Kicau burung pipit yang tenang membangunkanku di pagi hari, Sinar matahari yang menyilaukan masuk melalui tirai yang tembus pandang.
Ini sangat hangat, lembut dan nyaman
.....Tunggu.
Apa yang kamu maksud lembut ?
Aku masih dalam kondisi setengah tertidur dan kemudian aku terbangun dengan kaget.
Saat aku membuka mataiu, aku melihat sesuatu yang panjang, halus, bersinar di bawah sinar matahari pagi.
Apakah ini rambut?
Tidak, itu bukan milikku.
Lebih panjang, berwarna lebih terang, dan lebih indah dari rambutku.
"Mmm... Mmm..."
Tentu saja, suara yang manis ini juga bukan milikku.
Aku dengan penuh ketakutan mengalihkan pandanganku ke dadanya.
Apa yang ada di sana adalah Hoshikawa-san.
"Wa... waaaaaaaaaaa!"
Aku berteriak dan berguling dari tempat tidur.
Sebaliknya, Hoshikawa-san bangun dengan lembut dan meregangkan tangan nya saat aku dalam kondisi seperti itu.
"Eh, apa? Apa terjadi sesuatu?... "
Hoshikawa-san yang mengenakan piyama tipis, bertanya padaku sambil menggosok matanya.
Penampilan yang belum pernah aku lihat sebelumnya, membuatku bingung.
Mata bulat yang mengantuk, pakaian yang sedikit terbuka.
Pakaiannya tidak mampu menahan ukuran dada Hoshikawa-san yang sangat besar sehingga terlihat sedikit menyakitkan. Celana pendek dan paha putih montok yang mempesona, lebih menyilaukan dari matahari pagi.
Setelah melihat Hoshikawa dengan serius, aku mulai kembali ke diriku sendiri..
Aku merasa sedikit tenang karena rasa bersalah..
"Kenapa kau di sini, Hoshikawa-san?"
"Apa? Ini kan kamarku?."
"Tidak, itu benar tapi bukan begitu maksudku."
Ya, kamar ini memang milik Hoshikawa.
Tapi setelah apa yang terjadi semalam, dengan kata lain, seharusnya ini adalah kamar tidurku sekarang.
Berbeda dengan kamar tidur Hoshikawa dalam hal tata letak, suasana dan furnitur, seharusnya aku tidak membuat kesalahan.
"Kamar tidur Hoshikawa-san ada di sebelah, kan?"
"Oh, maaf. Kurasa aku salah kamar."
"Begitu. Aku kira aku membuat kesalahan."
Hoshikawa bergegas turun dari tempat tidur dan meninggalkan ruangan, lalu berbalik dengan ekspresi malu di wajahnya.
"Aku akan membuatkan sarapan untukmu…"
Setelah mengatakan ini, Hoshikawa meninggalkan kamarku.
Aku yang masih ada di tempat tidur tubuhku mulai tergeletak lemas.
"Astaga..."
Payudaranya sangat hangat dan lembut. Rambutnya sangat halus sehalus sutra. dan aku dapat merasakan baunya yang wangi dari jarak dekat.
Tampaknya tubuhku bereaksi secara tidak sadar dan memeluk Hoshikawa-san saat tidur. Kehangatan itu masih terasa di lengan dan dada ku, dan ini adalah pertama kalinya aku begitu dekat dengan perempuan.
Aku tidak melakukan sesuatu yang aneh, kan?
Aku melihat telapak tanganku, bertanya-tanya apakah tanganku telah bergerak tanpa sepengetahuanku.
Melihat reaksi Hoshikawa-san, aku harap dia baik-baik saja. Aku tidak menyentuh sesuatu yang aneh, kan? Aku ingin berpikir seperti itu, namun butuh waktu yang lama bagiku untuk bisa terbiasa melihat wajahnya dengan benar.
Setelah gelisah selama beberapa saat, aku memutuskan untuk bangun dari tempat tidurku.
Aku tidak akan tetap diam di kamar ku, selama dia menyiapkan sarapan untukku.
Setelah mencuci muka dengan air dingin dan membuang kekhawatiranku ke saluran pembuangan di kamar mandi, aku kembali ke kamar untuk mengganti pakaianku.
Dan kemudian aku melihat sebuah pakaian baru di tempat tidur..
Mungkin tidak cocok untuk pergi keluar dengan pakaian itu, tapi sepertinya itu nyaman untuk dipakai bersantai di rumah.
Apakah Hoshikawa-san menyiapkan ini untuk ku?.
Setelah aku mengganti piyama ku, pertanyaan itu muncul di benak ku.
Ukuranya sangat pas. Hoshikawa-san jauh lebih ramping dariku, dan aku ragu dia membeli ini untuk dirinya sendiri. Jika ia memakai ini, itu akan terlalu besar untuknya.
Atau lebih tepatnya, hal yang sama berlaku untuk piyama yang baru saja kulepas.
Itu semua Hoshikawa-san siapkan bersamaan dengan pakaian dalam baru untuk ku setelah mandi kemarin malam dan itu semua adalah pakaian pria.
