Sebelum membaca, jangan lupa follow FP Instagram kami @getoknow_translation

Tobioriru Chokuzen no Doukyuusei ni "XXX Shiyou!" Vol 1 Chapter 3

40 min read

Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian yang terjadi di rumah Kurumi-san, dan hari ini adalah hari Sabtu.

Meskipun masih pagi, aku sudah gelisah berjalan mondar-mandir di rumah sejak malam sebelumnya, seperti anak kecil yang tak sabar menanti perjalanan wisata. 

Aku tidak peduli berapa banyak adikku menegurku karena terlalu berisik, meski begitu, aku hampir tidak bisa menahan kegembiraanku karena hari ini, Kurumi-san akan datang ke rumahku, meskipun dengan syarat tertentu yang telah dia tetapkan saat aku menyarankan hal ini.

Percakapan itu terjadi kemarin setelah pulang sekolah.

◆◆◆

Saat matahari mulai terbenam, saat aku keluar dari pintu sekolah bersama Kurumi-san.

“Maukah kamu datang ke rumahku besok?"

“Untuk apa?"

"Kamu ingat kan, aku pernah bilang sebelumnya bahwa aku ingin memperkenalkanmu pada adikku sebagai teman? Jika besok hari Sabtu, maka adikku pasti akan ada di sana, jadi aku bisa memperkenalkanmu jika kamu tidak keberatan untuk pergi ke rumahku besok."

"Kau serius?"

"Tentu saja, Kurumi-ku sayang, pria yang memegang teguh janjinya adalah pria yang bisa dipercaya." 

“Aggghh!"

Kurumi-san terlihat memerah. 

Aku tidak tahu apakah itu karena pantulan matahari terbenam atau karena Kurumi-san merasa malu. Namun, aku tidak ingin terlalu memperhatikannya terlalu banyak. 

Yang terpenting, Kurumi-san tetap terlihat imut di mataku.

"Tentu saja, jika itu nyaman bagimu. Aku ingin memperkenalkanmu dengan adikku dan berterima kasih karena telah mengizinkanku untuk menginap di rumahmu tempo hari. Bagaimana menurutmu?"

“Yah, aku tidak punya hal lain untuk dilakukan besok."

“Benarkah?! Itu bagus sekali!”

"Hei, kamu terlihat senang, Ngomong-ngomong, apakah orang tuamu ada dirumah besok?”

“Apakah kamu ingin menemuinya? Maaf. Mereka biasanya bekerja pada hari Sabtu."

"Tidak, aku tidak ingin menemuinya. Aku hanya tidak ingin bertemu dengan mereka."

Untuk beberapa alasan, dia menatapku dengan canggung, aku bertanya-tanya apa yang sedang ia pikirkan.

"Apakah kamu belum siap menemui calon ayah dan ibu mertuamu?"

"Tidak, maksudku, mereka seharusnya tidak akan dirumah besok, kan?"

"Yah, kurasa begitu."

Aku sendiri mungkin akan berkata tidak jika harus bertemu dengan orang tua Kurumi sekarang. 

Kami sama-sama merasakan hal itu, aku tidak membenci mereka, hanya saja aku tidak ingin menemuinya sekarang.

"Aku tidak tahu apakah orang tuaku akan menyukainya atau tidak, tapi aku yakin adikku akan sangat senang ketika dia tahu dia akan memiliki kakak ipar!"

“Sudah ku bilang aku tidak akan menikah denganmu? Kita hanya teman! Hanya pergi ke rumah teman untuk nongkrong! Apa kau mengerti?"

“Meski aku sudah menganggapmu sebagai istriku?”

"Dan pada kenyataannya?”

"Lebih dari teman, kurang dari kekasih."

"Itu bagus, aku senang kamu masih memiliki kecerdasan untuk melihat kenyataan.”

"Hehe, jadi kamu menganggapku lebih dari sekedar teman, Kurumi-san.”

Aku merasa seperti sedang diejek, jadi aku membalasnya sedikit.

Kemudian, Kurumi-san meninggikan suaranya dengan cara yang konyol.

“Hah? Lagi-lagi kau mempermainkanku!”

“Hahaha, jadi kapan kamu akan menaikkan pangkatku menjadi kekasih, Kurumi-san?"

Mendengar pertanyaanku, Kurumi-san tampak terkejut dan sedikit panik.

“Hah? Aku tidak mau! Kamu tidak akan naik pangkat! Malah, aku akan menurunkan statusmu! Kamu baru saja turun!! Sekarang, kamu hanya sebatas teman!”

"Meski begitu, kamu masih mempertahankan pertemanan kita. Kamu sangat tsundere!"

“Tidak, aku bukan tsundere! Aku hanya ingin menjaga jarak denganmu karena... karena...”

Kurumi-san terdiam dan tampak enggan untuk melanjutkan kalimatnya.

"Bodoh, bodoh!"

Memalingkan wajahnya, Kurumi-san mulai berjalan menjauh dariku.

Kurumi-san memang sedikit sulit ditebak, tapi aku senang bisa berteman dengannya seperti ini.

"Tunggu, aku minta maaf!"

Aku panik dan berlari mengejarnya.

◆◆◆

Itulah yang terjadi, aku berhasil membuat janji, dan hari ini adalah hari pertemuannya.

Tidak heran aku sangat gugup, aku membersihkan kamar berulang kali, terutama tempat sampah.

Aku harus memastikan tidak ada tisu di dalamnya, dan aku harus menyembunyikan buku-buku pornoku.

Dan untuk berjaga-jaga, aku juga menghapus riwayat di browserku.

"Kak, kamu berisik! Tunggu, kamu sudah selesai bersih-bersih dan kamarmu masih seperti ini? Bukankah kamu bilang temanmu akan datang?"

Adikku melihat ke sekeliling ruangan dan menatapku dengan tegas.

"Aku melakukan pekerjaan dengan baik, kan?"

"Oh, jadi teman yang seperti itu."

"Seperti itu? Apa maksudmu?”

Saat aku bertanya-tanya, ponselku bergetar, dan itu adalah pesan LINE dari Kurumi-san padaku.

“Calon istri : Aku hampir sampai di stasiun.” demikian pesannya.

“Aku : Oke, aku akan menjemputmu sekarang.” balasku.

Kurumi-san akan segera tiba di stasiun terdekat, dan aku berencana menjemputnya dari sana.

Setelah meninggalkan rumah dan menuju stasiun, aku tiba disana dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Aku menunggu beberapa saat, dan akhirnya melihat Kurumi-san keluar dari gerbang tiket. Ia tampil sederhana dengan balutan rajutan cokelat tebal dan celana panjang hitam yang ketat.

Namun, gaya sederhana itu cocok untuk Kurumi-san yang pada dasarnya memiliki tubuh yang indah, kaki yang panjang, pay***ra yang sesuai dengan bentuk tubuhnya, dan yang paling penting, kepribadian yang baik!

“Apa kabar, Kurumi-san? Kamu terlihat sangat cantik hari ini! Seperti yang diharapkan dari profesional!"

“Oh, benarkah?” tanya Kurumi-san sambil menutup mulutnya dengan gaunnya.

"Aku cukup senang mendengarnya. Sudah lama sekali tidak ada yang memuji pakaianku."

Sambil tersenyum, dia menarik kerah gaunnya dengan tangannya yang indah dan menutupi mulutnya, di mana hanya ujung jari yang terlihat.

Jantungku berdetak lebih cepat saat melihatnya. Itu bukan detak jantung yang lembut. Aku hampir merasa jantungku akan meledak.

"Ugh!"

"Ada apa?”

“Kamu sangat cantik, Kurumi-san, jantungku rasanya mau copot."

"Oh, aku membuang-buang waktuku dengan mengkhawatirkanmu."

"Bukankah ini terlalu dingin? 😭 Tunggu, apakah kamu khawatir dan mencoba tampil cantik untukku? Aku mendengar itu adalah salah satu kesulitan sebelum menikah. Tapi jangan khawatir. Aku menyukaimu apa adanya, Kurumi-san!"

"Kamu benar-benar bodoh. Aku kedinginan, cepat antar aku ke rumahmu.”

“Ya, pakailah ini jika kamu tidak keberatan."

Aku bertanya sambil melepas mantelku.

"Tidak, aku tidak sedingin itu, tapi, terima kasih."

“Kalau begitu ayo kita pergi!"

“Ya..."

Dengan senyum masam di wajahnya, aku dan Kurumi-san berjalan menyusuri jalan menuju rumahku.

Saat kami berjalan dan mengobrol, kami sampai pada titik di mana percakapan terhenti dan Kurumi-san memulai topik baru saat pembicaraan terputus, jadi aku menoleh sedikit dan mendengarkan dengan saksama

“Kia akan segera berganti tempat duduk, bukan?” tanya Kurumi-san.

Itu adalah peraturan yang telah ditetapkan oleh wali kelas kami, Monobe-sensei yang mengharuskan kami untuk berganti tempat duduk setiap bulannya. 

Ini adalah akhir pekan terakhir di bulan Oktober dan sebentar lagi akan memasuki bulan November.

"Ganti tempat duduk ya? Kuharap kita bisa bersebelahan." ucapku.

"Hm, ya." jawab Kurumi-san dengan ragu.

"Apa kamu merasa cemas?" tanyaku

Mengingat situasi kelas yang kerap menyulitkan Kurumi-san, tidak mengherankan jika ia merasa khawatir dengan perubahan tempat duduk. 

Sejauh yang ku tahu, seharusnya tidak akan ada masalah dengan teman sekelas seperti Kirishima-kun, atau orang yang acuh tak acuh di sebelahnya. Tapi sepertinya, jumlah orang yang tidak menyukai Kurumi-san jauh lebih banyak.
 
Namun, Kurumi-san menggelengkan kepalanya.

"Tidak juga, itu tidak benar." ujarnya.

"Benarkah?" tanyaku kembali.

