Sebelum membaca, jangan lupa follow FP Instagram kami @getoknow_translation

Youkya na Kanojo wa Kyorikan ga Bagutteiru Vol 1 Chapter 12

20 min read

Pada pagi hari, hari ulang tahunku, aku selalu terbangun dengan mimpi buruk.


“......"

Ketika aku merasa punggungku basah oleh keringat dan mulutku kering, kepalaku yang setengah tertidur mengerti bahwa aku sudah bangun..

Perlahan Ayano turun dari tempat tidur dan mulai meregangkan tubuhnya sambil menguap.

Aku tidak ingat seperti apa mimpi itu, tapi itu adalah panggilan bangun terburuk yang pernah kualami.

Dalam keadaan linglung aku segera mengecek ponselku tanpa pikir panjang dan muncul sebuah notifikasi yang menandakan bahwa ada pesan baru masuk di HPku.

[Kyosuke: Selamat ulang tahun!]

Satu kalimat itu membuatku merasa seolah tubuhku melayang.

Terima kasih, aku akan menyimpan ucapan terima kasih ini. Sampai kita bertemu hari ini.

Jejak ketupat POV Kyosuke

Langkah Kyosuke hari itu terasa berat.

Selain kegugupan karena harus memberikan hadiah kepada Ayano, hal yang paling menyita pikiranku saat ini adalah tentang pesan yang kukirimkan kepadanya tadi malam.

Aku mengikuti saran Kotaro『Kamu harus mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun' padanya saat tanggal berubah.』
Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa darinya. Meskipun itu ditandai sebagai telah dibaca.

Aku tidak punya pilihan selain merenungkan apa yang aku lakukan tadi malam.

Aku pikir aku tidak akan menyesali apa yang telah aku lakukan tadi malam, tapi pada kenyataannya aku langsung menyesalinya pagi ini.

Saat itu sudah lewat pukul 12 malam, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi itu adalah letak kesalahanku, aku pasti melakukan sesuatu yang salah, dia mungkin bahwa berpikir aku orang yang menyebalkan, karena dia baru saja kembali ke rumah setelah hari yang panjang hanya untuk dibangunkan oleh suara notifikasi.

Bisa jadi itu hanya firasatku. Atau mungkin hanya aku yang salah paham.

Aku bertanya-tanya apakah ini karena aku sedang memikirkan hadiah untuknya?

Memang benar nasihat Kotaro sama sekali tidak bisa diandalkan, namun berkat beberapa sarab darinya, aku telah memperluas wawasan ku dari apa yang bisa aku asumsikan sedikit.

Waktunya untuk menguji hasil usahaku semakin dekat dan hal yang bisa kulakukan adalah menunggu Ayano hari ini.

“Fujimura!!”

Tepat saat gerbang sekolah mulai terlihat, sebuah pukulan menghantam kedua bahuku.

Bahkan tanpa menoleh ke belakang, aku bisa mengetahui siapa orang itu. Melihat ke samping, rambut hitam legam Ayano yang panjang dan berkilau dikepang secara luar biasa dan menggantung di atas dadanya. Aroma yang lembut dan manis menggelitik lubang hidungku dan sensasi memalukan namun menyenangkan membakar pipiku.

"Selamat pagi. Terima kasih atas bantuanmu kemarin.”

"... Ah, ah, ya"

Mata birunya berbinar saat dia berjalan di sampingku. Menyadari bahwa dia tidak terganggu oleh pesan itu, Kyousuke merespon dengan beberapa kejutan lebih dari biasanya..

“Mulai hari ini aku satu tahun lebih tua darimu, bukan?”

“Yah begitulah.”

“Coba panggil aku “Onee-san.”

“Eh? Mengapa?”

“Karena hari ini ulang tahunku, kau tahu?”

Dia mendengus seolah mengatakan bahwa dia adalah karakter utama hari ini, dan menatapku seolah ia mengharapkan sesuatu dariku.

Kyosuke menghela nafas kecil sebelum membuka mulutnya dan berkata "Onee-chan" dalam suara yang terdengar seperti kicau burung kecil. Melihat reaksiku saat ini seharusnya cukup menyenangkan hatinya. Karena Ayano mengepalkan tangannya dan melakukan pose berani, dan setiap gerakannya sangat lucu…

(Apakah semenarik itu, ulang tahunmu?)

Sambil mengangkat bahuku dengan cemas, aku merasa mulutku secara alami mengendur. Aku tidak bisa membenci yang kekanak-kanakan.

“Hei, Fujimura.”

“Hmm?"

