Sebelum membaca, jangan lupa follow FP Instagram kami @getoknow_translation

Youkya na Kanojo wa Kyorikan ga Bagutteiru Vol 1 Chapter 4

15 min read

POV AYANO SASAGAWA

Pergi karaoke dan menghabiskan waktu bersama Kyosuke di hari libur……. jangan-jangan ini… kencan…. atau semacam itu ya?!

Beberapa hari kemudian.

Demamku turun lebih cepat dari yang kukira, dan rasa mual yang kurasakan sebelumnya telah mencair bersama keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhku semalaman.

Jika aku tetap istirahat, aku akan segera pulih sehingga aku bisa kembali sekolah lagi besok, dan hal pertama yang kulakukan adalah memikirkan apa yang akan aku lakukan dengan Kyosuke.

Seingatku waktu SMP… aku mungkin pernah pergi bersenang senang dengan teman teman SMP ku sebelumnya…. jika benar begitu, maka ini akan menjadi kencan pertamaku dengan seorang pria untuk pertama kalinya dalam hidupku….

(Komattana-dōshi-yō dōshitemo niyaniya shi chau, Watashi no jinsei no hatsu dētoda dekiru tte dake de chūmon mo ōku sasottanoni. Doshi yo do shite mo kao ga iru chau yo?/ Gimana nih? Aku tak bisa menyembunyikan senyumku diwajahku… aku jadi tambah degdegan mengingat ini adalah kencan pertamaku dalam hidupku. Aduh bagaimana ini? Aku tidak bisa menghentikan senyuman diwajahku)

Karena aku tidak punya teman untuk dimintai bantuan dalam situasi seperti itu, aku memutuskan untuk meminta bantuan dari mesin pencarian google.

Berbaring dengan ponsel di tanganku, aku mencari bagaimana pria dan wanita biasanya bermain bersama, tetapi tidak mendapatkan apa apa karena hanya tempat kencan yang direkomendasikan yang ditampilkan di ponselku.

(Kencan.. ini bukan kencan!!...)

Pada satu titik, aku mengetik untuk mencari tahu tentang definisi kencan, tetapi aku merasa malu dan menghapus semuanya…

“Apa ya yang harus aku ketik…..”

Kyosuke bilang dia akan menemaniku berbelanja dan pergi karaoke denganku, tapi aku tidak tahu mana yang harus aku pilih.

Jika aku pergi berbelanja aku bisa mencari baju dan sepatu yang aku inginkan dengannya, tapi butuh waktu lama untuk memilihnya dan akan terlalu banyak waktu yang terbuang sia sia.

Sedangkan untuk karaoke, karena aku bukan penyanyi karaoke yang baik, jadi aku tidak akan melakukannya. Aku pikir berkaraoke dengan banyak orang jauh menyenangkan dan aku bisa tahan dengan situasinya, tetapi dalam situasi satu lawan satu, tidak ada yang bisa dilakukan selain mendengarkan orang lain bernyanyi, dan aku tidak ingin mempermalukan diriku sendiri di hadapannya jika aku tidak bernyanyi cukup baik.

(Aku bertanya tanya apakah tidak apa apa untuk mengajaknya pergi ke Kebun binatang atau akuarium, namun aku tidak tahu situasi keuangan Fujimura sekarang soalnya itu agak mahal dan jauh. Aku bertanya tanya apakah tidak apa apa untuk mengajaknya keluar untuk makan enak? Aku tidak keberatan jika aku membayarnya tapi ia pasti akan menolak itu..)

Aku memikirkannya dan menggelengkan kepalaku.

Itu berbeda dari sebelumnya, sudah jelas bahwa ia mengatakan padaku bahwa ia tidak menginginkannya dan aku tahu itu. namun aku sangat senang sehingga aku tidak bisa menahannya karena itu adalah sesuatu yang sangat kunantikan.

