Bagaimana orang bereaksi ketika sesuatu yang tidak terduga terjadi? Aku pikir itu tergantung pada orangnya.
Beberapa orang akan membeku dan tidak bisa berkata apa-apa.
Beberapa orang juga akan mulai berbicara kasar dan menyangkalnya.
Ada berbagai macam orang.
Jika itu aku, aku yakin aku adalah tipe orang yang akan sangat terkejut hingga aku akan membeku dan tidak bisa bergerak.
Ketika aku menguping percakapan Nanami-san dengan teman-temannya yang bisa aku lakukan hanyalah mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
Aku sedang memikirkan hal ini saat aku menatap wajah tidur Nanami-san.
Untuk memastikan tidak ada kesalahpahaman, kami tidak tidur bersama, aku tidur di tempat lain dan aku baru saja datang untuk membangunkan Nanami-san.
Biasanya, Nanami-san sudah bangun sekarang, tetapi hari ini dia belum bangun, mungkin dia kelelahan karena keributan kemarin, jadi aku diminta untuk membangunkannya.
Tetapi, jika dia terbangun sekarang, bagaimana dia akan bereaksi? Aku takut akan hal itu, tetapi... Aku juga ingin melihatnya sedikit saja.
"Mmm?..Hmmm …"
Saat aku memikirkan itu, Nanami-san perlahan membuka matanya sambil menghela napas. Rupanya, dia bangun sebelum aku memanggilnya. Sungguh kebetulan yang luar biasa dia bangun tepat ketika aku ingin melihatnya.
Dan matanya, yang akan terbuka… sesekali berhenti dengan mata setengah terbuka.
"Selamat pagi, Nanami-san."
"Eh?"
Begitu Nanami-san melihatku, dia berhenti menggerakkan tubuhnya, yang baru saja dia gerakkan sedikit. Sepertinya Nanami-san adalah tipe orang yang sama denganku. Dia akan membeku dan terdiam.
Ketika matanya bertemu denganku, dia tetap terbungkus dalam futon dan tidak bergerak sama sekali.
Memegang selimut seperti itu, dia perlahan mengangkat selimutnya sambil menutupi tubuhnya. Apakah dia kedinginan? Dia melihat sekeliling lalu memiringkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya kembali ke arahku
".. Dimana aku."
"Hm … ini adalah ruang belajar di rumahmu Nanami-san."
Dia sepertinya bingung karena dia tidur sambil berjalan dan terbangun bukan di kamarnya. Aku duduk di sebelahnya untuk meyakinkannya dan menunggu kata-kata selanjutnya.
"Kenapa aku tidur disini… Yah aku baru ingat kamu bilang kita akan mengobrol disini... ingatanku agak kabur… dimana kamu tidur kemarin?.."
Kamu tidak ingat apa yang terjadi semalam? Hmm, aku tidak tahu harus berkata apa.... Jadi aku akan memberi tahu Nanami-san semuanya.
"Nanami-san tidakkah kamu ingat? Kemarin…"
Aku menjelaskan apa yang terjadi di ruangan ini kemarin, dalam waktu singkat pipi Nanami-san langsung memerah, dan dia merangkak ke futon yang berbentuk seperti ulat dan bersembunyi di dalamnya dengan bagian tengah yang terangkat..
"Ugh ... apakah aku melakukan itu? Aku sangat malu."
Dia menjulurkan wajahnya dari sana dan tampaknya telah berevolusi dari ulat menjadi kura-kura. Kemudian dia mengulurkan tangannya sedikit dan menggosok matanya dengan lembut seperti kucing.
Aku berbaring di sebelahnya, lalu setelah kami sejajar, dia menatapku dengan malu-malu.
"Kelihatanya kamu benar benar tidak ingat apa apa."
"Ya... Aku ingat… aku mungkin samar-samar mengingatnya… Aku tidak yakin…"
Nanami-san bilang dia tidak mengingat apa apa yang dia lakukan, tapi tak lama kemudian dia mulai mengingatnya seolah membenarkan apa yang dia katakan. Pernyataan itu membuat ku cemas..
Kamu tidak ingat apa yang ku lakukan, kan? Tidak, aku rasa dia tertidur saat itu dan dia tidak menyadarinya. Aku rasa aku tidak perlu khawatir soal itu.
Aku memiliki perasaan bersalah yang kuat setelah menyadari bahwa aku telah melakukan sesuatu yang salah.