Aku bertanya tanya mengapa ada pakaian pria di rumah seorang gadis yang tinggal sendirian …
Sikat gigi dan perlengkapan mandinya juga khusus untuk cowok …
Sedangkan Hoshikawa-san menggunakan sikat gigi kecil berwarna merah muda.
Dia memberiku sikat gigi baru, tapi warnanya biru muda dan satu ukuran lebih besar.
Kebanyakan barang pribadi Hoshikawa berwarna merah muda.
Dia mungkin menyimpan warna yang berbeda sebagai cadangan untuk mengubah suasana hatinya, tetapi dia juga memiliki sepasang mug couple dan benda-benda lainnya yang berpasangan ...
Mungkinkah Hoshikawa-san punya pacar?
Jika itu benar, Itu akan menjelaskan banyak hal.
Alasan kenapa dia tidak sengaja menyelinap ke futon seseorang adalah karena dia biasa melakukannya dengan pacarnya.
Memikirkan itu, perasaanku yang sedikit gelisah menjadi sedikit lebih tenang..
Aku rasa itu tidak sopan jika aku ikut campur urusan orang lain, atau lebih tepatnya, jika Hoshikawa-san punya pacar, kehadiranku di sini pasti membuatnya tidak nyaman.
Aku harus berterima kasih kepadanya dengan benar nanti dan pergi dari sini
Hoshikawa berusaha keras untuk mempersiapkannya untukku, tetapi aku bukan tamu yang harus dijamu.
Aku pergi ke dapur dengan tergesa-gesa untuk membantunya.
◆◆◆
Di dapur, Hoshikawa-san sedang menyiapkan sarapan untukku.
Aku terkejut melihat nya sudah siap begitu cepat untuk hari ini.
Dia tidak terlihat seperti baru bangun dari tidur, dia tidak mengenakan seragam sekolahnya, tetapi mengenakan pakaian santai yang mirip dengan yang kukenakan.
Namun, pahanya tampak mempesona dengan celana pendek.
Dia memakai celemek disana, dadanya terlihat sedikit sesak.
Aku tidak bisa tidak mengaguminya.
Piyamanya bagus, tapi aku juga suka yang ini.
Jika aku memeluknya dari belakang, aku bisa merasakan kelembutannya di sekujur tubuhku
Ah, apa apaan itu, apa yang baru saja kupikirkan
Aku sangat iri pada pacarnya bisa melihatnya seperti ini dan seperti itu dalam tidurnya.
"Ah, kamu sudah bangun Yoshino-kun. Maaf, aku belum siap. Kamu pasti lapar. Aku akan menyiapkan sesuatu untukmu secepatnya."
"Tidak, terimakasih, aku akan membantumu."
"Tidak, aku baik-baik saja, aku hanya perlu memanaskannya saja."
Mengatakan ini, Hoshikawa-san membuka kulkas.
Kulkas itu terbuka dengan sendirinya, hanya dengan menyentuh pintunya,
Aku sudah menduga hal ini karena dapurnya sungguh luar biasa, tampaknya kulkas ini berbeda dari kulkas biasanya.
Ini adalah alat yang tampaknya lebih pintar dari ku.
Hoshikawa mengeluarkan sebutir telur dari kulkas, memecahkannya ke dalam mangkuk, dan mengocoknya dengan sumpit.
Sekali lagi aku terpesona dengan keterampilan nya.
"He~ kelihatan nya Hoshikawa-san jago memasak juga."
"Karena aku tinggal sendiri, jadi hanya dalam batas tertentu saja"
"Tapi awalnya aku khawatir karena kamu bilang kamu tidak pandai teknologi, tapi kelihatannya kamu bisa memasak tanpa masalah"
Mendengar kata-kataku, Hoshikawa-san membeku.
Kemudian, dia menggelengkan kepalanya sekeras yang dia bisa dengan panik
"Tidak, aku tidak bisa menggunakannya, sebenarnya aku mengalami kesulitan menggunakan kompor, microwave dan sebagainya~"
Kamu bilang kamu hidup sendiri selama setahun, tapi kamu masih tidak bisa menggunakannya? Entah kenapa itu mencurigakan.
"Itu pasti sulit Hoshikawa-san."
Aku ingin tahu berapa banyak perkembangan yang terjadi sejak manusia mampu menggunakan api? Tapi jika kamu berpikir positif, kamu dapat memahami betapa sulitnya itu, itu pasti sangat sulit untuk Hoshikawa-san juga.
"Satu-satunya hidangan yang tidak perlu dipanaskan yang terlintas di benakku hanya salad dan sashimi. Dan pasti akan sangat tidak nyaman jika harus memakan itu setiap hari."
"Ah ya itu memang tidak nyaman..."
Sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini Hoshikawa-san?...
Lagi-lagi dia berbohong padaku, tapi jika ia seceroboh ini, aku yakin pacar Hoshikawa-san adalah seorang pria yang bisa diandalkan.
Kurasa itu wajar saja, bisa begitu dekat dengan gadis tercantik di sekolahku dan melihatnya seperti ini, bukankah ini impian anak SMA yang jatuh cinta tak berbalas.
"Ah.. bagaimana kalau kita membuat Tsukemono atau acar saja? aku suka itu."