"Fufufu."

“Ada apa?”

“Aku hanya sedang ingin memanggilmu saja.”

Ayano menyeringai saat dia menyenggolnya dengan sikunya.. tapi Kyosuke tidak begitu peka sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa itu adalah permintaan hadiah.

(Ada banyak hal yang harus aku persiapkan juga soalnya.......)

Mungkin akan lebih cepat jika aku menyerahkannya saja di sini sekarang, tetapi itu tidak akan mudah jika ada begitu banyak orang di sekitar seperti ini. Bahkan di dalam kelas, jika aku melakukan sesuatu yang aneh, aku tidak ingin rumor buruk tentangku menyebar di sekolah.

"Apakah kamu bebas sepulang sekolah hari ini?"

“Aku tidak punya rencana apapun hari ini.”

“Datanglah ke rumahku kalau begitu. Ayo belajar bersama."

“Kita juga bisa menonton film bersama." lanjut Ayano. Mendengar kata-kata ini, keinginannya yang kuat untuk melakukannya tampaknya tidak berubah seolah-olah dia tidak berniat untuk belajar.

Meskipun aku merasa terganggu oleh itu. Jika itu di kamar Ayano, tidak akan ada orang lain yang akan melihat, kan? Dia mungkin mengundangku dengan maksud itu.

Kyosuke memandangnya dari samping dan mengangguk.

カリカリ(Kari, Kari............)

カリ、カリカリ......(Kari, Kari Kari......)

Suara ujung pensil yang bergesekan dengan permukaan buku catatan bergema di seluruh ruangan, jarum jam yang panjang terus berdetak, dan tetesan air sesekali jatuh dari keran dapur.

Ayano duduk di atas karpet dan membentangkan semua buku pelajarannya di atas meja dan berkata.

“Hei, Fujimura.”

“Ada apa?"

“Aku butuh istirahat sebentar…”

“Baiklah..”

Sepulang sekolah.

Ayano, seolah membaca pikiranku, mengajakku untuk datang kerumahnya.
Ia mengeluarkan buku pelajarannya, memutar film, dan mencicipi teh melati.

Seperti yang diharapkan, pikirannya tidak pernah langsung tertuju pada studinya, dan waktu berlalu begitu saja.

Di tengah semua ini, aku mengintip kemajuan Ayano.

Buku soal matematikanya dalam kondisi yang mengerikan. Tidak dapat dihindari bahwa dia tidak membuat banyak kemajuan, bahkan dengan melihat sekilas saja, buku itu menunjukkan bahwa itu penuh dengan kesalahan. Menyadari tatapan mata Kyosuke, Ayano segera menyembunyikannya buku catatannya sambil malu-malu, menunjukkan bahwa ia tidak mengerti apa-apa.

Kyosuke segera mematikan TV dan mulai membantu Ayano mengerjakan persiapan ujiannya.

Aku tidak cukup baik untuk dipuji oleh orang lain, tetapi aku tidak bisa cukup kejam untuk mengabaikannya.

“Bagian itu, harus diperbaiki.”

“Apa? Yang mana?"

Ketika aku menunjuk ke bagian yang salah, Ayano tertawa dan menggerakkan penghapus seolah-olah untuk menipuku.

“Itu bukan karena aku bodoh.”

Matanya yang berair berkilauan karena kecemasan. Ayano sepertinya tidak bisa berkata apa-apa sekarang, tapi aku bisa melihat bahwa dia menatapku dengan sedikit gelisah sekarang.

“Sangat bagus bahwa kamu bekerja sangat keras, dan itu adalah sesuatu yang tidak dapat ditiru oleh orang lain di kelas.”

"Apakah begitu?"

“Tentu saja. Dibandingkan dengan semua orang yang aku temui, Sasakawa-san lebih hebat daripada siapa pun yang aku kenal.”

“Hehe..”

“Jadi, tidak heran jika kamu tidak pandai belajar. Tidak ada orang yang bisa melakukan segalanya.”

Jika dia menonjol dalam banyak hal dan mendapat nilai yang sangat buruk dalam ujian, aku khawatir akan ada orang yang akan menggunakannya sebagai alasan untuk menjelek-jelekannya di belakangnya lagi.

Hal ini mungkin tidak sampai ke telinga Ayano secara langsung, tapi aku tidak tahan melihat seorang gadis yang bekerja sangat keras dihina karena sesuatu yang sepele seperti ujian sekolah.

Kalaupun mendapat nilai yang lumayan, tetap saja ia akan dikecam, tapi bukan untuk menunjukkan kekurangannya, hanya untuk mengkritiknya.