Bagiku, kencan dengan seseorang adalah pembuktian bahwa aku tidak terisolasi, agar aku bisa bergaul dengan orang lain kala itu, namun aku merasa bahwa perasaan yang kumiliki sekarang adalah nyata.

(Aku ingin tahu apakah dia akan senang jika aku melakukannya.)

Jarum jam terus berputar, tapi aku belum bisa memikirkan ide yang bagus.

Jejak ketupat

POV KYOSUKE

Di depan stasiun pada hari Sabtu.

Aku sedang menunggu Ayano sambil menyandarkan punggungku ke dinding dan menyadari waktu sudah pukul 1 lebih 20 menit dari waktu yang ditentukan.

“Kamu lama banget, lain kali jika kamu memintaku untuk pergi bersamamu, jangan membuatku menunggu seperti itu dong.....”

Sementara aku melontarkan keluhanku pada Ayano aku tidak bisa menyembunyikan ketegangan di yang aku rasakan di tubuhku.

Sehari sebelumnya, Ayano yang belum pernah masuk sekolah lagi karena sakit, kembali masuk sekolah lagi hari itu dan mengajakku kencan dengannya pada hari sabtu, namun ia tidak mengatakan apa apa tentang apa yang akan kita lakukan pada hari itu dan merahasiakan nya sampai hari itu tiba.

(Walau aku tahu ini agak terlambat menyadari ini, tapi apakah ini yang kamu sering sebut sebagai kencan, kan?)

Ini adalah keempat kalinya aku bertemu dengan Ayano-san dan ini akan menjadi pertama kalinya dalam hidupku aku bertemu dengan seorang gadis.

Mengingat ini akan menjadi kencan pertamaku, tidak heran kalau aku sangat gugup.

Ada pepatah yang mengatakan bahwa wanita cantik akan mudah bosan setelah bertemu dengan pria yang sama sebanyak tiga kali, karena itu meskipun akulah yang pertama kali mengajaknya untuk bermain, aku benar-benar tidak menyangka dia akan benar-benar melakukannya. Jika seseorang melihat kami berduaan di hari libur seperti ini, itu pasti akan merepotkan.

Namun, sekarang setelah aku mengetahui beberapa keadaan di sekitarnya, aku tidak lagi merasakan dorongan untuk menolaknya atau bahkan mengatakan kepadanya untuk tidak berurusan lagi denganku.

Karena itu mari kita bermain bersama untuk hari ini dan selesaikan ini dengan cepat, agar kamu tidak membenciku karena telah meninggalkanmu sebelumnya.

Ia akan segera menyadarinya bahwa menghabiskan waktu bersamaku bukanlah hal yang menyenangkan, jadi kamu bisa meninggalkanku, dan tidak berurusan lagi denganku setelah itu.

“Maaf, aku sedikit sibuk ... "

Suara langkah kaki yang tajam dengan bunyi berdentang.

 



Dia mengenakan celana denim high waist yang semakin menonjolkan kakinya yang ramping, dengan kaos lengan pendek yang memamerkan dadanya yang tidak sesuai dengan usianya, dan jaket berbahan linen yang disampirkan di pundaknya.

Aku tahu itu wajar mengingat dia adalah seorang model, itulah betapa menariknya dia, bisa dikatakan pakaiannya saat ini terlalu berbahaya.

“Apa yang salah, Fujimura-kun?”

Rambut hitamnya, yang telah dikeritingkan, berayun dengan lembut.

“Ah, aku baik-baik saja,”

Aku memalingkan wajahku untuk menyembunyikan senyum yang terlihat jelas di wajahku.

Kata-kata biasa seperti cantik dan indah memenuhi otakku.

Ekspresi seperti apa yang harus aku buat? Apa yang harus aku katakan padanya?