"Benarkah? Tapi kurasa itu saja tidak akan cukup untuk sebuah sarapan, aku akan mengajarimu cara untuk membuat omelet dan sup miso, itu cukup umum dan mudah untuk membuatnya."
"Itu ide bagus, kedengaranya enak."
"Hei, apakah penanak nasi ini... bisa memasak nasi?"
"Aku bisa menyalakannya! Aku membuatnya bekerja! Aku berhasil!"
"Ah itu bagus, kamu melakukannya dengan penuh semangat."
"Ah Yoshino-kun memujiku! Maksudku, tolong ajari aku cara menggunakan kompor juga."
Hoshikawa menundukkan kepalanya dengan sopan.
Tapi aku rasa tidak ada yang perlu dibanggakan seperti itu.
"Aku coba lihat dulu."
Kurasa cara menggunakan kompor cukup dengan mengklik tombol atau memutar kenop saja. tapi rumah Hoshikawa menggunakqni kompor induksi listrik dengan banyak fungsi. Memang benar bahwa agak sulit untuk menguasai kompor ini, namun, itu sama saja dengan menekan tombol.
"Hoshikawa-san, yang di tengah adalah tombol on/off, dan yang di kanan untuk mengatur suhu."
"Aku tidak paham."
Hoshikawa-san berkata dengan ekspresi bingung di wajahnya sambil memegang panci di tangannya.
"Yoshino-kun, kemarilah dan ajari aku."
"Eh"
"Mendekatlah, aku ingin kamu mengajariku disebelahku."
"Emm, aku tidak keberatan untuk makan dengan nasi telur saja"
[Catatan TL : Nasi telur atau Tamago gake Gohan adalah Makanan Jepang sederhana yang populer, ini biasanya dimakan untuk sarapan, kamu hanya perlu menyediakan nasi putih dan mencampurkannya dengan telur mentah saja untuk membuatnya.]
Aku mencoba untuk mencari alasan untuk tidak dekat-dekat dengannya, aku menghindarinya karena aku khawatir tentang apa yang akan di pikirkan oleh pacarnya, jika ia tahu aku begitu dekat dengan Hoshikawa-san.
Saat aku memikirkan ini, Hoshikawa-san mencondongkan tubuhnya ke arahku, sehingga bahu kamu bersentuhan.
Pada saat yang sama, wajah ku menjadi panas, seolah-olah aku mengalami demam tinggi yang tiba-tiba dan tak terduga.
Itulah mengapa aku tidak ingin terlalu dekat dengannya, karena itu akan mengingatkan ku pada Hoshikawa yang aku lihat dari jarak dekat ketika aku bangun dari tidurku.
"Yoshino-kun, kamu baik-baik saja? wajahmu memerah"
"Eh? Mungkin karena pancinya semakin panas."
"Hmm, itu benar…"
Apakah ini hanya imajinasiku saja bahwa ia terlihat agak puas?
Di samping Hoshikawa, aku mengajari nya tentang cara menggunakan kompor dan tak lama kemudian sarapan pun siap.
Masakan yang disiapkan oleh Hoshikawa-san sangat enak sehingga sulit dipercaya jika ia tidak pernah memasak seperti ini sebelumnya.. Dia terlihat sangat jago dengan caranya menggulung telur dadar, dia mungkin telah belajar untuk membuat telur dadar ketika dia tinggal di rumah sebelum dia mulai hidup sendiri.
Rasanya tidak berbeda dengan cara memasaknya yang sempurna.
Rasa masakan restoran Ryotei mungkin seperti ini. Aku belum pernah ke restoran Ryotei sebelumnya.
[Ryotei mengacu pada restoran kelas atas yang menyajikan masakan mewah Jepang karena istilah 'Ryotei' sendiri terlihat mewah dan terdengar elegan. Restoran Ryotei sering digunakan untuk acara-acara penting seperti resepsi perusahaan, pesta, negosiasi bisnis, pembicaraan rahasia antara orang penting atau untuk orang orang kaya saja]
"Ini enak... "
Hoshikawa-san berbicara kepadaku dari seberang meja.
Tiba tiba aku merasa senang berada dalam situasi dan melakukan percakapan yang belum pernah aku alami sebelumnya.
Aku menelan telur dadar di mulutku, mencoba menahan keinginanku untuk menangis.
"Ya, ini sangat enak."
"Benarkah? Syukurlah, aku sangat senang."
"Pacarmu juga pasti sangat senang."
"Ehh? pacar? Apa maksudmu Yoshino-kun?"
"Ah, aku mungkin iri pada pacar Hoshikawa-san karena bisa memakan sarapan yang begitu lezat seperti ini setiap hari."
"Terima kasih, aku sangat senang ... "
Wajah mulai berubah Hoshikawa-san berubah menjadi merah cerah.
Apakah dia tidak terbiasa di puji? Biasanya aku hanya melihat wajahnya yang dingin dan senyumnya yang anggun di sekolah.
.... Ah, ya, berbicara tentang pacar.
"Terima kasih telah mengizinkanku untuk menginap dirumahmu. terima kasih untuk sarapan, piyama dan pakaianmu juga, itu sangat membantu ku."