Yang terakhir mungkin jauh akan lebih baik daripada yang pertama jika mereka tetap akan bergosip tentang hal itu.

“Terkadang aku ingin menjadi pria yang bisa diandalkan sesekali. Aku tidak yakin aku bisa membantumu mendapatkan nilai yang sempurna, tapi aku pikir aku tidak ingin kamu mendapatkan nilai merah.”

Ketika aku memberitahunya niatku sebenarnya dengan tenang bahwa aku tidak berniat mengkritiknya karena tidak bisa belajar, Ayano sepertinya mengerti, dan mengangguk dengan ekspresi bangga di wajahnya.

“Setelah ini selesai, maukah kamu memberiku hadiah ulang tahun?"

“......"

Kyosuke merasa tertekan oleh tatapan Ayano yang berbinar-binar seolah ia mengharapkan sesuatu darinya.

“Yah begitulah.”

Kyosuke hanya bisa tersenyum pahit saat ia mengalihkan pandangannya dari Ayano.

POV Ayano

Saat aku masih SMP, aku sering mendapat nilai rendah, dan bahkan jika aku belajar keras, yang bisa aku lakukan hanyalah berada di tengah-tengah peringkat kelasku. Aku memilih SMAku saat ini karena dekat dengan apartemenku dan setelah belajar semalaman, aku berhasil lulus.

Aku memiliki beberapa kesempatan untuk belajar dengan teman sekelasku, tetapi pada setiap kesempatan semua orang selalu memandang rendah diriku seolah-olah aku adalah orang bodoh.

Aku mengerti bahwa tidak dapat dihindari untuk dipandang rendah sedemikian rupa karena aku biasanya sangat mencolok, tetapi itu sangat tidak menyenangkan. Aku terlalu malu untuk mengatakan dan bertanya bahwa aku tidak mengerti.

Namun Kyosuke berbeda.

Dia menjelaskan bagian-bagian yang aku tidak mengerti dengan sangat sabar dan hati-hati, Ketika dia mengajariku, dan setiap kali aku melakukan kesalahan, dia akan mulai menyalahkan dirinya sendiri, dengan mengatakan,

“Sepertinya ada kesalahan saat aku mengatakannya.”

Ketika dia berbohong padaku seperti, aku merasa sedikit malu karena telah membuat kesalahan seperti itu.... Tetapi aku menyadari bahwa gaya mengajar Kyosuke sangat lembut. Dia sangat peka terhadap apa yang tidak aku mengerti sampai-sampai aku berharap dia mengolok-olokku lebih banyak.

“Fujimura, aku harap kamu akan menjadi seorang guru di masa depan.”

“....Itu adalah pekerjaan yang paling tidak cocok untukku.”

“Kenapa tidak? Kamu mengajariku dengan sangat baik. Kamu akan sangat cocok untuk itu.”

“Aku tidak pandai berbicara dengan orang lain, dan jika aku menjadi guru di SMP atau SMA.. aku tidak yakin mereka memperlakukanku seperti seorang guru.......”

Aku tidak berpikir itu buruk, tapi aku tidak bisa menahan sudut mulutku yang terangkat.

Membayangkan Kyosuke berpakaian rapi dengan punggung yang lurus berdiri di podium dan mengajar seperti seorang guru... Ya, aku mungkin tidak bisa memperlakukanmu seperti seorang guru.. Dia mungkin akan menjadi populer sebagai maskot, tetapi tidak dapat dihindari bahwa itu akan diejek.

'Sasagawa-san, apakah kamu akan melanjutkan modeling setelah kamu lulus dari SMA?”

“Entahlah. Aku tidak terlalu menyukai pekerjaan ini.”

Aku pikir aku memilih kata-kata yang salah

Saat aku melirik Kyosuke, dia tersenyum kaku di wajahnya.. Dia pasti mengira dia telah menginjak semacam ranjau darat. Tidak, bukan itu yang aku maksud.

“Hei, aku tidak bermaksud dengan cara yang aneh. Sejak aku menandatangani kontrak dan mulai melakukannya, aku masih melakukannya sampai sekarang. Ini menyenangkan dan aku senang mendapatkan bayaran untuk itu, tetapi jika kamu bertanya kepadaku apakah aku akan terus melakukannya, aku tidak yakin."

Itu bukan satu-satunya alasan aku tetap melakukannya, tapi itu bukan sesuatu yang harus aku katakan pada Kyosuke.