Aku mencium kening Nanami.
Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi ada benarnya juga bahwa aku merasa harus mengatakannya. Apa yang harus aku lakukan? Saat aku berada dalam konflik seperti ini, Nanami mulai bergumam padaku
Ilustrasi
"Semalam, aku tidak sempat untuk mengobrol denganmu. Maafkan aku."
"Kamu tidak perlu meminta maaf, yah, itu tidak bisa dihindari. Sungguh tidak terduga, bukan?"
Siapa yang mengira Nanami-san akan datang ke kamarku dalam keadaan mabuk? Dan datang dengan berpakaian seperti itu... Meskipun begitu aku benar benar menahan diri dengan baik.
Tidak, aku memang menciumnya di kening. Meskipun begitu, aku pikir aku telah menanggungnya dengan baik.
"Hmmm, aku harap Youshin bisa menginap lagi hari ini."
"Kemarin, semua orang berkumpul disini dan hari ini adalah hari yang sangat spesial, bukan? Makanya aku memutuskan untuk menginap juga."
"Yah, itu benar. Aku bertanya-tanya mengapa aku malah tidur kemarin malam. Padahal aku ingin membicarakan berbagai hal, seperti bagaimana perasaanku tentang kencan kemarin atau apa yang ingin kulakukan selanjutnya bersamamu."
Aku bisa merasakan sedikit kesedihan dalam suaranya. Kemudian Nanami-san berdiri dan meregangkan tubuhnya. Futon, yang telah menutupi tubuhnya, kehilangan gravitasi dan mulai terlepas dari tubuhnya.
Saat aku berbaring di sana dan mengikutinya dengan gerakan mata ku... Nanami melihat ke bagian bawah tubuhnya sendiri dan membeku lagi.
Melihatnya dari angle bawah sungguh luar biasa.
"Kenapa aku berpakaian seperti ini?"
Setelah berteriak keras, Nanami dengan cepat mengangkat futon yang jatuh dan menutupi tubuhnya dengan futon. Dia mengatakan bahwa dia ingat apa yang terjadi semalam, tetapi rupanya dia melewatkan hal itu.
"Pantesan disini dingin banget…"
"Nanami-san, kemarin kamu datang ke kamarku sambil memakai pakaian itu, tapi aku tidak ingat bagian itu…"
"Kamu bohong! Aku tidak melakukan sesuatu yang aneh kan? Aku tidak mengatakan sesuatu yang aneh kan?"
Kenapa kamu malah memikirkan itu daripada khawatir tentang apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Apakah tidak apa-apa untuk menganggapnya sebagai kepercayaan padaku? Nanami-san memegangi kepalanya seolah-olah mencoba untuk mengingat kembali tindakannya.
"Jangan khawatir, tidak ada apa-apa…"
Aku baru saja akan mengatakan itu, tapi aku kehilangan kata-kata untuk sesaat, karena mengingat bahwa dia telah ... menyentuh perutku.
"Tidak terjadi apa-apa."
"Ekspresimu terlihat mencurigakan.."
"Tidak terjadi apa-apa, sungguh, semalam kamu hanya menyentuh perutku saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal itu.."
"Apa itu? Aku tidak ingat sama sekali.…"
Nanami-san membuka jendela lalu memegangi kepalanya lagi, kali ini ia tidak mempedulikan selimutnya yang jatuh dari tubuhnya, Rupanya dia mati-matian mencoba untuk mengingatnya.
Aku berdiri dan mengulurkan tanganku padanya.
"Kalau begitu, ayo keluar, Nanami-san!"
"Ya…"
Nanami-san menganggukkan kepalanya dan dengan pasrah ia meraih tanganku, dan perlahan berdiri.
“Ugh! Aku merasa lebih mengantuk dari sebelumnya …”
Sedikit pusing, Nanami-san mulai berjalan. Aku pikir dia akan melepaskan tanganku begitu dia berdiri, tapi dia memegang tanganku erat-erat dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan melepaskannya.
Dia terhuyung-huyung dan itu akan sangat berbahaya jika aku melepaskan nya. aku pikir aku akan berjalan dengannya.
“Bisakah kamu berjalan, Nanami-san?"