Kurumi-san menoleh ke arahku dan berkata, 

“Dengan kamu di sini, kamu akan tetap bersamaku bahkan ketika kita duduk berjauhan. kan?”

Melihat Kurumi-san menunjukkan sisi jahatnya dengan memiringkan kepalanya sedikit, aku tidak bisa berkata apa-apa. 

Namun, aku dapat merasakan betapa tulusnya permintaannya, yang menunjukkan bahwa ia benar-benar menginginkanku.

"Ya!"


"Aduh, aku malu."

Kurumi-san tersenyum dan mendorongku dengan sikunya.

"Aku tahu bahwa mengungkapkan perasaan ini ke seseorang yang kucintai akan sangat memalukan. Namun, aku merasa sangat bahagia. Aku pasti akan menikah denganmu! Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikimu. Aku yakin kamu akan hidup bahagia selamanya bersamaku.”  ucapku.

“Jangan katakan sesuatu yang memalukan seperti itu, kamu egois dan bodoh!" 

Kurumi memprotes dengan wajahnya yang memerah.

"Aku tahu, Kurumi-san," jawabku.

“Sudah kubilang diam, kau bodoh!!! Tolol! Bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh!"

Dia terus mengomel dan mengumpat, bahkan sampai kami tiba di rumah. Meskipun aku tahu bahwa ia marah, aku tak keberatan karena itu membuat situasinya lebih lucu.

◆◆◆

Sesampainya di rumah, aku mengambil kunciku dan membuka pintu. 

Kurumi-san masih terlihat marah, tapi dia mengikutiku dengan benar. 

Setelah masuk ke dalam rumah dia mengucapkan salam dengan sopan seperti biasanya.

Saat aku memikirkan ini, tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki adikku yang penuh semangat saat menuruni tangga.

Aku telah menjelaskan sebelumnya bahwa aku akan mengajak seorang teman ke rumah, jadi sepertinya dia turun untuk menyambut kedatangan kami.

"Senang bertemu denganmu, namaku Kasumi, adik kakakku.”

Dia lemah lembut dan murah hati seperti kucing di depan orang luar, berbeda jauh dengan sikap kasar yang selalu ia tunjukkan padaku.

"Senang bertemu denganmu, namaku Kurumi Koga, teman sekelas kakakmu."

Dan Kurumi-san di sisi lain terlihat sangat gugup.

Kasumi saat ini berada di tahun ketiga sekolah menengahnya, jadi sepertinya kami tidak terpaut jauh dalam usia.

Dia mungkin dia tidak terlalu nyaman dengan gadis-gadis seusianya.

Setelah memberi salam, Kurumi-san yang agak pemalu berjalan mendekat ke arahku.

"Koga Kurumi..."

Sementara itu, Kasumi menunjukkan ekspresi misterius di wajahnya. Dia menempatkan tangannya di dagunya dan memperhatikan Kurumi-san dengan mata tertuju padanya.

Dia menyipitkan matanya sejenak, lalu membuka matanya lebar-lebar karena kaget.

“Hah? Koga Kurumi-san, bukankah dia Koga Kurumi yang kamu suka?"

"Ya, kenapa?” jawabku, sedikit bingung.

Wajah Kasumi menjadi tegang saat mendengar jawabanku, aku merasa semakin tidak mengerti apa yang terjadi.

“Bu, ibu! Ah, dia tidak ada di rumah! Kenapa kau menjadi penculik, bodoh!” bentak Kasumi.

"Aku bukan penculik! Aku tidak menculiknya!” protesku.

"Lalu kenapa kau membawa pulang wanita secantik itu ke rumah? Sudah kubilang jangan melakukan” kejahatan!”

“Aku bukan penj–”

"Tutup mulutmu, dasar binatang! Jangan khawatir, aku akan melindungi Koga-san!” bentak Kasumi, semakin marah.

Aku merasa terpojok dengan situasi yang semakin kacau ini. Namun, Kurumi-san justru tertawa bahagia di sampingku, membuat suasana menjadi semakin aneh.

Aku hanya berharap mereka bisa membiarkanku melepas sepatuku setidaknya dan memikirkan situasi ini dengan tenang.

◆◆◆

Kami beranjak dari ambang pintu dan akhirnya masuk ke dalam rumah, dan duduk di meja makan.

Saat aku duduk di meja makan, Kurumi-san duduk di hadapanku dengan Kasumi duduk di sebelahnya.

Kenapa Kurumi-san tidak mau duduk di sebelahku🥺?

Aku mencoba menjelaskan alasan kunjungan Kurumi-san ke rumahku hari ini, namun aku masih merasa kurang puas dengan penjelasanku.

“Seperti yang kukatakan sebelumnya, Kurumi-san sibuk bekerja sebagai model dan tidak punya banyak teman. Apakah kamu bersedia berteman dengannya?"

Aku mencoba membujuk Kurumi dengan berbagai alasan, untuk memperkenalkan Kurumi kepadanya, seperti mengatakan bahwa Kasumi sering diintimidasi di sekolah dan bahkan hampir bunuh diri, namn sepertinya hal itu tidak perlu dilakukan.

Karena, keadaan semakin membaik!

"Kurumi-chan Kurumi-chan! Apa hobimu?" tanya Kasumi sambil memegang pergelangan tangan Kurumi-san dan melemparkan sebuah topik padanya.

Kurumi-san yang tadinya sedikit kaku dan tegang, kini menjawab dengan senyuman ramah.

“Umm, aku tidak punya apa pun yang bisa disebut hobi, tapi aku suka melihat pemandangan dan lanskap yang indah. Kasumi-chan.”

Mereka terlihat sangat akrab, seperti kakak beradik. Meskipun baru mengenal satu sama lain dalam waktu yang singkat, mereka saling memanggil nama satu sama lain dengan santai, seolah-olah mereka sudah saling mengenal lama.

Aku mengerti perasaan Kasumi. Aku telah berulang kali memberi tahu dia betapa menariknya Kurumi-san bagiku, jadi tidak mengherankan kalau Kasumi juga menyukai Kurumi-san.

Namun, sikap Kurumi-san berbeda. Ini benar-benar pertama kalinya dia bertemu dengan Kasumi.

Meskipun begitu, dia tersenyum ke arahnya dengan cara yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya dan memanggilnya dengan nama panggilan yang akrab, “Kasumi-chan.”

Aku sangat iri padanya. Kurumi-san biasanya hanya memanggilku dengan nama panggilan yang dingin “Yabamiya-kun”, sementara dia memanggil Kasumi dengan panggilan yang ramah “Kasumi-chan.” 

Kami bahkan tidak pernah seakrab itu.

Kurumi-san bahkan tidak pernah memanggilku dengan nama depanku atau bahkan nama belakangku😭!

Mungkinkah ada kesenjangan di antara kami 🥺?

“Apakah kamu suka "jalan-jalan?" Aku juga menyukainya! Apakah kamu biasanya mengambil foto saat kamu melihatnya?"

“Yah, aku lebih suka melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, daripada mengambil foto. Meskipun itu bukan tempat yang terkenal, kalau menurutku tempat itu indah, itu sudah cukup, apakah aku sedikit membosankan?”

"Tidak mungkin! Itu cara berpikir yang sangat bagus! Ngomong-ngomong, apakah kamu suka melihat pemandangan malam?"

“Umm, ah, aku suka melihat matahari terbenam akhir-akhir ini."

"Matahari terbenam! Aku juga!"

"Apakah kamu punya hobi, Kasumi?"

"Yah, aku sebenarnya sangat menyukai bola basket! Aku mungkin sudah pensiun sekarang, tetapi aku dulu pernah menjadi bagian dari sebuah klub. Bagaimana dengan kamu, Kurumi-chan? Apa kamu punya hobi lain?"

“Dulu aku pernah bermain voli waktu SMP, tapi sejak aku masuk SMA, aku tidak pernah bermain lagi. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaan selama tahun pertamaku dan sekarang setelah aku bebas, akan sedikit canggung untuk bergabung lagi, bukan?" 

"Ah, memang butuh keberanian untuk memasuki komunitas yang sudah terbentuk."

“Ya, itulah yang terjadi padaku di kelasku. Aku kesulitan berteman dengan siapa pun, sampai akhirnya aku bertemu dengan kakakmu dan dia memperkenalkanku padamu, Kasumi-chan”

"Ya! Senang bertemu denganmu! Aku juga senang bertemu denganmu.”

Keduanya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, dan ketika mata mereka bertemu, mereka tersenyum malu.

Aku senang semuanya berjalan dengan baik, tapi..

“..............” (Sfx: Jiiiiii)

"Aku merasa seperti kalian menduakanku.”

"Hei, aku tidak seperti itu, itu bukan NTR.”

"Eh, kalian berdua seperti itu."

"Tidak, tidak, tidak! Itu tidak benar!”

***

"Gamenya hanya ada di ruangan ini, dan terlalu repot untuk membawanya ke ruang tamu, kan?" Jawabku sambil membuka pintu kamarku, kami bertiga masuk ke dalamnya.

"Ada begitu banyak poster anime di sini." tanya Kurumi-san begitu dia memasuki kamarku. 

Tidak ada rasa jijik di sana, dia tampak terkejut melihat sesuatu yang tidak dikenalnya, sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Hei, kau yakin ingin tinggal di sini?"

Sebaliknya, adik perempuan di sampingku dipenuhi dengan rasa jijik saat dia memelototiku dengan pandangan sekilas, berbeda dengan Kurumi-san yang seperti dewi.

Untuk menggambarkan penataan kamarku, ruangan ini cukup normal, dengan tempat tidur di sudut ruangan, sebuah meja di tengah, dan TV kecil di seberang tempat tidur. Kecuali beberapa action figure kecil berserakan di sana-sini.

Aku memikirkan rencana untuk menghibur Kurumi dengan baik hari ini, dan aku memutuskan untuk memainkan game, sebagian besar karena Kasumi juga ada di sana, sehingga aku berharap ini bisa memperdalam hubungan mereka.

"Apakah kamu yakin itu saja?" tanya Kasumi sambil memelototi dengan tatapan curiga.