“Dan, seperti yang kamu lihat. Jika kamu melakukan pekerjaan seperti ini, Itu akan membuatmu menonjol. Itulah sebabnya aku mengalami masa-masa yang sangat buruk di sekolah menengah pertamaku, dan aku yakin aku mungkin akan berhenti suatu hari nanti....”

Namun aku tidak tahu yang aku lakukan setelah aku berhenti.

Tubuhku, sejauh yang aku ketahui sangat feminin, dan aku sadar bahwa aku memiliki kecantikan, tetapi aku juga tahu bahwa aku tidak memiliki kelebihan khusus selain itu dan aku belum cukup umur untuk bermimpi menjadi seorang pembuat kue atau seorang putri.

“Aku tidak tahu, tapi aku pikir itu baik-baik saja. Aku yakin Sasagawa-san bisa melakukan apa saja dengan baik di mana saja.”

“Itu tidak benar, aku tidak bisa, aku tidak pintar.”

“Ini bukan tentang apakah kamu pintar atau tidak. Sasagawa-san telah memujiku berkali-kali. Jadi aku pikir orang yang bisa memuji orang lain tanpa ragu-ragu mungkin akan bisa melakukan apa saja dengan baik.”

Dia mengatakannya seolah-olah itu masalah biasa, dan kemudian percakapan kembali ke topik pelajaran.

Dia memilih kata-kata dengan sangat bijak dan jika kamu mengatakannya seperti itu, itu memberiku kepercayaan diri yang tidak pernah aku miliki sebelumnya. Sambil menggaruk pipinya yang memerah, aku menatap tangannya yang menunjuk ke buku soal, sambil berkata, "Ini dia ---".

Karena Fujimura duduk dihadapanku, mau tidak mau ia harus meregangkan tubuhnya untuk mengajariku. Awalnya aku mendengarkan dengan seksama, tetapi kemudian aku memperhatikan sesuatu.

Hanya beberapa sentimeter jauhnya.

Fakta bahwa aku dapat dengan mudah menyentuhnya jika saja aku menggerakkan tubuhku sangat membuatku frustrasi.

Jejak ketupat POV Kyosuke

Waktu sudah mendekati pukul 6 sore, dan bagian luar jendela mulai dipenuhi cahaya senja yang samar-samar.

Sudah hampir waktunya untuk pulang, tetapi Ayano mengalami beberapa masalah di semua mata pelajarannya, dan tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan bisa melewatinya. Sedangkan untuk mata pelajaran IPA, aku perlu mengulasnya lagi dari tingkat sekolah menengah pertama. Jika bisa aku ingin melanjutkannya lagi besok, tetapi aku tidak yakin apakah aku bisa menyelesaikan nya dengan tepat waktu untuk hari ujian dengan kecepatan seperti ini.

"A-apakah aku benar-benar seburuk itu?”

“Jika itu sudah buruk, itu takkan bertambah buruk lagi, kan?”

|...... Aku ingin tahu apakah aku seburuk itu.”

Kyosuke menghela nafas kecil pada Ayano, yang terlihat tidak terkesan.

"Pertama-tama, aku harus kembali fokus pada hal-hal mendasar. Jika kamu tidak memperkuat fondasimu terlebih dahulu, bahkan jika kamu bisa melewatinya kali ini, kamu akan segera menghadapi ujian akhir lagi.”

“Jika aku mendapat nilai buruk, apakah aku akan dipanggil untuk remedial selama liburan musim panas atau semacamnya?”

“Mungkin mereka akan melakukannya.”

"Oh, tidak! Padahal aku sudah berencana untuk mengajak Fujimura berkeliling sepanjang bulan Agustus!”

“Pertama selesaikan dulu ujianmu..."

Namun, sulit untuk tinggal lebih lama lagi. Aku belum memberi Ayano apa pun untuk diberikan.

Aku melihat ke arah Ayano untuk melihat apa yang sedang terjadi. Aku tidak yakin apakah dia mendapat maksud dari tatapanku atau tidak, tetapi dia membuka mulutnya dan berkata, "Baiklah, kalau begitu.”

Lalu.

Ponsel Ayano yang ada di atas meja bergetar dan layarnya menunjukkan “Papa”. Tampaknya ayahnya memanggilnya.

(Itu tidak baik.)

Jika ia tahu anak perempuannya sedang bersama dengan lawan jenis di kamarnya. itu akan menjadi situasi yang merepotkan. Aku tidak memiliki perasaan bersalah, tetapi untuk berjaga-jaga, aku berhenti bergerak dan menahan napas.