"Aku tidak keberatan, pakaian itu adalah untukmu, Yoshino-kun."
"Apakah itu benar-benar perlu? Oh, ya, aku akan membayarnya."
"Apa? Kamu tidak perlu melakukan itu Yoshino-kun ..."
"Karena ini pakaian baru..... bukankah ini pakaian milik pacar Hoshikawa-san?"
"Hmm? Pacar? Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan?"
"Aku ingin tahu apakah kamu punya pacar?*
"Aku tidak punya pacar, mengapa kamu berpikir begitu?"
"Eh? Aku kira piyama, pakaian dalam, peralatan mandi dan sikat gigi yang kamu siapkan untuk ku adalah milik pacarmu"
Mendengar itu Hoshikawa-san membeku untuk beberapa saat, kemudian ia menggelengkan kepalanya sekeras yang dia bisa dan menyangkalnya
"Aku tidak punya pacar, aku bahkan belum pernah punya pacar sebelumnya. Aku hanya menyiapkan piyama, pakaian dalam yang mungkin akan diperlukan saja.. itu hanya kebetulan saja... "
"Apakah begitu?*
"Selain itu, Yoshino-kun adalah orang pertama yang aku izinkan masuk ke dalam rumah ini.."
Tanpa sepengetahuanku, rupanya aku adalah tamu pertama yang mengunjungi rumah yang mengesankan ini.
Seharusnya sejak awal kamu memberitahukan hal-hal itu padaku sebelum memasuki rumah
Tetapi jika aku tahu itu, itu akan sangat canggung dan mungkin membuat Hoshikawa kesulitan. Aku rasa itu adalah hal yang bagus
Aku mengerti. Aku adalah orang pertama yang memasuki rumah Hoshikawa-san….
Ah, tiba-tiba aku merasa malu.
"Hoshikawa-san ... jika ada sesuatu yang bisa aku lakukan, katakan saja padaku."
"Eh?"
"Kemarin, aku benar-benar berpikir untuk tidur di taman. Aku tahu itu hal terburuk yang bisa kulakukan, tapi berkat Hoshikawa-san, aku bisa menghindari situasi terburuk dan aku sangat terselamatkan dengan itu. Aku tidak tahu harus berkata apa untuk berterima kasih kepadamu karena telah mengizinkanku untuk tinggal di sini untuk sementara waktu dan memberiku makanan yang enak… aku tidak tahu harus berkata apa untuk berterima kasih lagi, tolong izinkan aku untuk tinggal lebih lama lagi. Jadi tolong katakan saja apa yang kamu inginkan."
"Kalau begitu, aku ingin kamu ikut denganku untuk berbelanja."
"Apakah itu tidak apa apa?"
"Aku baik-baik saja dengan itu, karena setelah itu, kita akan memasak bersama. Aku belum benar benar tahu cara menggunakan kompor, bukan? Bukankah berbahaya jika aku menggunakannya sendiri?"
"Kurasa itu benar…"
"Jadi kita akan memasak bersama, oke?"
"Aku tidak keberatan… aku juga bisa memasak untuk mu juga."
"Eh kamu bisa memasak?"
"Jika kamu tidak keberatan, aku bisa membuat mie instan atau semacamnya."
"Pfft.."
Hoshikawa-san menertawakanku.
"Maaf, aku seharusnya tidak menyebutnya memasak.*
"Ah maaf, aku tidak bermaksud untuk mengolok-olokmu. Yah, aku ingin kau memasaknya untukku sekali."
"Apa? Kamu sungguh sungguh ingin mencobanya?"
"Aku ingin mencobanya, apapun yang dibuat Yoshino-kun pasti enak.."
"Yah... mungkin rasanya lebih enak saat seseorang membuatnya untukmu, tapi tidak untukku."
"Tidak, Bukan itu yang aku maksud."
Hoshikawa tertawa saat mengatakan ini.
Jika bukan tentang itu, lalu tentang apa? Aku tidak berpikir bahwa masakan ku adalah sesuatu yang benar-benar ia inginkan dari ku.
"Jika Hoshikawa ingin aku melakukan itu, aku akan melakukannya kapan saja."
"Iya, aku tidak sabar "
Apa yang ada di wajah Hoshikawa adalah senyun lebar yang belum pernah aku lihat sebelumnya, bahkan di sekolah. Itu adalah ekspresi yang mungkin hanya aku saja yang tahu..
Dengan senyuman seperti itu di wajahnya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum juga.
Ini mungkin sedikit meremehkan mengingat keadaan dunia saat ini, tapi ... aku punya perasaan bahwa kehidupan yang menyenangkan akan segera dimulai.
Karena aku benar-benar lupa tentang situasi dunia saat ini sampai aku pergi ke luar.
Pada siang hari, Hoshikawa dan aku memutuskan untuk berbelanja di supermarket dekat apartemen nya.
Kami memutuskan untuk membeli stok makanan dan kebutuhan lainnya untuk saat ini, karena kami akan karantina dirumah untuk waktu yang cukup lama
Kami berdua memakai masker dan keluar.