“Aku nggak punya motif tersembunyi kok.” jawabku dengan cepat,

Tatapan Kasumi membuatku sadar bahwa aku mungkin terlalu serakah. Aku buru-buru mengubah topik pembicaraan untuk menghindari pertanyaannya yang mengganggu.

"Ngomong-ngomong, kamu dan Kurumi-san sepertinya semakin akrab, bagaimana perasaanmu?"

Saat aku bertanya, Kasumi menjawab dengan "hmmm" sambil menatap Kurumi-san yang penasaran karakter-karakter menarik di kamarku, yang sepertinya terus menarik minatnya.

“Ya, aku senang.”

Aku punya firasat itu bohong, mungkin karena ini adalah reaksi pertamaku sebagai seorang kakak, tapi pada saat yang sama aku menyadari bahwa Kasumi adalah orang yang sama baiknya dengan Kurumi-san.

Jadi, entah itu bohong atau apa pun, aku harus mempercayai adikku.


"Oke, kalau begitu, ayo kita mulai permainannya! Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan bahwa aku bisa bermain game dengan Kurumi-san! Aku sudah memikirkan hal itu sejak lama."

"Aku juga belum pernah bermain game dengan teman, jadi aku mungkin menantikannya."

“Maksudmu bermain bersama calon suamimu?"

“Sudah kubilang, itu tidak benar!”’

Saat aku duduk dengan punggung menghadap tempat tidur, Kurumi-san mengikutiku dan duduk sampingku! Rasanya sangat dekat dan menyenangkan!

Setelah aku menutup pintu kamarku, Kasumi-san yang seharusnya duduk di sampingku, entah kenapa berhenti bergerak.

"Kasumi?"

"Aku tidak ingin berada di ruangan yang sama denganmu."

“Apa yang membuatmu begitu jahat tiba-tiba? Itu membuatku sedih juga." 

“Tidak apa-apa, daripada itu, Kurumi-chan, tolong duduk di sebelahku~"

Dalam sekejap, Kasumi langsung mengubah nada suaranya seperti kucing dan dengan sengaja mendorongku menjauh dari Kurumi-san. 

“Hei, hei! Kenapa Kasumi duduk di tengah😡”

“Apa kau lupa? Aku sedang menjaga Kurumi-san! Karena kita adalah teman, jika kita melakukan ini, kakakku tidak akan bisa menyerang Kurumi-san, kan?  

“Apa yang kamu bicarakan tiba-tiba!? Aku tidak pernah menyerang Kurumi-san!”

“Benarkah~?”

"Aku tidak akan melakukan itu!"



"Oh, benarkah? Kurumi-san, harap berhati-hati. Kakakku adalah orang yang cabul." 

Kasumi melontarkan kata-kata pada Kurumi-san dengan senyuman di mulutnya. Itu keterlaluan, sungguh hal yang keterlaluan untuk dilakukan!

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Kurumi-san untuk membela diri.

"Jii~~~~😳!"

Dia memalingkan wajahnya dariku.

"Tidak mungkin, Kak! Kamu baru saja menatapnya dengan cabul!”

"Tidak, aku tidak melakukannya! Aku bersumpah aku tidak menyerangnya!”

"Benarkah, Kurumi-san?”

Saat Kasumi bertanya, Kurumi-san menarik napas dalam-dalam lalu perlahan menjawab.

"Umm, ya. Aku tidak diserang."

Mendengar itu, Kasumi menghela nafas lega. Hei, apa itu benar-benar yang kamu pikirkan? Tidak sopan sekali.

Aku ingin lebih dipercaya oleh keluargaku!

"Kalau begitu aku lega. Jika kakakku melakukan sesuatu yang aneh, kamu selalu bisa berbicara denganku
 Oh ya!  Ini nomor kontakku! Jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja!""

"Oh, terima kasih. Kasumi."

Saat mereka berdua mengeluarkan ponsel mereka di sampingku dan bertukar informasi kontak, aku tiba-tiba menyadari sesuatu yang lucu saat aku akan mulai bersiap-siap untuk memulai permainan.

Tepat di depan kami, apa yang terpantul pada layar televisI, adalah kami bertiga. Kasumi ada di tengah, dengan Kurumi-san duduk disebelahnya.


Kenapa Kasumi harus memisahkan aku dan Kurumi di tengah-tengah permainan... 😭

Selain itu, skenario ini seperti.

"Entah kenapa, ini terlihat sepasang suami istri dan anaknya yang duduk bersama."

"Jangan mengada-ngada!"

Dia langsung menyangkalnya,

"Ya, seperti pasangan pengantin baru dan adiknya." 

"Tidak, bukan keduanya! Maksudku, kita sedang berada di depan Kasumi, kan?" 

"Kasumi, dengar Kurumi-san adalah calon kakak iparmu.”

"Enggak, aku hanya temannya. Jangan salah paham, Kasumi," protes Kurumi-san.

Kami berdua melihat ke arah Kasumi yang terjepit di tengah ruangan. dia tampak bingung sejenak sebelum akhirnya berkata.

"Ah, baiklah, aku akan pergi mengambil jus."

Setelah itu dia meninggalkan ruangan. Dia melarikan diri, bukan?

Sementara itu, aku berbicara dengan Kurumi-san dan mempersiapkan permainan, dan beberapa menit kemudian, Kasumi kembali dengan membawa nampan berisi jus untuk kami bertiga.

Seharusnya aku tahu aku akan mendapat begitu banyak, pikirku, meski aku tahu dia pasti kesulitan membawa semuanya, aku tetap berterima kasih padanya dan merasa sedikit kasihan.

"Terima kasih." ucapku.
 
"Terima kasih, Kasumi." ucap Kurumi-san.

"Tidak, tidak, jangan khawatirkan hal itu." balas Kasumi dengan senyum di wajahnya.

Setelah mengatakan itu, Kasumi duduk di sebelah kiri Kurumi-san.

Dengan aku duduk di sebelah kanan Kurumi-san, kami memutuskan untuk duduk bersama dan mengajak Kurumi-san duduk di antara kami agar lebih dekat.

Sebagai hasilnya, kami bisa merasakan panas tubuh satu sama lain, saat lengan kami saling menempel.

Ini adalah situasi yang membahagiakan sekaligus memalukan.

Jantungku berdetak lebih cepat saat aku menyadari bahwa belakangan ini kami semakin sering melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan dan bersentuhan siku.

Setiap kali kami bersentuhan  jarak di antara kami terasa semakin dekat dan itu membuatku sangat senang..


Untuk mengalihkan perhatianku, aku mempercepat gerakan tanganku, bersiap-siap untuk memulai permainan dan mulai menjelaskan peraturannya.

"Baiklah, jadi game yang akan kita mainkan kali ini adalah balapan dengan 12 pemain. Kamu akan mengendarai mobil di beberapa lintasan dan pemain yang berada di posisi tertinggi di akhir akan menjadi pemenangnya."

"Maaf, aku belum pernah memainkan ini sebelumnya, apakah ini permainan yang cocok untuk pemula sepertiku?”

"Tenang saja, game ini cukup mudah dimainkan, jadi aku rasa kamu dapat mengikutinya dengan mudah. Selain itu, kamu juga bisa mengambil kotak dengan item yang bisa kamu ambil untuk meningkatkan kecepatan karaktermu untuk sementara atau untuk mengganggu lawanmu."
 
“Apakah itu berarti aku bisa dengan mudah meningkatkan peringkatku jika aku menggunakan item dengan baik?"

"Ya, game ini memang tergantung pada keberuntungan item yang kamu dapatkan. Tapi jangan khawatir, kamu masih punya kesempatan untuk menang meski kamu tidak mendapatkan item yang bagus."

Kasumi mengambil alih penjelasanku dan menyimpulkan semuanya.

Kurumi-san menganggukkan kepalanya, dan mulai memegang controllernya.

Untuk memainkan game balap ini, terdapat dua cara yang bisa digunakan.

Cara pertama adalah menggunakan controller pada joystick untuk mengoperasikan karakter, metode ini dianggap lebih stabil dalam pengoperasiannya.

Cara lainnya adalah dengan menggunakan sensor gyro, yang mengandalkan kemiringan tangan untuk mengontrol karakter. Biasanya cara ini digunakan untuk bersenang-senang dan akan terasa menyenangkan begitu kamu sudah terbiasa.


Kami mulai memegang salah satu dari tiga controller yang sudah siapkan, dan pada kesempatan kali ini, kami semua memilih untuk menggunakan kendali giroskop.

"Aku ingin tahu apakah aku bisa melakukannya tergantung pada keberuntunganku?"

“Bagaimana kalau kita coba saja! Aku punya banyak permainan lain, jadi jika tidak cocok denganmu, kamu bisa mengubahnya!"

"Ya, kamu benar sekali, Kasumi-chan!"

Mendengar ini, Kurumi langsung mengambil alih kemudi dan berkata, "Ayo, mainkan ini!"

Sebenarnya, aku tidak terlalu pandai dalam permainan ini. Kasumi lebih baik dalam permainan ini dibandingkan aku, dan aku selalu terjebak di peringkat tengah.

Mungkin akan lebih mudah kalau kami memainkan game lain karena Kurumi-san bisa melihat betapa baiknya aku bermain, dan sebenarnya ada permainan lain yang aku kuasai. 

Namun, aku membuat keputusan cepat untuk game balapan ini. 

Itu untuk satu tujuan besar.

Setelah tiga hitungan mundur, balapan pun dimulai.

Kasumi berada di posisi pertama, aku di posisi ketiga dan Kurumi di posisi kesebelas. 

Kami memulai dengan awal yang baik, namun, karakter Kurumi-san menabrak belokan kiri pertama, tak lama setelah permainan dimulai.

Dia memiringkan controller untuk menggerakkan karakternya dan memiringkan tubuhnya.

"Ah, tidak, maaf Kasumi."

“Tidak apa-apa, semua orang pasti pernah mengalami masa pemula.”