Karena curiga dia tidak menjawab telepon, aku menatap lurus ke arah Ayano. Dia menatap layar, ekspresi negatif di wajahnya yang belum pernah kulihat sebelumnya.

“...Aku akan berbicara dengannya sebentar.”

Berkata dengan suara yang sangat rendah, dia menghilang ke lorong dengan ponsel di tangannya.

“Aku punya sedikit masalah dengan orang tuaku. Aku pikir akan lebih baik untuk hidup sendiri.”

Aku terkejut dengan perubahannya yang tiba-tiba, tetapi mengingat kalimat yang dia katakan kepadaku hari itu, entah bagaimana aku bisa mengerti perasaanya.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jika itu adalah hal yang menyebabkan seorang siswi SMP memutuskan untuk hidup sendiri. Ini bukan pertengkaran biasa antara orang tua dan anak.

(Aku ingin tahu apakah dia baik-baik saja. ......)

Mengetahui bahwa mengkhawatirkannya saja tidak dapat membantu, aku menatap pintu yang tertutup. Kemudian Ayano membuka pintu dengan agak kasar dan kembali. Butuh waktu kurang dari sepuluh detik, aku bertanya,

“Apa yang kalian bicarakan?”

“Itu bukan sesuatu yang penting. Ia hanya mengucapkan Selamat ulang tahun padaku.”

Ayano tampak sangat enggan untuk melanjutkan percakapan dan dengan cepat meletakkan ponselnya di atas meja.

“Ngomong-ngomong, tentang apa yang akan kukatakan sebelumnya, apakah kamu ingin makan malam di tempatku hari ini?"

“Eh?”

“Akan sangat membantu jika kamu bisa mengajariku lebih banyak pelajaran sekolah.”

Saran ini bukanlah apa yang aku harapkan, tetapi makan malam di rumah seorang gadis adalah peristiwa pertama dalam hidupku.

Ini memalukan, tapi aku tidak bisa menolaknya. Jika aku tidak melakukan ini, ujian Ayano akan menjadi masalah besar.

Ketika aku menelepon keluargaku dirumah, mereka memberitahuku bahwa tidak apa-apa.

Ketika Ayano mendengar hal ini, ia mengepalkan tangannya dan mengangkatnya lalu berkata, "Aku berhasil.” Rupanya, dia telah sadar akan studinya dan merasa termotivasi sekarang.

“Baiklah, aku akan segera memasak sekarang.”

“Apakah ada yang bisa aku bantu?”

“Tidak, aku baik-baik saja. Anggap saja seperti di rumah sendiri.”

Ayano bergegas ke dapur, mengepang rambut yang tergantung di dadanya ke belakang punggungnya dan dengan terampil mengenakan celemek nya dan segera mulai memasak.

Kyosuke menyalakan TV dan sedang menonton program berita acak.

Tapi tentu saja dia khawatir dengan kondisi Ayano. Karena tidak nyaman untuk mengamatinya dengan terlalu banyak, ia meliriknya dan membiarkan pandangannya melayang ke arah Ayano setiap sepuluh detik sekali..

Ayano, yang menyenandungkan nada merdu saat dia memotong makanan, memiliki pesona misterius yang belum pernah aku lihat sebelumnya..

Wajahnya sedikit ceria, namun serius pada saat yang sama.

Mata biru tua yang manis, bibir berwarna musim semi yang menenangkan. Ketika mata mereka tiba-tiba bertemu secara tak terduga, dia tersenyum malu-malu dan berkata, “Jangan lihat aku!”

Kyosuke mulai merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga, dan tersenyum pada perasaan yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata ini.

Oh tidak, aku menggosok wajah ku dengan tanganku.

Saat ini, aku merasa seperti baru saja membuat wajah yang sangat menjijikkan.

“Aku lupa menanyakan ini, apakah kamu punya alergi atau sesuatu yang tidak bisa kamu makan atau semacamnya?”

"Aku tidak punya alergi tertentu."

“Lalu, makanan apa saja yang tidak kamu suka?”

“Tidak ada."

"Ups. Kau hebat, Fujimura."

"Jangan mengejekku. Aku bukan anak kecil."

Tapi sebenarnya aku tidak suka terong dan okra.

“Bolehkah aku mengatakan sesuatu yang aneh?”

"Ada apa dengan perkenalan itu?"

“Ini adalah pertama kalinya aku mengundang seseorang ke kamarku dan aku belum pernah memasak untuk siapapun sebelumnya.”

Sepuluh detik berlalu setelah aku menjawab "Ya".