Saat itu hari Sabtu, semua orang memakai topeng sama seperti kami. Bahkan selama pandemi aku tidak menyangka stok masker akan begitu cepat habis.
"Ah, maaf kami sudah kehabisan stok ..."
Aku sedang berjalan-jalan disekitar untuk mencari masker dan tisu toilet di supermarket.
Rak-rak itu benar-benar kosong.
Aku pernah mendengar tentang hal semacam ini di acara berita lokal, sepertinya penimbunan barang barang kebutuhan pokok sedang terjadi di seluruh dunia.
Aku belum pernah benar-benar merasakannya di kehidupan asrama ku, tetapi cukup mengejutkan untuk melihatnya secara langsung.
Aku tidak punya pilihan selain membeli beberapa bahan makanan saja.
Supermarket dipenuhi keramaian saat aku memasukkan barang-barang yang aku inginkan ke dalam keranjangku.
"Sungguh padat sekali. "
"Itu benar. ayo pergi ke sana Yoshino-kun"
Ada pojok check-out mandiri di samping kasir tempat petugas menangani kasir.
Hoshikawa-san menghindari kasir di mana orang-orang mengantri dan menuju ke kasir yang kosong.
Karena supermarket itu dekat dengan apartemennnya, Hoshikawa-san mungkin sudah beberapa kali ke sana. Sepertinya dia tahu apa yang dia lakukan.
"Hoshikawa-san, apakah kamu yakin ingin pergi ke sana?*
"Ya, lebih cepat dengan cara ini."
"Apakah kamu bisa melakukan self-checkout sendiri?"
"Tidak."
Hoshikawa-san memiringkan kepalanya seolah olah berkata, "Bukankah sudah jelas?"
Itu benar, Hoshikawa bahkan tidak bisa menggunakan peralatan dapur dengan benar. Tapi tidakkah itu aneh jika dia tidak bisa menggunakan mesin self checkout sendiri di Supermarket yang begitu dekat dengan apartemennya?
"Beginilah cara melakukannya."
Kataku dan memasukkan barang-barang itu ke kasir.
Aku pernah menggunakannya sebelumnya, jadi aku tahu bagaimana cara melakukannya.
Hoshikawa-san memperhatikanku dengan sangat puas sehingga aku bisa melihatnya melalui maskernya. Aku ingin dia melihat ke kasir, tapi untuk beberapa alasan dia malah menatapku.
"Apakah ada sesuatu di wajahku?"
"Eh? Tidak, maskermu belum terpasang dengan benar."
"Eh benarkah?*
Melihat itu Hoshikawa-san mulai tertawa,
Mengapa dia begitu imut sekali?
Setelah belanjaan kami dimuat, Hoshikawa membayarnya dengan kartu kredit.
Dia mengeluarkan sebuah kartu hitam yang terlihat seperti sesuatu yang hanya dimiliki oleh orang kaya atau orang penting dari dompetnya.
Aku tidak bertanya apa apa dan berpura-pura tidak melihatnya. Aku pikir itu adalah sesuatu yang biasa dimiliki oleh anak orang kaya.
Aku membawa tas belanjaan mencoba setidaknya menjadi penangan bagasi.
Kemudian kami berdua meninggalkan supermarket
Aku ingin istirahat di suatu tempat, tapi kurasa itu tidak mungkin.
Aku selalu istirahat di suatu tempat setiap berbelanja sendiri, tapi hari ini berbeda, aku sedang berbelanja dengan gadis tercantik di sekolahku.
Aku merasa ingin memberikan sesuatu kepada Hoshikawa-san sebagai ucapan terima kasih karena telah mengizinkanku untuk tinggal di apartemennya, tapi semua kafe kecil tutup. Restoran cepat saji seperti Mc Donald's juga penuh sesak dengan orang orang. Sepertinya semua orang pergi kesini karena tidak ada restoran lain yang buka…
Berada di dekat Hoshikawa begitu damai rasanya seperti berada dunia luar yang berbeda.
"Hmm. Kita sudah membeli daging dan sebagainya, jadi mari kita pulang saja."
"Yoshino-kun, apakah ada tempat yang ingin kamu kunjungi...?
"Saat aku pergi bersama Hoshikawa-san. Aku berpikir untuk beristirahat sejenak dan membelikanmu sesuatu untuk diminum sebagai ucapan terima kasih karena telah mengizinkanku tinggal di rumahmu, tetapi sepertinya semuanya sudah tutup.."
"Oh, tidak, kamu tidak perlu khawatir tentang itu…."
"Tidak, aku merasa tidak enak soal itu…"
"Kalau begitu, ayo buat kafe saja di rumah."
"Di rumah?"
“Ya. Kita bisa membuat puding besar atau semacamnya. Sepertinya itu cara yang populer untuk menghabiskan waktu karantina akhir-akhir ini."
"Oh, kedengarannya menyenangkan....... Apakah kamu bisa membuat puding Hoshikawa-san?"
"Ya. Aku juga pandai membuat manisan dan makanan penutup."
Sambil membicarakan itu, kami kembali ke menuju apartemen Hoshikawa..
"Hoshikawa benar-benar luar biasa. Kamu benar benar seorang juru masak yang baik."
"Ehe, aku senang jika kamu mengatakan itu."
"Nah, apakah kamu memanaskan puding untuk membuatnya?"
"Mm. Ya. Dikukus, dipanggang…"
"Tapi kamu hanya bisa membuatnya dengan microwave saja, apakah kamu bisa menggunakan nya?*
"Tidak! Aku tidak tahu."
Dia menyipitkan matanya, tetapi ekspresi Hoshikawa-san tidak begitu jelas karena maskernya.
Tapi tetap saja, menurutku Hoshikawa-san terlalu sensitif setiap kali aku membicarakan mesin.
Apakah ini semacam alergi, atau semacamnya?
"Ah. Hoshikawa-san kita sudah menunggu disini lumayan lama, kamu harus menekan tombol pejalan kaki di sini."
"Aku tidak paham.*
"Kamu harus menekan tombol pejalan kaki untuk menyebrang."
"Aku mengerti."
Setelah aku menjelaskan, Hoshikawa menekan tombol dengan gembira karena suatu alasan.
Meski Hoshikawa adalah yang gadis kelas atas di kelasnya, tapi dia masih manusia yang sama denganku, jadi tidak mengherankan jika dia tidak pandai dalam beberapa hal.
Di samping itu, ada bidang-bidang di mana ia sangat unggul dibandingkan orang lain. Di sisi lain, dia juga tidak pandai dalam berbagai hal dibandingkan orang lain.
"Hoshikawa, tombol lift."
"Aku tidak paham."
Ya, itu tidak aneh.. aku tidak memungkiri kemungkinan itu.
Itu tidak aneh…. tapi...
"Yoshino-kun, ada apa..."
Saat aku memasuki pintu rumah Hoshikawa dan berhenti, Hoshikawa mendekatiku dengan rasa ingin tahu.
…Aku tahu itu aneh.
Hoshikawa berpura pura tidak kompeten secara mekanis dalam bidang teknologi
Karena, aku ingat.
Kemarin malam, dalam perjalanan dari taman ke apartemen, aku melihatnya menekan tombol pejalan kaki di trotoar sebelum menyebrang.
Hal yang sama berlaku untuk lift.
Ketika aku pertama kali datang ke apartemen ini, dialah yang menekan tombol.
Maksudku, tidak mungkin ia seceroboh ini setelah hidup sendiri selama setahun.
Entah itu saat di dapur atau wifi, itu tidak masuk akal sama sekali…
"Hoshikawa-san."
"Apa apa?"
"Ah … tidak aku…"
Aku tidak bisa mengatakannya.
Hoshikawa berbohong, kan? Kau bukan tipe orang yang tidak pandai secara mekanis, kan?
Aku ingin menanyakan itu padanya..... tapi saat aku melihat mata Hoshikawa-san yang berbinar, entah mengapa.
Aku ingin melindungi senyum ini.
Tapi apa yang menyenangkan dari itu?
Apa keuntungan baginya dengan berpura-pura di depanku?
Tidak mungkin untuk memikatku untuk tinggal bersamanya, kan?
Aku sadar bahwa Hoshikawa menikmati melihat reaksiku.
Tapi aku tidak tahu kenikmatan macam apa yang dia dapatkan darinya.
Aku tidak merasakan kedengkian, seolah-olah dia sedang mengolok-olokku, tapi itu terasa seperti bantuan.
Itu sebabnya aku tidak mengerti.
Ini adalah situasi yang tidak biasa bagi Hoshikawa untuk menunjukkan perhatiannya kepadaku.
Tetapi dunia berada dalam situasi yang tidak normal sekarang.
Jadi, apakah ada kemungkinan dia menyukaiku?
Dengan kata lain, mungkin saja Hoshikawa menyukaiku.
◇
Setelah aku selesai berbelanja dengan Hoshikawa, aku pergi ke sekolah sendirian.
Aku merasa aneh ketika aku berduaan dengan Hoshikawa-san, jadi aku memutuskan untuk melihat keadaan asrama.
Aku pikir mungkin asrama akan didesinfeksi dan dibuka kembali pada tanggal tertentu, tetapi aku tidak terkejut saat melihat sebuah papan bertuliskan, “Siswa tidak diperbolehkan berada di halaman sekolah.” dipasang di depan gerbang sekolah.
Melihat ke dalam gerbang, aku melihat tidak ada orang disana.
Pada waktu normal, bahkan pada hari libur, suara siswa yang terlibat dalam kegiatan klub dapat terdengar dari luar sekolah, tetapi sekarang yang terdengar hanyalah gemerisik burung.
Bukan tidak mungkin untuk masuk ke sekolah, mengabaikan rambu-rambu.
Namun, aku memutuskan untuk tidak melakukannya karena akan merepotkan jika seorang guru atau petugas keamanan melihatku.
Bukan hanya di sekolah saja. Anehnya kota itu juga sepi.
Aku kembali ke apartemen tempat Hoshikawa-san menungguku, sambil melihat ke jalan yang sepertinya telah menjadi kota hantu.
Aku telah diusir dari asrama dan tidak punya tempat untuk tinggal. Aku menyadari bahwa dunia telah berubah begitu banyak sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
"Ah, selamat datang di rumah, Yoshino-kun.”
Setelah melihat Hoshikawa-san, perasaan ku yang sedikit gelisah menjadi sedikit lebih tenang
Ketika tiba di apartemen Hoshikawa-san, aku disambut oleh Hoshikawa yang mengenakan pakaian santai berbulu.
Udara di luar dan udara di dalam seolah-olah merupakan dua hal yang berbeda. Tentu saja, maksud ku udara di luar jauh lebih dingin daripada di dalam.
"Aku pulang!"
Aku menatap Hoshikawa dan merasa lega.
Aku sangat lega melihat Hoshikawa mengatakan "Selamat datang di rumah." Aku bertanya-tanya apakah ini nyata atau tidak. Bagi ku itu jauh lebih penting daripada situasi dunia saat ini.
Meskipun situasinya sudah tenang, pikiran ku sepertinya belum tenang sama sekali. Aku merasa pusing, dan tidak yakin dengan langkah kakiku.
Aku pergi ke kamar mandi untuk menyembunyikan rasa maluku.
Aku mencuci tangan, dan berkumur.
Aku tidak pernah berhati-hati dan aku mungkin belum pernah menggunakan hand sanitizer untuk mencuci tanganku sebelumnya.
Sejujurnya, aku mungkin tidak akan melakukannya jika aku tinggal sendiri
Tapi, aku tidak sendirian sekarang.
Senyum Hoshikawa, dan ruang di mana dia menungguku, luar biasa hangat dan damai, dan itu meresap jauh ke dalam hatiku.
Hoshikawa tidak kompeten secara mekanis.
Dia hanya berpura-pura.
Meskipun aku menyadari hal ini, aku memutuskan untuk bersikap acuh tak acuh seperti biasanya
Satu-satunya alasan ku adalah... Aku ingin terus tinggal bersama dengannya seperti ini.
Pertama, aku tidak punya tempat tinggal.
Bukan hanya itu, aku juga akan tinggal bersama gadis tercantik di sekolahku, dan tempat tinggalnya adalah apartemen yang jauh lebih mahal daripada asramaku dan termasuk tiga kali makan sehari dan itu semua adalah buatan tangan oleh seorang gadis cantik, dan itu jauh lebih enak.
Aku menyukainya daripada makan di restoran, dan jujur, itu lebih cocok dengan seleraku daripada masakan ibuku. Bumbunya sangat enak, seolah-olah dia tahu persis apa yang aku suka..
Aku tidak perlu memberitahumu bagaimana perasaanku tentang itu, tapi dengan ini aku mungkin bisa semakin dekat dengan Hoshikawa-san dengan mudah.
Aku tahu itu adalah ekspektasi yang tidak sesuai dengan orang sepertiku
Namun, tidak mungkin untuk mengatakan bahwa aku mengharapkan apapun dalam keadaan saat ini.
Jika ada orang lain yang tahu apa yang sedang terjadi, mereka mungkin memikirkan hal yang lebih jauh dariku, atau mereka mungkin berpikir bahwa aku dan Hoshikawa tidak seimbang.
Bagaimanapun, ini adalah situasi yang tidak boleh aku sia siakan
Jadi, aku harus berhati-hati.
Aku tidak akan melakukan apa pun yang dapat merusak suasana hati Hoshikawa, dan aku tidak ingin dia melihat motif tersembunyiku.
"Yoshino-kun no, etchi"
"Maafkan aku!"
Di tanganku, aku memiliki pakaian dalam Hoshikawa di tanganku sampai tiga detik yang lalu.
Apa yang terjadi adalah aku mengambil ...... celana dalam Hoshikawa.
Pada saat itu, ketika aku bertekad untuk tidak membuat Hoshikawa kesal, aku melihat ada sesuatu yang berwarna putih jatuh di depanku, lalu aku mengambilnya dan segera setelah itu, Hoshikawa-san yang kebetulan datang, pada waktu yang tepat, memergokiku sedang beraksi.
"Aku mengambilnya begitu saja begitu aku melihatnya terjatuh. Itulah yang kupikirkan"
"Aku hanya bercanda, Yoshino-kun.*
Aku berlutut, dan dia meletakkan tangannya di bahuku, mencoba mengambilnya dan membuatku berdiri.
"Maaf juga, aku meletakkan sesuatu yang aneh di depanmu."
"Itu tidak aneh itu sangat halus."
Saat aku menyadari apa yang baru saja kukatakan, aku berlutut lagi.
Apakah aku bodoh?
Tidak ada yang bertanya kepada ku bagaimana perasaan ku tentang teksturnya. Mengapa aku mengatakan sesuatu yang tidak perlu? Apakah karena aku bodoh? Mungkin karena aku bodoh.
"Tidak ada yang perlu untuk meminta maaf, oke?.. "
Hoshikawa-san berjongkok dan mengintip ke arahku.
Pada saat itu, kamisol di sekitar dadanya tertekuk, dan aku melihat sesuatu melalui celah itu.
Itu adalah pakaian dalam berwarna merah muda pucat dengan tekstur yang sama dengan yang ada di bawahnya.
"Aku minta maaf."
"Apa?"
"Aku akui, aku melihatnya."
Aku tidak bisa menahannya, jadi aku mengatakan kepadanya kejahatan ini sebelum dia bertanya kepadaku.
Bahkan jika Hoshikawa mengusirku karena ini, itu bukan lagi pilihan, Ini adalah rumah Hoshikawa-san, dia bisa memilih apa pun yang dia inginkan.
"Tidak masalah, aku tidak keberatan."
Hoshikawa-san yang sudah siap untuk menghukum ku membisikkan ini padaku,
Aku mendongak kaget dan melihat senyum penuh kasih di wajah Hoshikawa.
"Apakah tidak apa-apa?"
Aku terkejut dan meliriknya, tapi dia tersenyum ramah
"Aku tak keberatan, karena itu Yoshino-kun."
Hoshikawa tersenyum padaku dan kami saling menatap satu sama lain untuk beberapa saat.
Aku memikirkan makna dari apa yang baru saja dikatakan.
Karena itu aku, jadi tidak apa-apa...
"Jadi maksudmu aku tidak perlu waspada?"
"Kamu harus sedikit waspada terhadap itu....... "
"Apa? "
"Tidak, tidak, tidak, bukan apa apa, sungguh.”
Hoshikawa-san bangkit, meminta maaf dan pergi.
◇◇◇◇◇◇◇◇
Hari berikutnya, di hari minggu hari berlalu dengan damai seolah-olah kecelakaan kemarin tidak pernah terjadi.
Ada beberapa hal yang menggangguku, meskipun tidak terlalu mengganggu .......
Hoshikawa-san sangat dekat denganku.
Itu terlalu dekat.
Itu cukup dekat dengan jarak di mana kulit kami hampir bersentuhan, misalnya…
"Yoshino-kun, layar ponselku berhenti bekerja lagi."
Ketika dia menyerahkan telepon itu kepadaku, dia akan menempel padaku dan melihat ke tangan ku.
"Yoshino-kun, air panasnya tidak mengalir."
Dia akan meraih tanganku dengan tangannya, yang telah menjadi lembap karena air dingin, dan menghangatkan tangan nya dengan tanganku.
"Yoshino-kun, lampu di kamar mandi tidak menyala."
Dia akan mengajak ku ke kamar mandi dengan ekspresi gelisah di wajahnya, dan akan menempel erat di punggung ku, saat aku sedang memeriksa bola lampu.
Sambil berpura-pura tidak kompeten secara mekanis, Hoshikawa dengan cepat mendekatiku seolah-olah siap untuk menyerangku jika aku lengah.
Tidak, tidak hanya sedikit, itu hanya menggangguku.
Jika aku tidak berhati hati, aku bisa saja mendorongnya ke bawah dan itu sangat berbahaya.
Itu sebabnya aku mencoba menghabiskan hari ini sejauh mungkin darinya.. Seperti kutub magnet yang berlawanan. Aku menghindari kontak darinya kecuali dia memanggil nama ku.
"Yoshino-kun...apa aku membuat mu tidak nyaman?..."
Setelah makan siang Hoshikawa menanyakan itu padaku.
Dia sedang duduk di lantai dengan ekspresi cemas di wajahnya, jadi aku buru-buru menyangkalnya saat aku berada di sofa dengan ponselku.
"Tidak, kamu tidak salah apa apa."
"Hontōni?(Benarkah?)"
"Hontōda(Iya)"
"Hontoōni hontōni?(benarkah, benarkah?)
"Hontōni hontōdesu./Aku sungguh sungguh."
Karena Hoshikawa-san begitu dekat denganku, aku mulai berkeringat dingin.
Apakah dia memperhatikan ku seperti itu atau tidak. Hoshikawa merangkak seperti kucing di atas karpet.
ilustrasi jangan lupa jejak 132
"Hmmm… aku rasa kamu sering menghindariku akhir akhir ini."
"Aku hanya melakukan social distancing saja... "
Aku tidak tahu harus berkata apa tentang itu, jadi aku menggunakan istilah yang sering aku dengar baru-baru ini. Aku tidak berbohong.
Namun, Hoshikawa terlihat tidak puas
"Sayang sekali. Kita sudah lama bersama...... tapi, ya, itu benar. Aku rasa aku hanya membuat mu tidak nyaman."
"Tidak, tidak, tidak seperti itu. Jika aku mendapatkannya dari Hoshikawa-san, aku lebih suka menerimanya."
"Eh?"
Dasar bodoh, aku keceplosan lagi.
"Maafkan aku, maafkan aku, apa yang kukatakan barusan, aku…"
"Aku senang."
"Apa?"
"Kalau begini kan lebih nyaman.”
Hoshikawa mengubah posturnya dan duduk di sebelahku.. dan menempelkan bahunya padaku..
Apa-apaan ini?
Aku tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi, tapi Hoshikawa tampak puas untuk beberapa alasan
Dia sangat hangat, lembut, dan wanginya enak.
Ini sangat damai.
Namun, hanya pikiranku saja yang gelisah sampai akhir hari.