Seperti yang dikatakan Kasumi, kalau kamu bermain dengan karakter yang dikendalikan giroskop untuk pertama kalinya, adalah hal yang wajar kalau tubuhmu ikut miring.

Hal ini juga "biasa" untuk mendorong orang yang bermain di sebelahmu.

Kurumi-san tidak pernah memainkan game ini, seperti yang aku tegaskan saat terakhir kali aku berada di rumahnya. Jadi aku sudah memikirkannya.

Mari kita ajak Kurumi bermain Mario Kart, supaya bahu kita 'tidak sengaja' saling bersentuhan saat kita mengubah arah, dan mencapai situasi yang mendebarkan, yang hanya terjadi dalam film komedi romantis, itu saja.

Begitulah yang seharusnya terjadi, tetapi kemudian sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"Wah, wah, wah!"

"Moooo, kamu terlalu menempel padaku, Kurumi-san!"

"Maafkan aku, Kasumi!"

"Haha, tidak apa-apa~"

Saat berbelok ke kiri, Kurumi-san akan mencondongkan tubuhnya ke kiri dan menabrak Kasumi, tapi saat berbelok ke kanan, Kurumi-san akan mengalihkan perhatiannya dan berhati-hati untuk tidak menabrakku. 

Namun, aku menemukan diriku menabrak Kasumi lagi di belokan kiri.

"Kasumi, tolong pindah tempat sebentar."

“Hmm? Oke.”

Saat aku menyarankan hal ini kepadanya saat balapan pertama selesai, dia menerimanya dengan ekspresi yang tidak bisa dimengerti.

Balapan kedua pun dimulai dan entah mengapa, tikungan kiri tidak kunjung datang.

Atau lebih tepatnya, lintasannya hampir semuanya adalah tikungan ke kanan.

Karena itu, terjadi banyak tabrakan antara Kurumi-san dan Kasumi.

"Ya Tuhan, ini sangat sulit."

“Kamu sangat buruk dalam hal itu, Kurumi-san" 

"Yah, ini pertama kalinya bagiku."

"Dengar, aku akan menunjukkan cara memegang pegangannya. Seperti ini, mungkin akan terasa seperti ini."

"Kamu benar-benar hebat, Kasumi-chan"

“Aku bermain lebih baik daripada kakakku"

“Benarkah? Ah, akhirnya aku selesai! Juara kedua! Kasumi berada di posisi pertama! Itu luar biasa!"

"Kurumi juga! Posisi kedua setelah hanya dua pertandingan! Itu luar biasa!"

“Benarkah? Ehehe.”

"Mmm! Kamu terlalu imut, Kurumi-san!”

Kasumi memeluk Kurumi-san yang pemalu dan mengusap-usapnya dari atas ke bawah, mereka saling menggoda.

Sebuah padang bunga lily(Yuri) telah terbentuk di sekelilingku. Apa maksudnya semua ini?

[Yuri (癟合) adalah kata dalam bahasa Jepang yang secara harfiah berarti "lily" dalam bahasa Inggris. Namun, dalam konteks budaya Jepang, istilah "yuri" digunakan untuk merujuk pada anime, manga, novel visual, dan karya-karya fiksi lainnya yang berfokus pada kisah cinta antara wanita. Istilah ini sering digunakan sebagai sinonim untuk "shoujo-ai" atau "girl's love." Jadi, jika ada padang bunga lily atau Yuri di sekelilingmu, mungkin itu adalah referensi untuk budaya pop Jepang yang populer saat ini.]


Ini benar-benar berbeda dari apa yang kuharapkan pertama kali. Oh, akhirnya aku telah mencapai ujung garis


Aku bahkan belum melewati garis ketika karakterku berhenti bergerak dan kemudian, pesan sistem ditampilkan di bawah ini layar.

--Perlombaan telah berakhir--

"Kurumi-san, Kurumi-san, tempat apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya?"

"Aku akan memainkan apa yang menurut Kasumi menarik.”

"Nah, bagaimana dengan yang ini?”

"Wah, indah sekali!"

"Benar-benar indah! Yang ini memiliki empat musim yang berubah secara acak!”

"Hei ada salju, apakah ini untuk musim dingin?"

"Ya!"

Mereka sama sekali tidak menghiraukan percakapanku.

Apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar akan di-NTR oleh adikku, meskipun orang yang aku ajak bicara mengatakan tidak.

Mereka terus memainkan permainan, dan percakapan antara keduanya terus berlanjut, tanpa ada ruang bagiku untuk berpartisipasi dalam permainan sama sekali.

Aku merasa terasing, dan pikiran aku agak berkabut.

Tapi


"Mooo, jangan seperti itu Kasumi-chan!”

"Ini adalah balasan dari serangan yang baru saja kamu 
lakukan!"

Melihat ekspresi bahagia di wajah Kurumi-, aku pikir, ini bagus.
 
Karena haus, aku meminum jus di atas meja dengan satu tangan dan bermain game dengan tangan lainnya.

Item yang kumiliki saat ini adalah "Lightning Strike.” Ini adalah item paling kuat yang merusak semua pemain secara bersamaan.

"Jangan lupa aku juga ada di sini!"

Aku melemparkannya tanpa ragu-ragu ke arah dua pemain yang menggodaku, sebagai orang buangan.

◆◆◆

Setelah puas bermain game, kami memutuskan untuk istirahat dan makan siang.

Aku sempat berpikir untuk mengajak Kurumi-san makan malam dan kemudian berterima kasih padanya karena telah mengizinkanku untuk menginap malam itu, tapi dia menolak dengan alasan bahwa dia tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuaku dan akan pergi setelah makan siang.

Pada saat itu, aku dan Kasumi sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang bersama.

Kurumi-san adalah seorang tamu, jadi aku memintanya untuk duduk di meja makan dan menonton TV.

"Apakah ada yang bisa aku bantu?"

“Tidak apa-apa, terimakasih, aku hanya membalas budi. Lain kali aku akan memasak bersamamu, jadi duduklah."

"Oh, ya? Baiklah kalau begitu.”

“Ngomong-ngomong, lain kali aku ingin mengundangmu bukan sebagai teman, tapi secara resmi sebagai pacarku.  Bagaimana kalau sebagai seorang..."

"Tidak, aku tidak akan menikah!"

"Jadi maksudmu, kau bahkan mungkin berkencan dengannya?"

Ketika Kurumi-san menyangkalnya, Kasumi mengambil alih pembicaraan.

"Kasumi, Kasumi juga?"

Setelah diberitahu sesuatu yang tak terduga oleh orang yang tak terduga, Kurumi-san mengangkat suaranya dengan sikap acuh tak acuh.

"Tidak, lihat. Kamu baru saja mengatakan 'Aku tidak akan menikah', tapi karena kamu tidak menyangkal 'dia', aku bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya."


"Eh, um, ah, yah, aku tidak benar-benar tahu apa yang kamu maksud, seperti sebuah hubungan atau semacamnya
"

Kurumi-san menjawab dengan suara kecil sambil memalingkan muka.

"Ahaha, aku hanya bercanda. Yah, aku sudah menyiapkan makanannya sebelumnya, jadi aku akan segera membawanya ke sana."

"Bisakah kau mengambilnya untukku, kak?" Aku menganggukkan kepalaku diam-diam dan mengambil panci ke arah Kurumi-san.

Sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Tentu saja, ini adalah bulan November, jadi hidangan yang dipilih adalah nabe.

Aku menaruh berbagai macam sayuran dan daging serta tiga sumpit di atas meja untuk kami bertiga.

“Kelihatannya enak.”

"Ya! Ini "chonabe" spesial keluarga kami!

"Chonabe?"

Mendengar kata-kata Kasumi, Kurumi-san memiringkan kepalanya. Jadi aku menunjuk ke peralatan makan untuk menjelaskannya.

“Kami membeli semua bahan dari supermarket, dan aku menggunakannya untuk membuat hot pot, kami menyebutnya “Chonabe."

"Jadi ini hanya hot pot biasa dengan nama yang berbeda."

"Tidak, kami punya resep rahasia sendiri."

"Hei, apa itu? Katakan padaku!"

Aku mengangkat jari telunjukku ke arah Kurum-san untuk menjawab pertanyaan Kurumi-san yang penasaran.

"Itu, tentu saja, cintaku pada Kurumi-san😁!"

"Kurasa sudah waktunya kita makan. Kasumi."

"Ya, ayo makan."

"Aku akan menangis :("

Aku mengutarakan perasaanku dan duduk di meja makan. Hatiku terasa sakit saat kalimat itu dengan mudah ditepis. Namun, berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku duduk di sebelah Kurumi.

Setelah membuat secangkir teh untuk kami masing-masing, Kurumi-san juga mengambil secangkir.

"Yah, kalau orang ini, kurasa tidak apa-apa."

Tiba-tiba, aku merasa seperti mendengar gumaman Kasumi.

"Apakah kamu mengatakan sesuatu?"

"Tidak ada.”

Kurasa Kurumi-san juga mendengarnya, lagipula, ia menatapku dengan ekspresi ingin tahu di wajahnya.

"Ayo, ayo kita makan."

Kasumi memperkeruh kata-katanya dan menyatukan kedua tangannya, aku penasaran, tapi dia tidak berniat memberitahuku. 

Aku tidak ingin memaksanya untuk memberitahuku sesuatu yang tidak ingin dia katakan padaku, jadi aku tidak keberatan dan menyatukan kedua tanganku. 

"Selamat makan!"

Kami bertiga mulai menggerakkan sumpit bersama-sama.

☆☆☆

Setelah selesai makan, kami kembali ke kamar dan mulai bermain game lagi, tapi Kurumi-san sepertinya ketagihan.

Setelah bermain beberapa kali, Kasumi tiba-tiba menyarankan sesuatu.