Aku ingin memberitahunya bahwa dia terlambat, tetapi kecantikannya begitu meyakinkan sehingga itu tidak masalah. Sebenarnya, dia sangat cantik dengan seragam sekolahnya, dan pakaian santai yang aku lihat di hari hujan itu juga terlihat bagus untuknya. Singkatnya pakaian apapun yang ia kenakan pasti kelihatan cantik, fakta bahwa ia menarik perhatian semua orang di sekitarnya, semua orang memandangnya setidaknya sekali.

“Apakah terjadi sesuatu padamu saat kemari? Kamu terlambat.”

"Yah, haha, aku sedang mencari sesuatu, aku tidak dapat menemukan ini."

Saat Ayano-san menyentuh telinga kanannya, anting-anting kaca yang ada ditelinganya memantulkan cahaya dan menegaskan keberadaanya.

“Ini adalah favoritku.”

Ayano-san mengatakan itu sambil melingkarkan jari jarinya di sekitar ujung rambut hitam panjangnya.

Bunga merah terang mekar di pipinya saat ia menyisir rambut hitamnya dengan jari-jarinya dan meninggalkan aroma sampo yang lembut.

“Bagaimana kabarmu?”

Ayano-san memiringkan kepalanya dengan percaya diri, senyum kekanak-kanakan di wajahnya saat ini sangat berlawanan dengan penampilannya saat ini.

Jawaban atas pertanyaan itu diputuskan, namun melihat Ayano-san dihadapanku, kata kata itu tersangkut di tenggorokanku dan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

“Cantik……”

“Tidak... "

"Kalau begitu itu tidak lucu."

"Tidak, maksudku, etto…."

“Aku tidak akan mengerti kecuali kamu mengatakannya dengan jelas.”

“かかわ(K-kawa…)”

“え、なんて/Eh? nante?(Eh apa?)”

“だか、ら/Daka-ra..(Sudah kubilang….) "

Ayano sengaja bertanya balik.

Jawaban apakah itu lucu atau tidak sudah diputuskan, tapi aku tidak bisa menyembunyikan wajahku yang terus-terusan memerah.

“Ano…. kanben shite moratte īdesu ka?....(Anu…. bisakah kamu memberi aku waktu istirahat?)”

“Fufufu, semoga kamu bisa mengatakannya dengan jelas lain kali."

Ayano, tampak puas, dan menepuk kepalaku dengan lembut.

Kyosuke merasa merinding sampai ke ubun-ubun, bertanya-tanya apakah ini hal yang biasa dilakukan oleh seorang Youkya? Wajahnya memanas namun perutnya terasa dingin karena perutnya kosong, karena perbedaan suhu ini membuatnya merasa seperti akan kehilangan semangat.

“Fujimura wa…… un, nanika Fujimura ppoi ne'(Kamu terlihat seperti biasanya ya...... Fujimura banget.)"

“Apakah itu pujian...?"

"Yah, lain kali, aku yakin aku dapat menemukan sesuatu yang lebih baik untuk dikatakan hehehe.”

“Bodo amat.”

“Aku janji. "

“Eh?..."

Sama seperti hari itu, Ayano-san mengulurkan jari kelingkingnya.

Aku mengaitkan jari kelingking ku dengan ringan dan berkata "Jangan mempermainkan aku lagi seperti itu." Lalu Ayano-san tertawa terbahak-bahak, seperti lonceng yang berbunyi.

“Ah! Apa yang sedang kalian berdua lakukan disini?"

Dua gadis yang tampak aku kenal lewat dan mengatakan itu sambil kaget.

Mereka adalah Chisa dan Kaoru, kedua gadis itu tidak melihat ke arahku dan hanya melirik wajah Ayano.

"Eh kamu Fujimura-kun ya? Apa yang sedang kamu lakukan dengan Fujimura disini?"

"Aku nggak nyangka tipe cowok Ayano-san kayak Fujimura-kun hahaha."

Ucap dua gadis itu dengan rambutnya yang diwarnai dengan norak.

"Apakah itu sebabnya kamu sering bertingkah aneh akhir akhir ini? Dan menolak ajakan kita."