Aku menatap Ayano karena ia tidak melanjutkan pembicaraan. Ia melanjutkan memasak seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi segera setelah ia merasakan tatapan dari Kyosuke, Ayano mulai membuka mulutnya dan berkata. “Hei, itu bukan apa-apa.” sambil malu malu.

“Tidak ada apa-apa, kan?”

“Karena itu benar-benar tidak ada apa-apanya!”

“Jika kamu mengatakannya sebanyak itu, itu benar-benar menggangguku."

Sementara aku melontarkan keluhanku pada Ayano. Ayano tidak bisa menyembunyikan ketegangan yang dia rasakan di tubuhnya dan sepenuhnya mengalihkan perhatiannya dari memasak dan mengalihkan pandangannya dengan lembut ke arah Kyosuke dan berkata.

'Itu bukan sesuatu yang istimewa, tapi… aku tidak memiliki arti khusus.”



“…”

“Aku hanya ingin tahu apakah akan seperti ini rasanya memiliki suami.”

Tak lama setelah itu, oven microwave berbunyi pada saat yang tepat, dan Ayano berbalik seolah ingin lari dari kenyataan dan kembali memasak.

Kyousuke meletakkan beban tubuhnya di sofa, berpikir bahwa dia mendengar sesuatu yang buruk, dan memusatkan semua perhatiannya pada cerita skandal seorang selebriti, yang tidak ia minati untuk mengalihkan perhatiannya sejenak. Jika tidak, ia merasa seperti akan terbakar oleh panas yang mengelilingi wajahnya.

Secara pribadi aku menantikan hidangan mewah seperti apa yang sedang Ayano siapkan untuk ku dan makan malam buatan Ayano adalah hal yang paling kutunggu-tunggu.

Hidangan utama adalah salmon panggang.

Hidangan pendampingnya adalah tomat yang diasinkan dan jamur shimeji, labu rebus, dan telur goreng, nasi merah dan Sup miso.

Saat acara TV beralih dari berita malam ke acara variety show, hidangan mulai muncul di atas meja.

Kyosuke sangat terpukau dengan makan malam yang penuh warna.

“Maaf aku tidak mempersiapkan cukup banyak makanan untuk kita berdua, jadi yang aku punya hanyalah barang-barang yang sudah aku masak sebelumnya. Lain kali jika kamu datang datang, aku pasti akan membelinya untukmu."

"Itu tidak benar, akan sangat sopan jika aku mengeluh setelah dilayani begitu baik seperti ini.”

Sebaliknya, sangat jarang menemukan seseorang yang dapat menangani kunjungan mendadak seperti itu dengan baik.

Hidangannya sangat indah, seolah-olah itu adalah selera Ayano, dan gaya penyajiannya disiapkan dengan hati-hati dan cermat. Hidangannya lucu dan ditata dengan hati-hati, dan tidak menyanjung, tetapi berada pada tingkat yang tidak akan terlihat tidak pada tempatnya di restoran.

“Ini luar biasa, aku sudah tahu itu enak hanya dengan melihatnya.”

“Tolong, katakan itu padaku setelah kamu memakannya.”

Tersipu malu, Ayano meletakan celemeknya yang terlipat di atas sofa dan duduk di atas karpet dan mengetuk area di sebelahnya dan berkata “Disini.” mengikuti instruksinya, Kyosuke turun dari sofa dan memperbaiki posturnya dan duduk tegak.

Makan malam untuk dua orang di atas meja yang tidak terlalu luas, ini adalah jarak dimana bahu mereka saling bersentuhan. Aku bertanya-tanya apakah seperti ini rasanya bagi pasangan tanpa uang yang baru saja memulai untuk hidup bersama.

“Ayo makan sebelum dingin. Aku ingin belajar sesegera mungkin."

Sumpit Ayano langsung menuju labu saat aku mengatupkan kedua tanganku ketika waktunya makan..

Dengan itu di sisinya, hal pertama yang Kyosuke lakukan adalah mengambil sepotong telur dadar.

Jika dilihat lebih dekat, aku melihat bahwa didalamnya terdapat potongan daun bawang dan ikan teri cincang di dalamnya. Dan begitu aku menggigitnya rasa lembut dari ikan teri dan bawang menyebar memenuhi mulut ku mengeluarkan aroma yang harum dan menggelitik lubang hidung ku.

Kehadiran ikan teri didalamnya membuat telur dadar semakin asin.

Ini sangat baru bagiku karena aku sudah terbiasa memakan telur dadar manis dengan gula dirumah dan itu adalah telur dadar asin yang enak dengan dashi dan ikan teri didalamnya.

Jika kamu bertanya padaku apakah rasanya enak atau tidak, rasanya sangat enak.

Sup miso ini tidak sama dengan sup miso biasa yang biasanya kamu dapatkan di rumah, melainkan miso yang dilarutkan dalam campuran yang dibuat dengan merebus bonito sampai benar-benar matang...... Aku rasa begitu. Aku tidak bisa memastikannya karena aku tidak memiliki selera yang sangat tajam.

Tapi bagaimanapun, aku tahu itu enak. Aku yakin itu bukan karena esensi masakan seorang gadis, tetapi karena kemampuannya yang hebat.

"Bagaimana rasanya? Apakah tidak enak?”

“Mengapa?"

"Kamu memakannya dengan sangat lambat, jadi aku khawatir dengan rasanya….”

"Ini terlalu bagus, aku terkejut karena terlalu enak.”

Kyosuke bukanlah tipe orang yang tertarik pada makanan.

Saat kamu pergi makan bersama keluarga, kamu biasanya pergi ke restoran berantai, tapi aku pikir itu bodoh untuk berdiri dalam antrean panjang dan menunggu makanan datang seperti itu.

[Catatan TL : Restoran berantai atau Rumah makan berjalan di atas conveyer belt atau disebut juga Kaiten-zushi) adalah Restoran cepat saji yang menaruh makanan dalam piring-piring kecil yang berputar dengan bantuan ban sehingga pengunjung restoran mampu mengambil sendiri piring sushi yang mereka inginkan]

Namun, Kyosuke sekarang mengerti bahwa itu hanya karena dia tidak tahu apa yang layak untuk ditunggu saat menunggu dalam antrean panjang. Jika dia bisa mendapatkan makanan ini, maka satu atau dua jam akan menjadi harga yang kecil untuk dibayar.

“Begitukah?”

Ayano sepertinya merasakan bahwa nada suara serius Kyosuke tidak menyanjung, dan dia mengangkat bahunya sedikit dan tersenyum malu-malu.

Kegembiraannya yang polos dan sifatnya yang kekanak-kanakan saat dia terlihat benar-benar bahagia sangat berlawanan dengan apa yang terlihat dari profilnya dan Kyosuke merasakan bahwa jantungnya berdegup kencang

"Cepat makan. Aku harus belajar."

“Oh ya.”

Aku dapat melihat bahwa aku akan mengecewakannya lagi jika aku tidak segera memakan makananku lagi, dan segera menghabiskan makananku tanpa pikir panjang, mengabaikan rasa malu yang mengikutiku dari belakang.

POV Ayano

Setelah makan malam, aku membuat secangkir teh hijau dan beristirahat.

Biasanya, aku tidak makan sampai aku kenyang, tapi anehnya aku merasa kenyang hari ini.

Aku melirik ke arah Kyosuke disampingku dan menjaga mulutku tetap di cangkir teh untuk waktu yang lama.. Napasku terasa lebih berat dari biasanya, aku menghela napas ringan untuk menyembunyikannya dan rasa puas dan lega membanjiri ruang di antara bibirku.

“Ah... Sasagawa-san, ini bukan apa-apa, tapi tolong terima ini."

Kyosuke mengobrak-abrik tasnya dan menyerahkan sebuah kantong kertas kecil kepadaku. Itu adalah kantong kertas dari toko cokelat yang aku kenal dengan baik.

"Karena ini hari ulang tahunmu. Etto..."

Kyosuke tampak kesulitan untuk mengatakannya dan terdiam untuk beberapa saat. Kurasa ia tidak terbiasa dengan hal seperti ini. Tapi ketika kamu menyerahkannya kepadaku seperti ini, tidak peduli apa yang aku lakukan, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak merasa bahagia.

“Terima kasih, Saya-chan bercerita banyak tentang ini”

“Ya..”

Aku tidak mengharapkan sesuatu yang mahal darinya, karena aku tahu hal ini sejak awal, aku harap Fujimura tidak terbebani oleh itu, tetapi saat Saya mengatakan sesuatu yang "Luar biasa” tentang kejutan yang sedang Fujimura siapkan untukku, dia pasti memiliki sesuatu yang lebih istimewa untuk ku.

Fakta bahwa dia menghabiskan hari liburnya dengan bekerja keras sehingga dia bisa menyiapkan kejutan yang luar biasa untukku, aku tidak bisa menyangkalnya bahwa aku mengharapkan sesuatu yang istimewa darinya.

Lalu…

Keringat dingin bercucuran di dahiku.