"Bagaimana kalau menambahkan sedikit permainan hukuman? Itu pasti menyenangkan." ujarnya

"Tidak, tidak, tidak, itu akan menjadi kemenangan besar bagi Kasumi." sahutku

"Ya, kamu hampir selalu menjadi yang pertama."  tambah Kurumi-san .

Biasanya, aku dan Kasumi selalu berada di tengah dan atas, sementara Kurumi-san di posisi bawah.

"Tentu saja aku tahu itu. Jadi, jika kalian berdua bermain dan kalah, itu seperti permainan hukuman, kan?”

Kasumi tersenyum dan menatap kami dengan serius.

“Oke! Ayo kita coba! Ayo kita bertarung dengan sungguh-sungguh, Kurumi-san! Ini adalah pertandingan yang serius! Hanya karena aku mencintaimu, bukan berartti aku akan mengalah dengan mudah.”

"Aku belum bilang aku akan mengambilnya! A-Aku tidak akan melakukannya! Maksudku, tidak ada untungnya bagiku!"

"Benarkah?”

“Eh?”

jejak wk 53
"Jika kamu memiliki hak untuk membuatku melakukan apa yang kamu inginkan, kamu bisa menyuruhku pergi kapanpun kamu mau.”

"Tidak, itu tidak dimaksudkan untuk menjadi seperti itu, dan aku tidak ingin kamu pergi
." 

"Hei, apa? Ada apa? Kalian berteman baik, kan? bukankah itu normal?"

"Tidak, tidak, aku tidak tahu, aku menyukainya.”

“Moo!, kamu selalu seperti itu! bahkan di depan Kasumi! Baiklah, baiklah! Aku sudah mengambil keputusan! Aku akan mengalahkanmu dalam permainan ini dan membatasi apa yang kamu katakan dan lakukan di depan Kasumi!"

“Apa maksudmu seperti itu?”

"Yah, maksudku begitu. Pernikahan, seperti, cinta, aku mencintaimu, calon ipar, apa pun...hal semacam itu tidak diperbolehkan di depan Kasumi! Itu terlalu gamblang."

“Hmm, oke.”

Selama kamu tidak melakukan hal-hal ini di depan Kasumi, tidak ada salahnya untuk mengatakan ya. Yah, itu terlalu merepotkan untuk melakukan hal-hal ini di depan Kasumi.

"Dasar bodoh.”

“Apakah kamu mengatakan sesuatu, Kasumi?”

"Tidak ada. Baiklah, ayo kita mulai pertandingan antara kalian berdua."

"Oh!"

"Wah, bagus!"

"Kalau begitu, ayo kita mulai!" 

◆◆◆

Aku menang! Sudah kuduga kekuatan cinta itu memang hebat.

"Jadi, Kasumi, izinkan aku memperkenalkannya lagi. Gadis ini adalah Koga Kurumi, calon istriku, calon kakak iparmu.”

"Waaaaaaaah, pasti akan menyenangkan kalau ada Pala-san sebagai keluargaku!"

"Wah, pasti akan menyenangkan setiap hari jika aku memiliki Kurumi-san sebagai keluargaku!

"Ugh, Kasumi-chan."

"Hahaha, aku hanya bercanda."

Kasumi berkata, menepuk kepala Kurumi yang tertekan. Ini bukan lelucon bagiku, tapi aku bukanlah orang yang tidak beradab untuk mengganggu dua orang yang sepertinya sedang bersenang-senang.

“Oh ya, Kurumi-san, apa sudah hampir waktunya untuk pergi?"

Tanyaku, sambil melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul enam.

"Ya, sudah waktunya! Kurasa sudah waktunya untuk pulang."

“Tidak, tunggu!”

Kasumi meremas lengan baju Kurumi-san saat dia berdiri untuk meninggalkan ruangan.

"Ada satu hal lagi ingin kubicarakan dengan Kurumi-san, bisakah kau tinggalkan aku sendiri, kak?"

“Eh? ya, oke."

Aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan, tapi aku melakukan apa yang dia katakan dan menutup pintu untuk mereka.

"Ah, tunggu, si bodoh itu-"

Kupikir aku mendengar suara Kasumi, tapi itu mungkin hanya imajinasiku saja.

POV Kurumi

Aku, Koga Kurumi, saat ini sedang berada di kamarnya, berdua dengan adik temanku, Kasumi-chan.

Malam sudah larut dan Kasumi berkata bahwa dia ingin berbicara denganku sendirian, tapi apa yang sebenarnya akan dia katakan?


Dia juga meninggalkan ruangan tanpa mengatakan apapun secara khusus.

Dia juga keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun...... Hah?

"Ah, hei, idiot itu! Haaa~"

Di bagian belakang pintu yang dibawanya saat dia pergi, ada poster diriku.

Sebenarnya, aku sudah lama mencarinya sejak aku memasuki kamarnya, tapi, yang ada hanyalah koleksi anime dan novel ringan, tanpa adanya majalah atau posterku sama sekali

Aku sudah pasrah dengan hal itu! Tentu saja! Aku hanya bertanya-tanya mengapa aku tidak dapat menemukannya ketika dia selalu mengatakan bahwa dia menyukaiku, bahwa dia mencintaiku, bahwa dia ingin menikahiku, tapi tidak memiliki satupun fotoku?

Aku tidak senang dengan hal itu! Tentu saja aku bahagia! Itu sudah pasti!

“Kurumi-san?”

“Eh?”

 "Tidak ada, aku hanya ingin tahu apa yang kamu tertawakan.”

"Hehe, kurasa tidak."

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi, dan saat itulah Kasumi menghela napas.

"Hm. Baiklah, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." 

"Apa itu?"

Suaranya yang serius terdengar berbeda dari sebelumnya. Tanpa sadar, aku menegakkan punggungku dan memfokuskan seluruh perhatianku untuk mendengarkan dengan seksama.

"Apakah kamu menyukai kakakku?"

"Hah? Ah, tidak, um, itu tidak benar."

Aku ingin menyangkalnya sepenuhnya, tapi entah kenapa mulutku tidak mau mendengarkan apa yang aku katakan. 


Itu pasti akan mengirimkan sinyal yang bisa dengan mudah disalahpahami.

Itu tidak benar, itu tidak benar, mengapa aku tidak bisa mengatakannya?

Seandainya saja aku bisa lebih jujur.

"Jadi kamu benar-benar menyukainya"

"Tidak, tidak, tidak, itu tidak benar. Aku hanya berteman baik dengan kakakmu."

"Kamu tidak terlalu meyakinkan jika kamu begitu gugup."

"😳"

“Yah, tidak apa-apa.”

"Eh?”

Aku tidak mengerti maksud dari komentar Kasumi saat sebuah senyuman muncul di sudut mulutnya dan mengalihkan pandangannya ke arah TV. 

Mataku secara alami mengikutinya dan di sana ada foto dirinya saat kecil dipajang di dinding, meski aku tidak tahu kapan foto itu diambil.

Foto itu pasti diambil pada suatu perjalanan ke suatu tempat. Sambil berpegangan tangan, mereka berdua tampak sangat bahagia dan tersenyum.

"Ini adalah hari yang menyenangkan. Tapi aku ingin minta maaf padamu."

"Minta maaf padaku? Kenapa?

"Karena aku lepas kendali hari ini."

"Ya. Hari ini aku berpura-pura menjadi teman yang baik untukmu.”

“Eh?”

“Ah, jangan menatapku seperti itu. Itu sangat menyenangkan, dan jika memungkinkan, aku sangat ingin terus berteman dengan Kurumi-san.”

Kasumi-chan menghentikan kata-katanya dan menundukkan kepalanya.
"Maafkan aku karena bertingkah seperti itu saat pertama kali bertemu denganmu."

Hatiku sedikit sakit mendengar kata-kata itu.

Karena aku merasa sangat bahagia hari ini.

Seolah-olah aku kembali ke masa-masa sebelum aku mulai menjadi seorang model, saat aku benar-benar mempunyai teman sejati.

Memikirkan hal itu membuatku meneteskan air mata, tetapi aku harus menjaga martabatku sebagai orang yang lebih tua, jadi aku menggigit bagian bawah bibirku dan terus berkedip untuk mencegah air mata keluar dan bertanya.

"Mengapa?"

"Karena dia kakakku.”

“Apa maksudmu?"

Saat aku bertanya lagi karena aku tidak mengerti arti kata-katanya, Kasumi-chan mengangkat kepalanya dan menatap foto itu dengan tatapan kosong.


"Kakakku dulu sangat normal, sedikit menjengkelkan dan menyebalkan, tapi masih dalam kategori normal. Setidaknya, dia bukan orang aneh, yang akan mengatakan hal-hal aneh di depanku, seperti yang dia lakukan hari ini."

Kasumi menarik napas dan melanjutkan.

“Aku pikir penyebab Kurumi-san lah yang menyebabkan kakakku menjadi begitu aneh. Itu tak lain dan tidak mungkin orang lain selain Kurumi-san. Karena dia selalu bergantung pada Kurumi-san setiap hari. Akan tetapi, dalam hatiku, tetap saja terbesit rasa penasaran, bahwa kakakku mungkin dimanfaatkan dan secara mengejutkan terobsesi dengan seseorang."

Aku tidak menyadarinya sampai dia mengatakannya kepadaku.

Memang benar, aku pikir perilakunya sedikit aneh, atau begitulah menurutku. Aku tahu, aku senang dengan perilakunya akhir-akhir ini, dan alasan aku berpikir seperti itu adalah karena suasana hatiku sedang baik.

Tetapi bagi orang lain, hal itu pasti agak aneh.

Jika itu adalah keluargamu sendiri, tiba-tiba menjadi begitu fanatik terhadap seseorang, bukankah itu tampak seperti pemujaan?

".......”

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa.

Aku selalu berada di sisinya, berbicara dengannya setiap hari, namun aku tidak menyadarinya sama sekali. Aku pikir aku mulai terbiasa dengan kasih sayang yang datang darinya.

Hatiku terasa sakit dan aku tidak bisa menatap wajah Kasumi.

"Tapi aku lega bisa bertemu denganmu hari ini, tepatnya setengah hari. Bagaimanapun, aku sudah lama memperhatikanmu, dan aku menyadari sesuatu."

"Lega tentang apa?"

Aku mendongak dan Kasumi berkata sambil tersenyum.




"Apa-apaan ini? mereka hanya sepasang orang bodoh! pikirku.”

"Hah? Oh, tidak, tidak, tidak seperti itu! Aku dan kakakmu tidak memiliki hubungan seperti itu."

“Benarkah?”

“Hmm..”

“Apa kamu yakin akan hal itu?"

Ekspresi Kasumi-chan saat dia menatapku sangat mirip dengan apa yang sering dia buat, dan untuk beberapa alasan wajahku memanas secara alami.

Ini adalah akhir Oktober, tapi masih terasa panas. Mengapa? Apa yang sedang terjadi?

“Bukankah kalian berpacaran?”

“A-aku tidak pacaran.”

"Apakah kamu berpegangan tangan?"

"Ya, aku sudah."

"Nah, apakah kamu sudah berpegangan tangan?"

"Ya."

Mulutku menjawab pertanyaan Kasumi dengan sendirinya.

Mengapa aku bisa menyangkalnya di depannya dengan lancar, tapi di depan Kasumi, tubuhku sama sekali tidak mendengarkanku. Apakah itu karena aku sudah membangun kepercayaan penuh setelah menghabiskan hari bersama? Apakah karena aku menerimanya sebagai teman?

Aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti alasannya dan semuanya.

Tapi kurasa inilah perasaanku yang sebenarnya– Tidak, tidak, tidak, tidak! Itu hanya, um, bagaimana aku harus mengatakannya, aku tidak memahaminya! Hatiku sakit setiap kali aku menjawab pertanyaan. Ini sesak dan menyakitkan. Seharusnya sakit, tapi tubuhku terasa hangat dan nyaman.

Mengabaikan perasaan campur aduk di hatiku, Kasumi terus mengajukan pertanyaan kepadaku.

"Apakah kalian pernah saling berpelukan?"

"Ya."

"Baiklah kalau begitu" 

Kasumi menatap lurus ke arahku.

"Bagaimana dengan ciuman?"

Tokun, tokun, denyut nadiku bertambah cepat dan aku ingat hari itu.

Aku menciumnya.

Dia menciumku.

Dan kemudian aku tidak bisa menahan diri lagi.

"Mmm."

Aku menjawab dengan suara rendah dan menggelengkan kepala.

Dadaku sakit.

Saat aku mendengar fakta bahwa kami berciuman lagi, aku merasa lebih sakit dari sebelumnya.

"Wajahmu memerah.”

"~~~~! Hei, jangan lihat aku, Kasumi."

"Tidak, masih ada pertanyaan yang harus ditanyakan."

"Tidak, tidak, jangan tanya."

Kamu tidak boleh mengatakan itu.

Jangan tanya aku itu.

Kau tak boleh.

Aku tidak bisa.

Aku akan mengakuinya.

Apa yang aku abaikan selama ini, aku akan...

Tentu saja.

Pasti.

Aku tak bisa terus membohongi perasaanku/



Aku memejamkan mata dengan erat, tapi Kasumi mengabaikan penolakanku dan terus bertanya.

"Apakah kamu menyukai kakakku?"

"Ya."

Mengakui itu membuat hatiku sakit.

Aku menyukainya, aku, Koga Kurumi, menyukainya.

“Bagaimana, apa yang harus dilakukan!"

“Eh?”

“A-apa yang harus aku lakukan?"

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Itu adalah pertama kalinya aku jatuh cinta dengan seseorang, jadi aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya merasa jantungku berdebar-debar, dan aku merasa gelisah, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menggerakkan kakiku.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Kurumi-san?”

Apa yang ingin aku lakukan?

Apa yang ingin aku lakukan? Jika ini adalah situasi yang normal, aku harus mengaku dan pergi bersamanya, bukan?


Aku mencoba membayangkan apa yang akan terjadi setelah aku berkencan dengannya.

Pertama-tama, kami pasti akan pergi dan pulang sekolah bersama setiap hari. Menghabiskan pagi hari di sekolah bersama, dan menyuapi satu sama lain saat makan siang, dan kemudian, jika memungkinkan, datang ke rumahku setiap dua hari sekali untuk menginap, makan bersama di rumahku, mandi bersama, berciuman di sofa, dan kemudian di tempat tidur


“Kurumi-san? Wajahmu merah semua, apa kau baik-baik saja?"

"Apa? Aku baik-baik saja!"

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Tidak, tidak, tidak, tidak ada apa-apa!”

"Kamu sedikit gemetar, kamu memikirkan sesuatu yang serius, bukan?"

"Ya, itu, itu, memikirkan tentang apa yang akan terjadi setelah hubungan itu, hal semacam itu?"

Jangan pernah menyebutkan fantasi melakukan hal seperti itu di depan Kasumi.

Dan terlebih lagi, aku sudah pernah mengalaminya, bukan?

"Aku mengerti." 

Saat aku bertanya-tanya apakah aku berhasil menipunya, Kasumi mengangkat sudut mulutnya dan berkata.

“Kurumi-san, kamu secara mengejutkan mesum, bukan?"

"~~~~! Bukan itu yang aku maksudkan!" 

"Jangan coba-coba lari dari itu 😁. Aku juga ingin bertemu dengan keponakanku."

Merasa terpojok oleh Kasumi yang menyeringai padaku,  aku mencoba mengubah topik dengan paksa.

“Bagaimanapun juga, pacaran itu agak susah."

“Kenapa?” 

"Yah, dia itu, seperti, membuat ketagihan, kurasa 😳."

"Dalam arti "seks"?"

“Kasumi!”

"Oh, maaf. Mungkin aku tertular penyakit kakakku. Jadi, apa yang kamu khawatirkan?”

Kasumi terus berbicara seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku pada kata-kata sebelumnya. Meski begitu, aku tidak cukup kuat untuk menanggapi lelucon kotor, jadi aku tidak akan mengungkitnya.

"Yah, aku diasingkan di kelas, jadi jika aku pergi dengan kakakmu sekarang, itu mungkin ide yang buruk. Dengan kata lain-"

Aku akan bergantung padanya.

Aku bisa bertahan dan menjalani kehidupan yang normal karena dia. Tapi bukan itu masalahnya, jika aku terlalu dekat dengannya, aku tidak akan bisa meninggalkannya. 

"Ah, begitu, begitu."

“.....”

"Tidak, itu bukan lelucon."

“Aku tahu! Aku tahu!”

Dari apa yang kamu katakan tadi, tak diragukan lagi kalau Kasumi-san adalah seorang yang cabul!

"Lagipula, kamu sudah menciumnya, kan? Jadi kenapa kamu bertanya padaku sekarang?"

"Ugh."

"Berpegangan tangan, saling berpelukan, berpelukan, berciuman? Hanya ada satu hal yang tersisa, bukan? Jika kamu sudah sampai pada titik itu, kenapa kamu tidak pergi bersamanya saja tanpa berpikir terlalu keras?"

Saat aku mendengarnya, aku berpikir, memang benar tidak ada lagi yang bisa dilakukan.

Ya, aku adalah orang yang paling mesum dari semuanya.

"Tapi..."

"Yah, terserah kamu untuk memilih apa yang akan kamu lakukan, Kurumi-san, dan kurasa kamu tidak perlu segera memutuskannya."

"Hmm."

Kasumi mengakhiri percakapan dengan, “Jika kamu merasa kesulitan dan ingin berbicara dengan seseorang, jangan ragu untuk meneleponku~".

Aku juga berpikir sudah waktunya untuk pergi, karena ada kemungkinan orang tuanya akan kembali jika aku tinggal lebih lama. 

Aku tidak merasa nyaman, jika aku harus bertemu orang tuanya sekarang, meskipun menyapa mereka ketika kamu mengunjungi rumah mereka adalah hal yang wajar.

Aku tidak punya masalah dengan disalahartikan sebagai pacar atau semacamnya. Hanya saja, ada kasus penyerangan terhadap orang yang sedang tidur, dan bertemu dengannya akan membuatku merasa canggung

“Baiklah, kakakku pasti sudah menunggumu, jadi ayo kita pergi.”

“Um↗~”

Itulah akhir dari percakapan ringan kami.

Aku meninggalkan ruangan, sambil meminta maaf dalam hati kepadanya karena sempat mengabaikannya dan membuatnya menunggu.

“Tolong jaga kakakku, Kurumi-san.”

Kata-kata itu datang dari belakangku, jadi aku menoleh ke arah Kasumi dan menjawab.

“Oke.”

Mata Kasumi lurus sempurna, menatapku dengan tajam.

Caramu bertindak demi orang lain, dan memikirkan orang kau sayangi, sama seperti pria itu.

Aku pikir sudah jelas bahwa mereka adalah kakak beradik, tapi di saat yang sama, aku terpesona oleh sorot matanya.

◆◆◆

Di luar ruangan tempat kedua gadis itu sedang mengobrol. aku menunggu mereka seperti seekor anjing yang setia.

Kebetulan, aku sudah memakai mantel dan sepatu, karena hari sudah mulai gelap dan aku harus mengantar Kurumi-san ke stasiun setelahnya.

Namun, aku ingin menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan Kurumi-san.

Meski begitu, keduanya menjadi teman yang sangat baik hanya dalam satu hari.

Sebagai orang yang memperkenalkan mereka, aku merasa was-was. Namun, melihat suasananya sekarang, aku rasa mereka sudah rukun.

Yah, aku tidak tahu apa-apa tentang persahabatan perempuan, jadi aku tidak ingin memikirkannya.
Saat aku sedang duduk di tangga, sambil memikirkan sesuatu, aku mendengar sebuah suara datang dari lantai  satu.

Mereka pasti telah membuka pintu dan keluar, pikirku, dan menoleh kebelakang, dan melihat Kasumi meletakan tangannya di punggung Kurumi-san.