"Jangan begitu ah, kasihan Ayano, dia sampai gemetar seperti itu."

Padahal Ayano-san tidak gemetar.

Tidak pula menangis.

Dia hanya tersenyum kebingungan.

Selama ini Ayano-san selalu menganggap kedua gadis itu adalah teman baiknya, tapi itu semua cuma kedok belaka, biarpun begitu aku pun tidak menyangka kalau ternyata mereka sampah yang sebusuk ini.

Ayano adalah gadis yang luar biasa, walau segalanya tidak berjalan sesuai yang diharapkannya, dia masih menghadapi kenyataan dan hidup berani menghadapinya dengan outlook yang ceria.

Namun keadaannya saat ini sangat berbeda dari sebelumnya, kekuatanya saat ini begitu rapuh.

Tepat di saat itu, aku yakin akan satu hal.

Ada orang disini yang sedang membutuhkan bantuan.

"Aku sudah berpikir tentang ini untuk waktu yang lama, tapi... apakah kalian pantas berbicara seperti itu setelah berbicara buruk tentang Ayano dibelakangnya?"

“Hei, apa maksudmu?”

“Aku juga berpikir, ada yang tidak beres dengan kalian yang tertawa dan menyebarkan rumor buruk dibelakang orang lain.”

“Apa-apaan, sih? kamu tiba tiba nyebelin banget”

“Hei, kita pergi aja, yuk?”

“Abaikan saja orang seperti ini, tidak usah dipedulikan.”

Pada akhirnya, Ayano-san tidak jadi pergi dengan kedua gadis itu. Mungkin karena hal ini, tidak ada percakapan antara Ayano dan kedua gadis itu saat di kelas sejak dia sembuh dari flu dan kembali masuk sekolah hari itu.

“Hei, apakah kamu baik-baik saja…”

Khawatir dia mungkin merasa tidak nyaman, aku bertanya bagaimana perasaannya soal itu, tak lama setelah itu Ayano-san mengangkat kepalanya dan mengatakan itu tidak masalah.

“Aku tidak terlalu keberatan, lagipula akulah yang mengingkari janji itu. Selain itu..."

“Selain itu?”

“Aku baik-baik saja sekarang karena Fujimura ada di sini.”

Dia mengatakan itu dan tersenyum.

Tak lama setelah itu, seolah olah menyadari sesuatu wajahnya langsung memerah.

“Aku nggak bilang aku meninggalkan mereka karena aku ingin pergi denganmu ya! Yah meski terlihat seperti itu, aku tidak bermaksud aneh. Aku bersungguh-sungguh sebagai teman, sebagai teman!”

"Ah..."

Ayano-san mengatakan apa yang aku bahkan tidak berani katakan, rasa malu yang aku pikir telah aku lupakan kembali dihidupkan karena kata katanya.

Ketika ia mengatakan itu….. Ayano-san dan aku sama-sama tersipu malu.

Ini tidak baik. Aku tidak bisa melihat langsung ke arah Ayano.

Aku batuk keras karena tidak tahan dengan situasi canggung kami saat ini.

“Jadi, kemana kita akan pergi hari ini…”

Untuk menyegarkan suasana, aku menjatuhkan topik yang terdengar seperti itu.

Fakta bahwa dia mengajakku untuk ketemuan di stasiun berarti kita mungkin akan naik kereta api dan pergi jauh.

Ada empat tempat menarik pemberhentian di atas, kita bisa naik kereta ke kota yang jauh lebih sibuk daripada di sini, dan lebih jauh lagi, ada tempat-tempat khusus subkultur seperti Otaku Street dan medan pertempuran ramen. Karena itu ada banyak pilihan tempat untuk bermain jika kita pergi ke stasiun.

“Di sana.”

Ayano-san mengarahkan jarinya ke arah seberang stasiun.

Ketika aku melihat ke arah yang dia tunjuk, aku melihat toko persewaan kaset DVD.