“Aku merasa pusing... apakah ini yang namanya mabuk? Ayahku bilang aku harus berusia 20 tahun dulu sebelum bisa minum - minum, tetapi jika aku seperti ini, sepertinyanya aku tidak akan bisa minum – minum bahkan jika aku sudah berusia 20 tahun”
Nanami-san berjalan sambil bersandar padaku. Aku berjalan perlahan sambil menopangnya agar dia tidak jatuh. Aku tidak tahu apakah itu karena dia baru saja bangun dari tidurnya, tubuhnya terasa hangat sekali… dan pipiku mulai memerah
Aku tidak percaya dengan hanya memakan cokelat saja sudah bisa membuat Nanami-san seperti ini.
Aku tidak tahu itu, karena aku tidak pernah minum alkohol dan aku tidak tahu itu bahwa efeknya akan seburuk itu Jika itu masalahnya, aku juga tidak ingin minum alkohol ketika aku sudah dewasa nanti.
“Youshin aku bisa jalan sendiri kok.”
“Tidak, itu akan berbahaya jika kamu menuruni tangga seperti ini. aku akan membantumu.”
“Umm, ya..”
Tangga itu memang berbahaya, tetapi menggendong gadis dengan pakaian tipis seperti ini jauh lebih berbahaya. Apakah Nanami-san mengerti itu atau tidak? Tidak, aku rasa dia tidak mengerti ini. Aku rasa kepalanya belum sepenuhnya bekerja.
Kemudian, kami tiba di ruang tamu.
Disana Shahachi-chan dan Genichiro-san sedang menyiapkan sarapan di dapur, Otofuke-san dan Kamiechi-san juga ada disana, tampaknya mereka sedang membuat sarapan bersama.
“Selamat pagi, Nanami.”
“Selamat pagi Nanami, apakah tidurmu nyenyak Nanami?”
“Ah, ayah, selamat datang kembali. Apakah kamu pulang larut malam? Kamu tidak minum terlalu banyak, kan?”
Genichiro-san berteriak kaget begitu melihat Nanami-san yang menyapanya. Di dekatnya, Otofuke-san dan Kamiechi-san memiliki ekspresi tidak percaya di wajah mereka dan Shahachi tampak agak geli.
“Tidak, aku tidak minum banyak kemarin. Tidak, bukan itu yang ingin kukatakan …”
Genichiro-san menunjuk ke pakaian Nanami-san, dengan tangannya yang sedikit gemetar, Nanami-san sepertinya tidak sadar bahwa dia sedang berpegangan tangan denganku, dan perlahan mulai menggerakkan kepalanya untuk melihatku.
Aku juga menatap lurus ke arahnya, ada cahaya di matanya yang seolah olah dia sedang mencoba menarik sesuatu dariku.
"Youshin, mungkinkah alasanmu tidur di sofa karena...."
“Seperti yang mungkin sudah kamu duga. Itu benar”
Aku menegaskan kata-kata Genichiro-san. Kemudian Genichiro-san mengangkat bahunya sedikit dan dia mendekatiku...
“Aku minta maaf atas semua yang telah putriku lakukan. Tapi aku kagum kamu bisa bertahan … itu luar biasa.
Dia mencengkeram kedua bahuku dengan kuat dan mengucapkan permintaan maaf yang tulus. Ini sangat berlebihan, aku tidak berpikir itu masalah besar..
Namun, memang benar bahwa aku bertahan dengan situasi itu, entah kenapa itu membuatku merasa geli dan anehnya aku merasa senang dipuji olehnya.
Saat aku memiringkan kepalaku, Genichiro bertanya padaku dan berbisik.
“Jika itu aku, aku tidak akan bisa tahan.”
Pada saat itu, aku melihat senyum seorang wanita di pikiranku. Tidak, aku tidak bisa secara spesifik menyebutkannya, tapi itu adalah satu-satunya orang yang dapat ku pikirkan. itu adalah Mutsuko-san
Aku dan Genichiro-san saling berjabat tangan dengan erat. Melihat ini, Nanami memiringkan kepalanya dan bertanya-tanya apa yang sedang kami lakukan. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dimengerti oleh pria.
"Selamat pagi Nanami”
Sapa Otofuke-san
“Selamat pagi kalian berdua, aku yakin kalian berdua bersenang-senang tadi malam…"
Bagaimana kamu bisa mengatakan itu dengan begitu santai Kamiechi-san? Maksudku, kita berdua tahu bahwa itu bukanlah malam yang menyenangkan.