Kurumi juga melihatku dan mata kami bertemu - tapi dia cepat-cepat berlari pergi.

"Hei, ada apa?"

"😳"

Tatapan Kurumi-san kabur dan wajahnya memerah.

Melihatnya dari belakang, Kasumi menggaruk wajahnya dengan senyum pahit.

"Ah, apa boleh buat, toh aku akan mengembalikannya pada kakakku." 

"Ka, Kasumi!"

Kurumi-san mengangkat suaranya dan menatap Kasumi dengan cemberut.

Apa yang sebenarnya terjadi?
 
"Aku tidak bermaksud meminjamkan Kurumi-chan padamu! Dia adalah milikku selama ini!"

“Aku bukan milikmu!”

"Aku tahu itu. Maksudku, kamu selalu penting bagiku.”

"Apa? Oh, ah, ah, ah, um..."

Seperti biasa, dia menolakku dengan tegas, sambil tersipu dan menundukkan kepalanya.

Sungguh, itu terlalu lucu!

"Ehm, apakah semuanya baik-baik saja? Haruskah kita pergi dan menikah sekarang?"

"A-aku baik-baik saja."

"Baiklah, aku mengerti. Ayo kita pergi dan menikah kalau begitu."

"Tidak, tidak! Jangan sekarang!"



Dengan wajah merah, Kurumi-san menutup matanya rapat-rapat dan meninggikan suaranya.

Dia berbicara dengan sekuat tenaga, namun kata-kata Kurumi-san yang tiba-tiba keluar dari mulutnya agak aneh.

“Jangan sekarang? Apakah itu berarti kamu akan menikah denganku suatu hari nanti?" 

Setelah aku mengatakan hal ini, Kurumi-san akhirnya menyadari kejanggalannya saat hal itu ditunjukkan padanya, Kurumi-san membiarkan pandangannya melayang dalam kebingungan, dan akhirnya kembali menatap wajah Kasumi.

"Ah, aku belum mengerjakan PRku~"

Namun, sepertinya rencana itu gagal.

Dia menaiki tangga dan menghilang ke kamarnya. Jika itu pekerjaan rumah, mau bagaimana lagi, bagaimanapun juga dia adalah murid kelas tiga.

"..."

"Maafkan aku."

Kami yang tersisa aula pintu masuk, saling memandang satu sama lain.

Kurumi-san menatapku dengan mata lembab dan memegangi dadanya seolah menahan sesuatu.

Hal itu menggelitik hatiku, dan suasana yang indah menyelimuti seluruh ruangan.

Biasanya, aku dinilai tidak ada yang bisa dibandingkan denganku dalam hal membaca pikiran orang, tapi aku tidak pernah menyangka lelucon itu akan menjadi kenyataan!

"Baiklah, aku akan mengantarmu ke stasiun dulu."

"Um, baiklah."

Bagaimanapun, hanya itu yang bisa aku lakukan.

3

Pada malam hari, suhu menurun drastis.

Sedikit kenyamanan yang masih bisa kurasakan pada siang hari, lenyap tanpa bekas.

Saat aku membuka pintu, angin dingin sejenak menghilangkan panas tubuhku.

Berjalan keluar rumah, Kurumi-san mengikuti di belakangku.

"........"

"........"

Keheningan meliputi tempat itu, tanpa ada satu pun dari kami tahu harus berkata apa kepada satu sama lain.

Meski begitu, suasana terasa lebih dingin dari yang diharapkan. Itu mungkin suhu terendah yang pernah tercatat, atau sesuatu seperti itu.

Adapun Kurumi-san, tempat ini memang tampak dingin. Pakaian yang yang sepertinya cukup untuk mengatasi suhu sejuk di siang hari, bagaimanapun juga sepertinya tidak cocok dengan hawa dingin di malam hari.

Dia merapatkan kedua tangannya dan menghembuskan nafas, membuat asap putih keluar dari mulutnya dan segera lenyap dalam kegelapan.

Aku melepas mantelku dan memberikannya pada Kurumi-san.

"Pakai ini, Kurumi-san."

“Bolehkah aku?”

"Tentu saja. Mantelku dibuat untuk kamu pakai.

“HeI, bukankah itu sedikit berlebihan untuk dikatakan? Yah, terima kasih."

Kurumi-san mengenakan jaket kebesaran itu dan menyembunyikan jari-jarinya di balik mantel. Jaket kebesaran itu membuatnya tampak seperti hantu.

Kurumi-san mendekatkan tangannya ke mulutnya dan bergumam “Ini hangat.” dan mengusap pipinya dengan lembut.

Ini sangat lucu! Aku tidak akan pernah mencuci jaket ini mulai sekarang, itulah yang telah kuputuskan!

"..."

Percakapan pun selesai, dan keheningan menyelimuti kami sekali lagi.

Meski begitu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan, tentang baru saja terjadi di aula pintu masuk.

Tapi dari segi percakapannya, aku khawatir itu akan mengundang ketegangan di antara kami.

Aku telah memikirkannya untuk beberapa saat, tetapi pada akhirnya, aku memutuskan untuk menanyakannya secara langsung kepadanya.

“Ano–” 

“---Etto, eh?”

Saat aku membuka mulutku, Kurumi-san juga berbicara di saat yang bersamaan.

Itu sangat canggung, sehingga aku tidak bisa mengucapkan kata-kataku berikutnya.

Aku menganggukkan kepalaku lalu memulai ceritaku.

"Aku ingin berbicara denganmu tentang apa yang kamu katakan tadi....."

“Eh?”

Saat aku memotongnya, Kurumi-san menggoyangkan bahunya dan menggenggam ujung mantelnya dengan erat dengan kedua tangannya. Sosok itu sangat imut! Aku ingin menggendongnya sekarang juga dan berlari ke Balai Kota untuk mendaftarkan pernikahanku! Dengan hati yang dipenuhi dengan keinginan seperti itu, aku melanjutkan.

“Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu, aku ingin menikah denganmu sekarang juga! aku tahu jika aku mengatakannya terlalu banyak, itu akan dianggap sembrono, tetapi meskipun begitu, aku sangat mencintai Kurumi-san sehingga aku tidak dapat menahan diri.”

"Ya" 

“Bagaimana pendapatmu tentang aku, Kurumi-san?"

Dia tampak sedikit ragu-ragu, tatapannya mengembara, sesekali menatap tanah, terkadang ke tangannya yang mencengkeram sudut mantelnya, dan kemudian menatapku.

“Su, aku tidak membencimu." 

"Apakah itu berarti kamu menyukaiku?"

Kurumi-san terdiam, tapi wajah cantiknya berubah menjadi merah padam.

Tidak, bahkan telinganya juga memerah.

"Wajahmu sangat merah.”

“Moo~ kalian
 kalian benar-benar kakak beradik yang sama!"

“Aku tidak mengerti maksudmu. Ada apa dengan Kasumi?

"Tidak ada apa-”

Kurumi-san tergagap sambil menarik wajahnya menjauh dariku. Aku tidak tahu apa yang dikatakan Kasumi, tapi sesuatu pasti terjadi saat keduanya berbicara.
 
Aku tidak tahu, tapi entah bagaimana aku mengerti sesuatu.

Tidak, daripada tahu persis, aku benar-benar yakin. Dengan kepastian ini, aku pun bertanya kepada Kurumi-san.

“Kurumi-san, bagaimana pendapatmu tentangku?"

“Hei, aku baru saja menjawabnya."

"Baiklah, aku ingin mendengarnya lagi. Setelah kamu menjawabnya, kamu harus pergi ke balai kota, bukan ke stasiun. Untuk mengurus surat nikah😁."

"Kau gila?"

"Aku serius."

“......”

“Aku benar-benar serius.”

"😳, benarkah, benarkah?"

“Ya.”

“Apakah kamu yakin ingin menikah denganku?”

"Tentu saja.”

Tidak peduli berapa banyak aku mengatakannya, bukankah ini pertanyaan yang sudah jelas?

Mendengar jawabanku, mulut Kurumi-san bergetar dan pandangannya mengembara. Dia mungkin tidak ingin aku melihat ekspresinya, dan menutupi wajahnya dengan tangannya.

"Jadi, kamu sangat menyukaiku?"

Dia bertanya, menatapku dengan malu-malu.

Tentu saja, aku harus menjawab pertanyaan itu dalam hitungan detik!

"Aku mencintaimu, aku mencintaimu. Aku mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini."

“Nghhh.”

Saat aku menjawab dengan jujur, Kurumi-san memegangi dadanya.

"Apakah kamu baik-baik saja?"

Aku khawatir, jadi aku buru-buru memanggilnya, tapi Kurumi-san mengabaikanku.

Setelah menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam dan memulihkan ketenangannya, ia menatapku kembali dan berkata.

“Pernikahan tidak diperbolehkan."

Mendengar kata-kata itu, pikiranku menjadi kosong.

“Kenapa tidak?”
 
Sejauh ini aku sudah berkali-kali ditolak, tetapi jawaban ini tampak berbeda dari sebelumnya

Karena dari raut wajah Kurumi-san, dia terlihat serius.

Kurumi-san adalah tipe orang yang tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Dia biasanya malu-malu saat menolakku, dan terkadang dia tertawa, itu sebabnya aku tidak pernah menganggapnya serius. Tapi kali ini, dia menolakku dengan serius.

Saat aku memahami hal ini, hatiku terasa seperti ada lubang besar yang terbuka dan aku tidak bisa bernapas...

“Hah?”

Di tengah-tengah rasa sakit hatiku, tangan kiri Kurumi yang dingin tiba-tiba menyentuh tangan kananku.

Sementara aku masih terkejut, Kurumi-san terus menggerakkan tangannya dan memegangnya sehingga jari-jari kami saling bertautan.


Ini sering disebut sebagai 'tangan kekasih'.

Pada saat yang sama, Kurumi-san berkata.

"Kita belum siap untuk menikah, jadi mari kita kembali ke awal".

Sambil berpegangan tangan, dia mengatakan ini padaku.

Hanya dengan petunjuk ini, tidak mungkin aku bisa membuat kesalahan.

Jadi aku memegang kembal tangan Kurumi-san sebagai jawaban, dan kemudian membuat saran.

"Kurumi-san, maukah kamu jadi pacarku?”

"Ya."

◆◆

Sekali lagi, aku mulai bergerak maju menuju stasiun bersama Kurumi-san.

Meskipun keadaan di sekelilingku tidak tampak berubah, pemandangan di mataku tampak berbeda dari biasanya.

Aku ingin tahu apakah itu karena hubunganku dengan Kurumi-san, yang sedang berjalan bersamaku, telah berubah.
 
Dengan kata lain, aku telah memenuhi keinginanku untuk menjadi pacar Kurumi-san.

Aku melihat ke arah pergelangan tangan kananku, atau lebih tepatnya, ke arah Kurumi-san yang memegang pergelangan tangan kananku.

“.....”

"Apa?"

Perubahan sikap Kurumi-san yang tidak mau melepaskannya sementara wajahnya memerah membuatku semakin yakin akan perubahan dalam hubungan kami.

“Yah, aku hanya bertanya-tanya apakah aku akhirnya mengambil langkah pertama."

“T-tidak, maksudku, um, ya."

Kurumi-san tanpa sadar mengeluarkan penolakannya seperti yang selalu dilakukannya. Namun setelah melihat wajahku dan menyadari bahwa dia tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya mengangguk dengan jujur.

Aku tidak bisa menahan perasaanku melihat betapa imutnya makhluk ini. Akhirnya, aku pun memeluknya.

Di masa lalu, tindakan ini bisa dianggap sebagai pelecehan seksual, tapi sekarang kami adalah pasangan yang sah. Ini diperbolehkan.

"Tidak tidak tidak!"

Tapi reaksinya berbeda dari yang kuharapkan, dan dia menunjukkan sedikit penolakan.

Kenapa bisa begitu? Aku hanya mencoba memeluknya tanpa pikir panjang, karena kami adalah pasangan yang saling mencintai.

“K-kenapa?”

Sekali lagi, aku merasa sedih!

Aku tidak bisa menahannya, aku dicampakkan!

"Yah, hal semacam itu hanya diperbolehkan saat kita berdua, karena itu memalukan."

Kurumi-san berkata, sambil mengalihkan pandangannya ke depan.

Saat aku melihat ke depan dengannya, aku melihat stasiun itu sudah tepat di depan kami.

Stasiun ini adalah pusat transportasi dunia, dan saat ini cukup ramai.

“Nah, bagaimana dengan ini?"

Kurumi-san berkata sambil menunjuk ke arah lengan kananku.

“Jika kita bergandengan tangan seperti ini, rasanya jauh seperti pasangan normal, bukan? Berpelukan di depan umum itu agak..”

Aku setuju dengan apa yang dia katakan.

Memang cukup sulit melihat pasangan berpelukan dan berciuman di luar. Jika ini terjadi di Barat, tidak akan ada yang aneh tentang hal itu, tetapi di Jepang berbeda.

Aku tidak keberatan, tapi kalau Kurumi-san tidak menyukainya, aku tidak bisa memaksanya untuk melakukannya.

"Kalau begitu, ayo kita mulai waktu pribadi kita bersama sekarang."

“Hah?

"Karena aku ingin bermesraan denganmu."

"Bodoh...  Yah, aku mengerti perasaanmu."

Itu dia lagi! Dia baru saja akan mengatakan 'bodoh', tetapi dia tiba-tiba mengubahnya.

Dia sangat lucu saat menatapku dengan tajam, tersipu, dan kemudian memalingkan wajahnya untuk menghindar dariku, sangat lucu sehingga aku terus mengingatnya.

“Ughh~ Ini sangat panas. Terima kasih Tuhan! Ini adalah malam kita berdua!"

"Tidak, ini belum waktunya! Lagipula, Kasumi sedang menunggumu di rumah, jadi tidak hari ini!”

"Hari ini?"

"Tidak, tidak, tidak, tidak!"

Ada bunyi gedebuk dan pukulan di bagian punggungku, yang tidak terasa sakit sama sekali, tapi terasa nyaman.

Kebahagiaan memenuhi hatiku. Kekerasan Kurumi-san pasti memiliki efek penyembuhan.

"Baiklah. Jika Kurumi-san bilang begitu, aku akan bersabar untuk hari ini>

“Aku mengerti..”

“Untuk beberapa alasan, kamu terlihat sedih.”

"Tidak, aku tidak berpikir begitu!”

“Kurumi-san itu dingin! aku ingin berada di dekat Kurumi-san sepanjang waktu, tapi kamu tidak
"

Saat aku menunjukkan kekecewaanku, dia memutar kata-katanya tanpa jeda untuk sesaat.

“A-aku juga!”

“Aku juga?”

Kurumi-san menatapku dengan kesal, seolah-olah pikirannya sudah bulat.

“Bukan kamu satu-satunya yang merasa kesepian."

Kurumi-san cemberut dan menatapku dengan ekspresi haus.

“Itu sebabnya, kamu harus bersabar denganku hari ini."

Dengan itu, Kurumi-san berdiri berjinjit, untuk mendekatkan mulutnya ke telingaku.

"Aku mencintaimu."

“Hah?”

Pengakuan itu terus terngiang di otakku, dan wajahku memerah karena panas.

Di sisi lain, pipi Kurumi-san pun memerah. Cantik sekali!


Aku tidak bisa membiarkannya pergi seperti ini!

Aku mendekatkan mulutku ke telinganya seperti yang dia lakukan,

"Aku juga mencintaimu, Kurumi-san. Aku mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini."

Aku memberitahunya sebagai balasan. Dia menutupi mulutnya dengan lengan bajunya dan mundur satu atau dua langkah.

“Aku pergi sekarang! "

Kurumi-san bergegas menuju mesin tiket.

Aku yakin sudah waktunya, dia menelantarkanku, lucu sekali bukan?

☆ POV Kurumi

Aku, Koga Kurumi, pulang ke rumah sambil terombang-ambing oleh kereta.

Aku menyalakan lampu di kamarku dan terhuyung-huyung ke sofa, tempatku bersantai dan menyandarkan seluruh jiwa dan ragaku.

"......"

Saat aku membenamkan wajahku di bantal, aku memikirkan apa yang baru saja terjadi.

“Kurumi-san, maukah kamu jadi pacarku?”

Saat dia mengatakan itu dengan serius, ekspresi wajahnya terlihat berbeda dari biasanya ketika dia melamarku. Seperti ekspresi paling tampan yang selalu dimilikinya saat dia membantuku dan berjuang untukku.

"!"

Mengingatnya saja membuat tubuhku gatal dan kakiku lemas.

Jadi aku memeluk bantal erat-erat.

Apa yang harus dilakukan, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dilakukan!

Aku menghempaskan diriku di sofa.

Aku tahu itu menjijikan.

Aku tahu itu tidak sopan.

Tapi aku tidak bisa menahan diri!

"Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu.”

Saat aku mengatakannya, tubuhku semakin kesemutan.

Tetapi pada saat yang sama, hatiku semakin hangat.

Semakin aku mengatakannya, semakin perasaanku terbangun.

Sekarang aku mengerti kenapa dia selalu membisikkan cintanya padaku.

Di akhir perpisahan kami, aku mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya.

Rasanya memalukan untuk memikirkannya sekarang, tetapi aku ingin lebih.

Jika aku menyadarinya, aku tidak bisa berhenti.

Aku tidak bisa menghentikan perasaan ini.

Aku tidak sabar menunggu hari Senin tiba, pikirku dalam hati.

Aku ingin pergi ke sekolah bersamanya, bergandengan tangan. Aku ingin berpelukan saat kami berdua karena aku malu berada di luar. Aku ingin menciumnya saat aku mengatakan "Aku mencintaimu". Dan kemudian bersamanya lagi.

"..."

Apa yang harus aku lakukan, aku sangat merindukannya. Tubuhku benar-benar bereaksi.

Aku pasti terbawa suasana.

Selain itu, aku benar-benar ingin melakukannya sebagai sepasang kekasih.

Tapi aku tidak bisa.

Aku belum pernah punya pacar sebelumnya, dan yang lebih penting lagi, percakapan kami saat berpisah hari ini adalah "undangan" untuk melakukan hal itu.

Jika aku tidak mengatakan tidak dan mengambil keuntungan dari situasi ini, aku sekarang akan


"....."

Aku duduk kembali di sofa dan melepas mantel yang kupinjam darinya, dan menatapnya lurus-lurus.

"Tidak, tidak, itu tidak bagus."

Kata-kata itu keluar dari mulutku, tetapi tubuhku tidak mau mendengarkan, dan aku hanya bisa mencium baunya.

Aku merasa jantungku berdetak lebih kencang. dan nafasku menjadi tidak menentu.

Wajahku sangat panas hingga otakku terasa seperti akan mendidih.

Tidak, kewarasanku! Ini harus dihentikan!

Namun tubuhku memiliki pikirannya sendiri.

Aku mencengkeram jaketnya dan berbaring di sofa.

Akal sehat telah dikuasai oleh hasrat seksual.

Aku pasti orang cabul.

Menyerang seseorang saat mereka sedang tidur, dan sekarang melakukan hal ini.

"Ini, seperti, benar-benar meresap."

Aku membenamkan wajahku ke dalam jaketnya dan meraih perut bagian bawahku dengan tangan kananku.


Previous Chapter   Next Chapter (Masih Dalam Proses Pengerjaan.) 

6 komentar

  1. second ago
    Asem.. Jadi lebih dari MC😂
  2. second ago
    Semangat tl nya
  3. second ago
    Please min update lagi ini novel
  4. second ago
    Agak Laen tapi gak papalah
  5. second ago
    Gw pen liat wajah MC nya
  6. second ago
    saya suka saya suka ini 😍😍