“Film seperti apa yang kamu sukai Fujimura-kun?”

Berdiri di depan rak yang dipenuhi dengan film-film terbaru, Ayano mengambil satu film yang cocok dan membaca sinopsisnya.

Kyosuke, melihat film Jepang semi-baru di rak di belakangnya, menjawab, "Aku akan menonton apa saja.” Kyosuke, yang pada dasarnya tidak pernah menonton film di luar Friday Roadshow, tidak tahu harus berkata apa tentang film favoritnya. Namun Kyosuke menolak untuk menonton film versi live-action dari manga shoujo, tetapi sebaliknya ia juga tidak ada masalah dengan itu.

“Lagipula aku tidak akan menontonnya sendirian."

“Apakah kamu yakin akan menonton film ini bersamaku?”

“Tapi aku tidak berpikir aku dapat menonton film seperti ini tanpa orang lain.”

Paket DVD yang dia tunjukkan kepada ku diberi label "film horor terbaik dalam 50 tahun terakhir" dan "film horor terbaik abad ke-21," Bahkan orang amatir pun dapat memahami bahwa ini adalah film horor kelas B yang sangat serius.

“Aku baik-baik saja dengan itu, tetapi apakah Sasagawa-san baik-baik saja dengan itu? K-kalau terjadi sesuatu, bisa gawat nanti.”

“Jangan bilang kamu takut Fujimura-kun, itu mungkin akan membuatmu takut pergi ke kamar mandi sendiri setelah menonton film ini.”

"Tentu saja tidak. Aku bukan anak kecil.”

“Kalau begitu, aku juga baik-baik saja dengan itu.”

Kami memutuskan untuk menyewa DVD ini tanpa alternatif apapun, karena sikap konyol mereka terhadap satu sama lain.

"Ayo sewa setidaknya satu DVD lagi."

“Jangan pikirkan aku, pilihlah sesuatu yang kamu sukai. Kamu pasti punya film yang ingin kamu tonton kan?"

"Kamu tidak keberatan? Oke kalau begitu..."

Apa yang Ayano raih adalah sebuah film romance yang dikemas dengan kemasan yang sangat menarik.

“Tunggu sebentar.”

Film-film seperti ini selalu disertai dengan banyak adegan basah dan adegan ciuman berat. Bahkan orang dewasa pun enggan untuk menonton film seperti itu. Selain itu, itu akan sangat canggung melihat pemandangan seperti ini dengan teman sekelas.

“Tidak. itu tidak bagus, kita tonton yang lain saja.”

“Eh? Padahal kamu menyuruhku untuk memilih yang aku suka.”

“Tidak, aku yakin kau tahu maksudku. Itu akan membuat keadaan menjadi sangat canggung!"

“Menjadi canggung......”

Aku mencoba membujuknya dengan isyarat, tetapi itu malah membuatnya tercengang dengan mulut terbuka.

Setelah lebih dari sepuluh detik, dia akhirnya memahami situasinya dan matanya melebar. Namun, ekspresi itu berubah menjadi seringai dan senyum jahat.

"Ara-ara, Kamu anak muda yang dewasa sebelum waktunya, bukan, Fujimura-kun? Kamu berbicara seperti bibiku saja.”

Ayano membungkuk dan mengintip wajahku.

Kyosuke memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapannya.

"Karena kamu sudah terbiasa dengan hal itu, jadi tidak apa-apa, tapi itu adalah sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Apa salahnya menjadi malu?”

'Sudah terbiasa, apa maksudnu...'

"Maksudku, aku yakin kamu pernah punya satu atau dua pacar, kan? aku yakin kamu sudah terbiasa dengan hal semacam ini sekarang........... "

Ayano Sasagawa adalah seorang gadis cantik yang berbeda dari kebanyakan murid SMA lainnya, kecantikan nya yang luar biasa membuatnya kerap kali disebut "Sang Gadis Cantik nan Sempurna yang Disayangi oleh Dewa" bahkan jika kamu tidak melihatnya dengan kritis. Kamu dapat mengerti mengapa julukan itu sangat cocok untuknya, setiap bagian dari dirinya begitu lengkap sehingga kamu akan berpikir bahwa dia pasti dicintai oleh Tuhan. Tidaklah sehat jika wanita cantik seperti itu tidak memiliki kekasih.