“Selamat pagi Otofuke-san, Kamiechi-san.”
“Selamat pagi, Hatsumi dan Ayumi, apakah kalian sedang menyiapkan sarapan untuk kami? Maaf aku tidak bisa membantu kalian. Sekarang aku akan segera membantu kalian.”
Nanami-san mencoba melepaskan tangannya dariku dan hendak berjalan ke dapur, tetapi mereka berdua menghentikannya dengan tangan mereka. Tiba-tiba, Nanami tersandung sedikit dan bersandar di tubuhku.
“Sudah sudah, tidak usah, Kami akan melakukannya untukmu sebagai ucapan terima kasih karena sudah mengizinkan kami untuk menginap di sini hari ini dan juga sebagai permintaan maaf kami untuk kecelakaan kemarin.”
“Itu benar. Santai saja anggap saja kamu sedang bersantai di atas kapal besar. Ada baiknya untuk melakukannya sesekali."
“Etto... Aku juga ingin membuatkan makan siang untuk Youshin…”
Aku baru saja akan melangkah ke dapur, lalu aku mendengar Nanami-san menggumamkan sesuatu kepadaku. Itu adalah suara yang sangat pelan, tapi terdengar jelas di telingaku.
Dengan satu kata itu, semua orang di dapur membeku.
Setelah mengatakan itu Nanami-san menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Disisi lain aku tetap membeku dalam posisi akan melangkah maju, secara bertahap aku mulai menyadari panas yang naik di tubuhku.
Dan seolah-olah menyamai kecepatan di mana pipiku mulai memerah... semua orang mulai tersenyum padaku dan mereka semua tampak senang dengan itu.
“Uwa~ Aku aku harap aku bisa merekam kalimat itu dan menunjukkannya kepada Mutsuko-san setelah dia bangun.”
"Padahal masih pagi, tapi kamu sudah begitu bersemangat Nee-chan."
“Nanami… Kamu sudah tumbuh besar ... "
Sementara mereka berempat menunjukkan reaksi dengan cara mereka sendiri, aku dan Nanami memerah dan diam. Aku mulai berkeringat dan aku bisa merasakan punggungku basah. Aku berkeringat seperti orang gila.
Aku tahu aku akan masuk ke dalam situasi di mana aku akan berkeringat lebih banyak lagi.
“Yah, bagaimanapun juga sarapan akan segera siap, kami akan menyiapkannya untuk kalian, bagaimana kalau kalian menunggu saja sambil mengobrol selagi kita menyiapkan sarapan untuk kalian, untuk makan siang Misumai kami akan menyerahkannya pada Nanami. ”
Setelah mengatakan itu, Kamiechi-san mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menunjukkan layarnya kepada kami. Ada sebuah foto di dalamnya. Itu adalah foto yang aku kenal.
Itu adalah fotoku saat mencium kening Nanami-san.
Aku bisa merasakan napas Nanami-san tepat di sebelahku, aku sangat terkejut melihat reaksinya.
Sebaliknya, aku tidak bisa menahan keringat di sekujur tubuhku
“Hei, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
“Ya…”
Nanami-san, dengan senyum lembut di wajahnya, berbicara kepadaku dengan nada yang sangat lembut. Namun aku tidak bisa berhenti berkeringat.
Nanami-san meraih tanganku dan kami perlahan mulai meninggalkan dapur dan pergi ke ruang tamu. Aku tidak tahu harus berkata apa padanya untuk membela diri.
Sementara aku memikirkan apa yang harus kukatakan, Nanami-san berbicara padaku dengan suara yang hanya bisa ku dengar, jauh dari orang lain.
“Jangan salah paham, aku tidak marah padamu, aku hanya ingin kamu memberitahuku mengapa kamu...... melakukannya…"
Pipi Nanami-san sedikit memerah dan dia tersenyum bahagia padaku sambil memegang jari telunjuknya di depan bibirnya dan menantikan penjelasan yang akan dia dengar dariku….
Aku merasa lega dengan kata-katanya, tapi aku juga dihadapkan pada kenyataan bahwa aku harus menjelaskan pada Nanami mengapa aku menciumnya....... disaat yang sama aku masih berkeringat seperti air terjun.
Bukankah itu akan lebih baik jika dia marah padaku? Aku mencoba memikirkan cara untuk menjelaskannya padanya.