Di situasi dimana seharusnya aku merasa senang, aku pikir aku bereaksi sangat kasar sekarang, yang bisa kulakukan hanya mengucapkan terima kasih dan tidak mengungkapkan kegembiraan apapun.

"...Sasagawa-san, apakah kamu baik-baik saja? kamu terlihat sedikit pucat.”

“Hah? Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja, ha ha ha..."

Perutku mulai sakit.

Aku khawatir aku telah membuatnya merasa tidak enak, melihatnya begitu serius saat ia bertanya padaku apakah aku baik-baik saja.

Jika aku mengatakan hal yang salah saat ini, dia pasti berpikir aku orang yang tak tahu terima kasih.

Tidak, mengingat kepribadiannya, Kyosuke tidak mungkin akan mengatakan hal buruk tentang siapa pun. Sebaliknya, dia akan mulai menyalahkan dirinya sendiri, dan dia tampak sangat tertekan sekarang.

Lebih dari itu, aku merasa perutku semakin sakit.

Jika ada lubang di tanah, aku ingin melompat ke dalamnya kembali ke tanah jika bisa.

“Aku punya satu hal lagi..."

Sebuah cahaya bersinar menembus awan kusam yang tebal.

Ayano mencengkeram ketegangan yang telah menumpuk di dalam dirinya dan menelan ludah, berusaha tampil setenang mungkin.

“Aku telah banyak berpikir tentang hadiah yang bagus... dan aku sendiri tidak bisa menghabiskan banyak uang untuk itu, jadi…”

Kulitnya yang putih dan bertekstur halus memerah,

Kulitnya yang putih dan halus mulai memerah, dan bola mata hitamnya berkelap-kelip dengan setiap kata yang dia ucapkan dan kekuatannya saat ini begitu rapuh dan ada kemungkinan ia akan mulai menangis jika aku mengguncangnya sekarang, namun pada saat yang sama itu sangat menghangatkan hatiku.

Kyosuke mencoba yang terbaik untuk menatap mataku dengan wajah yang terlihat seolah-olah dia akan menangis dan berkata.

“Sebagai gantinya, khusus untuk hari ini, aku akan memberimu kebebasan mendandaniku sebagai seorang wanita seperti yang kamu inginkan hari itu....... Bagaimana dengan itu?”

Otak Ayano berhenti berfungsi sejenak pada informasi yang keluar dari ekspresi nakal di wajahnya, seolah-olah dia sedang menyatakan cintanya kepada seniornya yang telah lama dinantikan.

Tentu saja, sebelumnya, aku pernah meminta Kyosuke untuk berpakaian seperti seorang gadis sebelumnya, karena aku pikir apapun yang ia kenakan pasti akan terlihat bagus di dalamnya.

Memang benar bahwa aku pikir itu akan terlihat bagus untuknya, tetapi aku hanya bercanda saat aku memintanya saat itu. Sulit untuk berdandan sebagai seorang gadis ketika kamu tidak memiliki selera seperti itu, dan tidak ada manfaat sedikit pun untuk Kyosuke. Itu hanya memalukan. Aku tidak ingin memaksanya melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan.

(... Haruskah aku senang dengan ini? .

Ini jelas merupakan hadiah yang luar biasa, dan aku mungkin tidak akan pernah melupakan hadiah ini selama sisa hidupku.

Tapi aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk saat ini.

Sangat mudah untuk menganggukan kepalaku dan berteriak wah dengan senyum lebar di wajahku, tapi aku khawatir itu akan membuatnya berpikir bahwa aku adalah wanita yang mesum?

Menerimanya atau menolalnya keduanya sama-sama neraka bagiku.

Selama waktu itu, Ayano bertarung dalam perdebatan sengit di otaknya dan akhirnya mengambil keputusan.

Ini hanya akan memakan waktu beberapa detik. Selama waktu itu, Ayano sedang dalam perdebatan sengit di otaknya, dan dia akhirnya mengambil keputusan.

“Fujimura!"

Aku meletakkan tanganku di pundaknya.

"Aku akan membuatmu semanis orang lain. Aku pasti akan membuatmu imut!"

Jika aku tidak bisa pergi ke mana pun, aku hanya akan mengedepankan kakiku untuk saat ini.

Dan kemudian, aku berjanji pada diriku sendiri. alih-alih mempermalukannya karena kelucuannya, aku akan membuatnya sangat untuk membuat dirinya merasa percaya diri.

Jiwa Ayano terbakar.



Anda mungkin menyukai postingan ini

Posting Komentar