“Kamu membiarkan aku masuk ke rumahmu dengan mudah karena kamu sudah terbiasa dengan hal semacam itu, bukan?”

Aku melirik kembali ke Ayano-san, yang memalingkan wajahnya dariku.

Bibir segar yang dilapisi dengan lip gloss perlahan-lahan terbuka dan menggumamkan sesuatu padaku.

Ketika aku melihat ke arahnya, dia tersipu begitu keras, dia tampak seperti akan meledak.

“Aku tidak punya pacar Aku tidak pernah punya pacar!”

Ayano meninggikan suaranya dan berteriak padaku seperti itu. Matanya begitu putus asa sehingga tidak ada lagi keraguan padaku yang mengatakan bahwa dia berbohong
Kelopak matanya berkibar, dan menggumamkan sesuatu yang sama padaku dengan tenang "Aku tidak punya pacar, aku bahkan belum pernah punya pacar sebelumnya.......”

Tidak ada kebohongan dalam perasaan itu.

“Maafkan aku, tampaknya aku mengatakan sesuatu yang mungkin telah menyinggung perasaanmu.”

“Eh? Aku tidak marah padamu. tapi, um..."

Ayano-san menggumamkan sesuatu padaku saat dia mengalihkan pandangannya ke arahku. Aku tidak tahu apa yang dia bicarakan dan aku tidak bisa menganggapnya sebagai kata-kata.

Kyosuke mengerutkan alisnya dan bertanya “Ada apa?” seolah-olah mengulangi pertanyaan yang sama. Namun Ayano tetap terdiam dengan pipinya yang memerah dan tidak berkata apa apa padaku.

"Ini masih belum apa-apa.”

“Apa?”

“Aku ingin menonton Ghibli.”

Sambil mengatakan itu, Ayano-san mengembalikan film romantis itu ke rak dan berjalan pergi.

Perilakunya yang agak agresif adalah tanda bahwa dia tidak ingin membahas topik itu lebih jauh, dan Kyosuke hanya bisa diam-diam mengikutinya di belakangnya.

“Aku tidak marah padamu, Tapi, tahukah kamu, Fujimura adalah orang pertama yang kubiarkan masuk ke rumahku.”

Saat dia mengatakan ini, rasa maluku mulai menumpuk.

Tanpa sepengetahuanku, rupanya aku adalah tamu pertama yang mengunjungi rumah Madonna di sekolahku.

Ini adalah situasi yang tidak biasa bagi Ayano-san untuk menunjukkan perhatiannya kepadaku.

Tentu saja, aku tidak membencinya.

Aku memiliki kesan yang lebih baik tentangnya daripada teman lain yang pernah aku kenal sejak memasuki SMA, jadi itu tidak bisa dikategorikan sebagai perasaan yang normal.

Sebuah tanda tanya melintas di benak Ayano-san. Dengan proses eliminasi, hanya ada satu yang tersisa.

Tidak, tidak, tidak, tidak peduli berapa banyak aku memikirkanya, itu sama sekali tidak normal. Apakah itu satu-satunya alasan mengapa aku berada dalam situasi seperti ini sekarang?

Apakah ada kemungkinan dia menyukaiku?

Dengan kata lain, mungkin saja Ayano-san menyukaiku.

“Apa yang salah denganmu...? "

Demam yang telah membara di dadanya sejak dia masuk angin masih ada, tidak berubah, bahkan sampai hari ini, api itu sedikit bergetar saat mendengar suara Kyosuke dan membakar hatiku juga.

“Bukan apa-apa.”

“Apa?”

