjadi kenangan yang baik untukmu."
Aku bergumam pada diriku sendiri saat aku melihat ujung jariku yang sudah diobati oleh Nanami-san
"Ah~ aku makan terlalu banyak malam ini."
Aku pernah mendengar mitos "Kamu akan menjadi sapi jika kamu berbaring setelah makan" aku tidak tahu darimana cerita ini berasal dan mengapa harus sapi?
Setelah melihat Nanami berbaring di tempat tidurnya, aku rasa dia tidak akan menjadi sapi.
Tapi tetap saja, Mutsuko-san adalah masalah bagiku.
Aku tidak pernah berpikir dia akan menunjukkan kepada semua orang video kami memasak....... Aku ingin tahu apakah dia sedang bersenang-senang menonton semua video itu sekarang ....
Saat aku tenggelam dalam pikiranku, aku menyadarinya, Nanami-san telah mengganti pakaian nya dan berbaring dikasur dengan celana pendek. Dia melakukannya dengan sangat cepat dan membuatku sedikit malu.
"Makan malam yang kita buat hari ini sangat enak, bukan?"
"Ya, kita memasak cukup banyak malam ini, tapi itu enak"
Kami berbagi kesan kami tentang sup miso yang kami buat bersama malam. Aku merasa lega setelah mendengar semua orang mengatakan bahwa itu enak, tetapi aku juga merasa bahwa itu sedikit terlalu pedas.
Nanami-san perlahan mengangkat bagian atas tubuhnya, membuka mulutnya sedikit, dan menjulurkan lidahnya.
"Lidahku masih merasa sedikit geli. Hei, apakah lidahku sedikit merah?"
Dia menggerakkan lidahnya secara vertikal ke atas dan bawah dan ke kiri ke kanan, lidah itu menyentuh jariku....
Oh, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.... jangan berpikir sesuatu yang aneh.
"Apakah lidahmu kesemutan juga? Tunjukan lidahmu.”
Dia mencondongkan tubuh ke depan dan mendekati bibirku.
Ketika aku cukup dekat untuk menyentuhnya, dia menjauh sedikit dariku, menunggu aku melakukan sesuatu.
Nanami-san meletakkan tangannya di antara kedua kakinya di tempat tidur dan menggerakkannya ke depan dan ke belakang, seolah olah dia menungguku untuk menjulurkan lidahku.
Aku menyerah dan menjulurkan lidahku dan Nanami tampak senang saat memeriksa lidah ku.
Ia tidak menyentuhnya.
Ia hanya melihatnya.
Aku heran kenapa aku begitu malu hanya untuk melihat lidah satu sama lain.
"Lidah Youshin juga tidak berubah menjadi merah, itu aneh"
Akhirnya, Nanami-san puas dan menarik diri dariku dan berbaring di tempat tidur lagi.
Ia tertawa, tetapi aku menahan mulutku dan berjuang melawan rasa maluku dengan putus asa.
Aku duduk kembali di atas bantal dan merasa lelah.
Aku sangat malu sehingga aku mengalihkan pandanganku dari Nanami.
"Hei, kenapa kamu tidak datang ke sini dan berbaring denganku, Youshin?"
"Itu tidak baik, Nanami-san"
Nanami-san mengepakkan kakinya sambil mengubur wajahnya di bantal dan tertawa senang.
"Begitu ya... aku yakin kamu tidak akan tahan jika berbaring denganku disini... "
Nanami-san hanya menggumamkan sesuatu padaku sebagai tanggapan atas kata-kataku..
Keheningan di antara kami segera muncul dan hanya suara kepakan kaki Nanami-san yang bisa terdengar di ruangan itu.
Keheningan di antara kami bukanlah keheningan yang canggung, melainkan keheningan yang menenangkan.
“Nee-chan....."
Saat aku hendak mengatakan ini, ketukan kecil terdengar dipintu masu itu.
Itu adalah..... Shahachi.
"Ada apa, Shahachi...?
Dia memiliki ekspresi sedih di wajahnya, yang bahkan bisa kulihat dari sini.
"Aku hanya ingin meminta maaf lagi... maafkan aku karena telah mengatakan hal yang buruk kepada kalian.”
"Aku sudah memaafkan mu dan aku tidak marah lagi.”
“Aku juga sudah tidak marah lagi.”
Nanami-san memberitahunya sambil mengelus kepala Shahachi.
"Aku sudah menyiapkan cemilan untukmu."
"Bukankah ini coklat yang kamu nanti-nantikan. Apakah tidak apa untuk memberikannya padaku?"
"Tidak apa apa kalian makan saja."
"Aku mengerti. Aku akan menerimanya. Terima kasih, Shahachi."
Setelah mengatakan ini, Shahachi berbalik untuk pergi. Saat dia pergi, dia menatapku dan membuka mulutnya.
"Maafkan aku, kakak ipar."
Mendengar dia memanggil ku kembali, aku tersenyum dan mengatakan kepadanya bahwa tidak apa-apa.
Shahachi-chan memberiku senyum berbunga-bunga seperti Nanami-san dan pergi.
Setelah pergi Shahachi-chan memberiku hadiah, di atas nampan di tangan Nanami ada satu set teh dan sepiring cokelat cantik yang tampak seperti permata.
Itu terlihat agak berat, aku buru-buru berdiri dan mengambilnya darinya dan meletakkannya di atas meja.
Aku mengambil sepotong cokelat dari piring dan memasukkannya ke dalam mulutku.
Saat aku memakannya, cokelat perlahan mulai meleleh di mulut ku, meninggalkan rasa yang sedikit pahit dan aroma yang sedikit gurih.
Sambil meminum teh panas yang telah disiapkan untuk ku, manisnya cokelat dan hangatnya teh bercampur dengan aroma teh yang kaya membuat ku senang.
Aku kaget dengan rasa yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.
"Rasanya enak, sepertinya itu adalah cokelat dari luar negeri. Sahachi sepertinya membagikan apa yang baru dia dapatkan."
"Coklat luar negeri... Apakah itu adalah barang berharga yang tidak bisa kamu beli dengan mudah?”
Nanami-san diam-diam menggelengkan kepalanya dan menyangkalnya, ia tertawa pelan dan bahagia karenanya.
Setelah itu kami duduk berdampingan sambil menikmati pesta teh kami malam ini, dalam keheningan, tubuh kami berdekatan satu sama lain, dan tempat dimana kami saling bersentuhan terasa hangat. Saat aku sedikit lepas kendali dengan kehangatan itu, Nanami-san memecah kesunyian.
"Youshin... Aku suka ikan."
Aku mengangguk. Apakah dia sedang mengajakku mengobrol? Untuk seseorang yang hanya berbasa-basi, kata-katanya terdengar serius.
"Aku menyukainya. Aku sedang berbicara tentang makan ikan untuk makan malam besok... "
"Begitu, kamu suka ikan ... "
Aku menjawab dengan serius, tapi aku bertanya-tanya apa maksudnya.
Aku mencoba untuk memperluas topik untuk membuatnya lebih mudah untuk berbicara.
"Setiap kali ibu ku punya waktu, dia kadang-kadang membuat ikan rebus, dan rasanya aneh sekali. Mungkin karena aku hanya memakannya sesekali... "
"Kalau begitu, besok, mari kita buat ikan rebus"
"Miso mackarel terdengar enak, tapi bukankah itu cukup sulit untuk membuatnya.”
"Tidak terlalu sulit. Yah, aku punya gambaran betapa sulitnya itu, jadi aku mengerti bagaimana perasaanmu."
"Nanami-san, tahu banyak tentang cara memasak makanan jepang. Itu luar biasa."
Nanami-san bangun perlahan dan tersenyum padaku saat dia berbaring telungkup di tempat tidur.
Dia tersenyum seperti anak kecil, dia sungguh polos dan menyihir pada saat yang sama.
Dia memiringkan kepalanya dan membuka mulutnya, entah dia tahu aku mengagumi sosoknya atau tidak.
*Aku akan menjadi istri yang baik... "
Aku tidak bisa menyangkalnya, tapi dia jelas berusaha untuk membuatku panik, aku menerima kata-katanya, menjawab dengan tenang.
"Aku yakin kamu akan menjadi ibu yang hebat di masa depan."
Aku meminta maaf untuk mengatakan ini, tetapi aku mungkin telah mengatakan ke arah yang salah, seorang ibu?
Ia sangat terkejut mendengarku berkata begitu santai.... Nanami-san terus berguling-guling di tempat tidurnya, marah dengan jawabanku, dan menggembungkan pipinya.
Aku tidak merasa gugup, tapi sepertinya dia masih ragu untuk mengatakan sesuatu.
Aku menunggunya untuk mengatakan sesuatu dan...... lalu dia membuka mulutnya dan menggumamkan sesuatu padaku.
"Aku tidak berbicara tentang makanan, tapi aku suka melihatnya, aku suka melihat ikan dan makhluk laut, hal-hal seperti itu."
Kupikir kita sedang membicarakan makan malam.
"Aku tidak pernah memikirkan apakah aku menyukainya atau tidak, tetapi jika kamu sedang membicarakan rencana untuk kencan kita selanjutnya, aku mungki akan menikmatinya."
Sementara aku memikirkan di mana kami bisa melihat ikan pada kencan kami berikutnya, Nanami-san mengeluarkan suara keras.
Aku tidak tahu kapan dia mendapatkannya, tapi dia memegang semacam tiket di tangannya.
"Ibu memberiku dua tiket ke akuarium, satu untuk ku dan satu untuk Youshin!"
Kencan akuarium.
"Begitu, itu tempat yang bagus untuk melihat ikan, bukan? Aku menantikanya"
Apakah ini alasan percakapan mendadak dari Nanami dimaksudkan untuk mengatakan ini? Bisakah aku menganggap ini sebagai undangan untuk berkencan dengannya?
"Maaf aku tidak menyadarinya."
Aku meminta maaf, dan Nanami-san tertawa.
Sepertinya dia tidak marah karena aku tidak menyadarinya.. Yah, aku tahu ia bukan orang seperti itu..
"Sebenarnya aku sedikit gugup."
"Benarkah? Kamu tampak normal."
"Ya. Sebenarnya aku masih sangat gugup."
"Kamu tidak terlihat terlalu gugup...... Jika itu adalah tiket untuk akuarium berarti kita akan..”
"Tunggu sebentar!"
Nanami-san menghentikan kata-kata yang akan aku ucapkan dengan tangannya..
"Biarkan aku yang mengatakannya."
"Aku akan menunggumu menyelesaikanya."
Nanami-san menarik napas dalam-dalam beberapa saat sambil memegang tiket dan kemudian mengarahkan matanya yang tajam ke arahku seolah-olah dia adalah seorang pejuang yang menantangku untuk bertarung
"Itu ... yah .... m-maksudku.... kali ini ... tunggu sebentar ..."
"Aku akan menunggu selama yang kamu mau."
Ia tampak cemas untuk sesaat, tapi aku berhasil menghentikanya. Akan sulit bagi Nanami-san untuk mengatakannya jika ia seperti ini..
Dan aku tahu bahwa alasan ia gugup sama dengan alasan ku saat ini.
Setelah mengambil beberapa napas dalam-dalam, Nanami menatap lurus ke mataku dan mengatakan satu kata, pipinya memerah.
"Liburan berikutnya... maukah kamu pergi kencan akuarium denganku?"
Aku tersenyum semampuku dan langsung membalas perasaannya.
"Aku akan menerimanya dengan senang hati."
Setelah mendengar jawabanku, Nanami-san langsung mengekspresikan kegembiraanya dan mengeluarkan suara yang berlebihan dan melompat ke tempat tidur dan langsung lemas
Entah bagaimana aku bangkit dan mendekati Nanami-san, yang sedang berbaring di tempat tidur.
Sedikit malu, aku duduk di sampingnya.
Keheningan kembali terjadi di antara kami, keheningan yang tenang dan lembut.
Aku melihat Nanami-san di tempat tidur dan melihat bahwa dia memiliki senyum di wajahnya yang dan terlihat sangat puas
"Aku merasa gugup jika harus mengatakan nya secara langsung."
Aku menganggukkan kepala berulang kali.
"Ya, aku juga gugup waktu itu, itu membuatku lelah secara mental."
"Apakah tidak apa-apa untuk kita belanja setelah perjalanan pulang nanti?"
"Aku baik-baik saja dengan itu ... "
Ekspresi kelelahan Nanami-san sedikit lucu, dan aku tertawa.
Mendengar tawaku, Nanami hanya menggerakkan lehernya dan menatapku..
Ups, kupikir tertawa itu buruk, tapi Nanami-san bergumam.
"Youshin kamu sangat keren... Terima kasih telah mengajakku kencan waktu itu"
Dia berterima kasih padaku, apa yang ia katakan saat ini pasti saat aku mengajaknya kencan untuk pertama kalinya dan pergi ke bioskop. Aku tidak pernah mendapat ucapan terima kasih seperti itu.
"Aku senang, mari kita buat kencan yang menyenangkan, oke? Aku punya beberapa hal yang ingin kulakukan denganmu"
"Apa yang ingin kamu lakukan?”
"Yah, lihat saja nanti, bisakah kita pergi pada hari Sabtu berikutnya?."
"Yah ... ya, aku tidak punya sesuatu yang istimewa untuk dilakukan, jadi besok akan baik-baik saja..."
Saat kami sedang membicarakan rencana kami untuk besok, tiba-tiba ponsel Nanami-san berdering, apakah itu sebuah pesan?
Namun, pesan itu terdengar terus menerus, apakah itu pesan yang mendesak?
Nanami, dengan tidak sabar menatap layar ponselnya, lalu menoleh untuk melihat layar.
Apa sebenarnya isi pesan itu?
"Maaf, Youshin, aku ingin tahu apakah kita bisa berkencan lusa saja jangan besok.*
"Ada apa?"
"Ya, aku hanya akan pergi ke suatu tempat...... sebentar.”
"Aku sangat menyesal,” kata Nanami-san dengan ekspresi sedikit menyesal di wajahnya.
Sambil menerima kata katanya, aku tidak bisa tidak bertanya-tanya siapa yang mengirim