“Aku juga ingin menonton Ghibli.”

Aku pindah secepat mungkin ke rak anime untuk menghindari diskusi lebih lanjut tentang topik ini.

Sebelum aku bisa memutuskan mana yang akan dipilih, perlahan-lahan aku menarik napas dalam-dalam untuk mendinginkan panas yang masih berdengung di tubuhku, agar tidak membuatnya khawatir.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tiba tiba memutuskan untuk menonton film? Kamu bilang kamu akan pergi keluar."

Kata-kata itu sangat membantu Kyosuke untuk menjernihkan pikirannya. Ayano meletakkan tangannya di dadanya, menghembuskan napas, dan berbalik ke arahnya.

“Aku akan pergi, tapi aku tidak tahu ke mana harus pergi untuk membuat Fujimura senang.”

“Jadi kita akan pulang untuk menonton film?"

“Aku belum pernah pergi ke suatu tempat dengan seorang pria sebelumnya. Karena aku tidak tahu film seperti apa yang kamu suka, aku pikir kamu akan keberatan jika aku mengajakmu pergi ke bioskop. Hanya karena aku suka film..."

POV Ayano

Setelah begitu banyak kekhawatiran dan ide yang muncul di benak ku, aku masih belum bisa mengambil keputusan. Saat dalam perjalanan ke tempat pertemuan, aku tiba tiba mendapatkan ide untuk menonton film.

(Aku yakin dia tidak akan menyukainya)

Sebagian orang merasa nyeri duduk di depan layar selama dua atau tiga jam. Jika dia adalah tipe orang seperti itu, aku tidak akan menyalahkannya.

Tiba-tiba, aku menatapnya, bertanya-tanya apakah aku membuatnya tidak senang, keringat dingin menggenang di lubuk hatiku.

Kyosuke membeku dengan ekspresi misterius di wajahnya.

Setelah beberapa detik, dia mendongak dengan gusar. sedikit menguatkan dirinya seolah-olah siap untuk mengeluh, tetapi mulutnya mengatakan permintaan maaf.

“Akulah yang mengajakmu bermain sejak awal, namun aku malah menyerahkan semuanya kepada Sasagawa-san. Aku belum pernah mengajak siapapun berkencan sebelumnya jadi aku tidak tahu harus berbuat apa soal itu."

Dia mengutarakannya perlahan perlahan, tampak malu dan menyesal.

Kebahagiaanku membakar keringat dinginku sebelum merasa lega.

Dia licik karena dia memilih kata-kata seperti itu. Dia sama sekali tidak memberi kesempatan untuk ku berbicara dan aku mencoba untuk bertanggung jawab untuk itu. Ketika dia bersikap baik padaku, aku merasa ingin memanjakannya.

“Baiklah, lain kali jika kita pergi ke suatu tempat, mari kita buat rencana bersama, Fujimura.”

“Kencan selanjutnya-, Eh?!”

"Aku ingin pergi membeli pakaian untuk Fujimura"

“Sudah kubilang, aku tidak akan ke sana.”

“Jadi kau tidak keberatan jika kita pergi ke tempat lain?”

“Aku tidak akan pergi denganmu, pergilah dengan orang lain selain aku.”

"Hmm. Kaulah yang seharusnya melakukan segalanya untukku hari ini.

“Itu tidak adil ... "

Suara Kyosuke entah bagaimana terdengar lembut dan hangat, meskipun dia menghela nafas berat dan terlihat seperti sedang mengalami banyak masalah.

Aku yakin aku telah membuat pilihan yang tepat, aku yakin ini akan menjadi cara untuk membuat kita tetap bersama. Aku yakin akan hal ini saat melihat wajahnya yang bermasalah saat ini membuatku merasa terikat dengannya.

Aku ingin tahu apakah itu buruk untuk dilakukan

Yang bisa kulakukan hanyalah meletakkan tangan ku dan mengelus elus kepalanya dengan lembut.



Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar