Sebelum membaca, jangan lupa follow FP Instagram kami @getoknow_translation

Linazuke ga Dekita to Omottara, Sono Iinazuke ga Gakkou de Yuumei na "Akuyaku Reijou" Vol 1 Chapter 2

Di bawah bimbingan Kiryu (dia tidak memegang tanganku) sekitar 20 menit kemudian, kami naik kereta dan tiba tujuan, yang berjarak dua pemberhentian dari sekolah. 

“Bukankah ini, Shinzu?”

Jika kamu menyebutkan 'Shinzu', itu adalah nama tempat terkenal yang disebut 'Denenchofu' yang merupakan daerah perumahan yang terkenal di daerah tempat aku tinggal. 

Karena kawasan ini bukan daerah pusat kota, aku hanya pernah berkunjung ke sini sekali atau dua kali selama tujuh belas tahun tinggal di tokyo, dan itu hanya untuk kepentingan kantor ayahku.

“Eh? Jangan bilang apartemen yang dibeli ayahmu ada di sini?"

“Itu benar.”

"Bukankah kamu bilang itu dekat dengan sekolahmu?"

"Jarak 20 menit dengan shinkansen, itu dekat kan? Dari rumahku ke sekolah butuh waktu satu jam dengan mobil."

[Catatan TL : Shinkansen(Kereta cepat.)]

"Kamu berangkat ke sekolah dari tempat yang jauh seperti itu setiap hari?"

Aku tidak tahu hal itu. Jadi, kamu berangkat ke sekolah dengan mobil ya. Benar-benar tipikal tuan putri sejati.

"Eh? Tapi, kalau kamu berangkat ke sekolah dengan mobil, akan ada lebih banyak rumor, bukan?”

Aku tidak ingat pernah melihat mobil mewah berwarna hitam diparkir di gerbang sekolah.

“Yah, aku turun duluan, 10 menit berjalan kaki dari sekolah."

"Mengapa? Bukankah itu merepotkan?”

Jika itu aku, aku akan menyuruhnya menurunkanku di gerbang sekolah.

“Kenapa? SMA Tenseikan hanya sekolah swasta biasa, bukan? Menurutmu apa yang akan terjadi jika kamu memarkir mobil hitam mewah di depan sekolah seperti ini?"

"Aku yakin mereka akan cemburu."

"Yah. Aku terbiasa dengan kejahatan manusia, tetapi aku tidak ingin melakukan sesuatu yang menantang seperti itu. Jadi, berjalan kaki selama 10 menit sebenarnya lebih mudah."

"Tapi, Shinzu agak.."

“Apa? Nggak suka?”

"Bukan, hanya saja..."

Kawasan ini dikelilingi dengan aura "mewah" Aku merasa bahkan orang yang melakukan jogging atau wanita yang berjalan-jalan bersama anjing mereka saja, sudah memiliki kesan yang melekat seperti itu.

"Sepertinya, semua orang yang tinggal di sekitar sini adalah orang kaya dan memiliki status sosial yang tinggi."

“Apa yang kamu bicarakan? Meskipun mewah, Shinzu hanyalah kawasan perumahan yang baru saja berkembang. Jika aku tidak salah, tempat ini dulunya ini adalah tempat pangeran. Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa kau tidak sesuai dengan tempat ini, kamu tetap setara dengan mereka."

"Sejujurnya, aku sama sekali tidak tahu itu sampai Sabtu lalu~"

“Benarkah?”

"Aku tahu bahwa keluarga utama kami sangat besar dan keluargaku cukup kaya. Jadi aku mengira semua kerabatku juga cukup kaya karena mereka semua hidup dengan baik. Itu sebabnya aku sangat terkejut dengan pernyataan ayahku pada hari Sabtu bahwa ia memiliki hutang.”

Sungguh, jika aku memikirkannya secara dingin, mengapa ayahku meminjam uang dari ayah Kiryu? Apakah dia membenci keluargaku.

"Mungkin itu adalah kebijakan pendidikan dari Higashi Kujo."

"Apakah begitu? Yah, jika dipikirkan kembali, sepupuku, Akemi sudah berbicara seperti seorang putri muda dengan kata-kata yang halus. Aku merasa agak tidak nyaman dengan itu."

"Akemi? Oh, Akemi Higashi Kujo?"

"Kamu kenal dia?"

"Aku pernah bertemu dengannya di pesta. Dia cantik dan elegan."

“Mungkin benar.”

"..........”

“Kenapa?”

“Tidak, aku hanya bertanya-tanya apakah dia benar-benar kerabatmu?”

"Aku juga sedikit meragukan itu, tapi dia seharusnya sepupu jauh."

Akemi adalah wanita cantik dan ramping, jelas tidak mirip denganku yang wajahnya biasa-biasa saja. Meskipun begitu, sepupu jauh seperti itu, tidak mengherankan jika kami tidak mirip, bukan?

"Memang benar. Namun, jika status keluarga seperti Higashi Kujo, kamu pasti memiliki kesamaan, bukan?"

"Apakah begitu?"

"Ya. Jika 'darah' itu sudah bertahan selama berabad-abad dalam keluarga, maka ciri-cirinya pasti akan terlihat. Selain itu, aku punya kesan bahwa keluarga yang terpandsng biasanya memiliki banyak orang yang tampan atau cantik. Ini hanya pendapat pribadiku."

"Ini kedua kalinya kamu mengatakannya. Apakah begitu?”
"Ya. kamu sering melihat pangeran atau putri cantik dalam dongeng, bukan? Itu sudah biasa. Jika kamu adalah orang yang terpandang, kamu pasti ingin memilih orang yang memiliki penampilan yang menarik."

“Aku mengerti.”

Aku ingat sesuatu seperti itu. Jika seorang pangeran jatuh cinta dengan seorang wanita cantik dan menikahinya. Tentu saja, anak-anak dari ibu yang cantik seringkali cantik secara genetik, bukan?

"Sepertinya kita terlalu melenceng dari topik awal. Alasan mengapa aku memilih Shinzu sebagian karena aku menemukan tempat yang bagus, tetapi juga untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul."

“Dampak buruk?”

"Secara umum, tidak baik bagi pasangan SMA untuk tinggal di bawah atap yang sama, bukan?"

“Ya, itu benar.”

"Maaf jika terdengar kasar, tetapi orang tua yang mengirim anak mereka ke SMA Teneikan pada umumnya tidak memiliki cukup uang untuk membeli rumah di Shinzu. Selain itu, daerah ini hanya memiliki permukiman mewah dan tidak ada yang menarik bagi siswa SMA unuk datang jauh-jauh ke sini untuk bermain."

"Memang."

Aku juga tidak ingin kembali ke sini jika ayahku tidak punya urusan di sini.

"Jadi, apakah kita tidak akan bertemu teman sekelas di sini?"

"Aku rasa tidak, tetapi kemungkinan untuk bertemu di sini jauh lebih rendah dibandingkan dengan menyewa apartemen di dekat sekolah. Terutama karena aku tidak suka direcoki sepanjang waktu."

Kemudian dia bertanya padaku,『Kamu juga tidak ingin, bukan?』 Karena dia bertanya padaku, aku menganggukkan kepalaku. 

Memang, merepotkan untuk sengaja membawa masalah kepada diri sendiri..

"Ah."

"Apa maksudmu,『Ah』Apa yang tidak beres?”

"Mungkin sebaiknya kita tidak menceritakan hal ini pada siapa pun?”

"Maaf. Aku sudah memberi tahu Ryoko dan Tomomi."

Tatapannya seketika menjadi tajam. Bagi orang yang memiliki fetish khusus, mungkin itu adalah bonus, tapi bagiku itu hanya membuat ku merasa tidak enak.

“Yah, tidak apa-apa, seberapa banyak pun kita mencoba menyembunyikannya, jika itu Suzuki-san atau Kamo-san cepat atau lambat mereka akan mengetahuinya, bukan? Kalian bertiga selalu datang ke sekolah bersama, kan?"

"Yah begitulah."

"Jika kita tidak memberitahu mereka segera, mereka mungkin akan berpikir bahwa itu aneh. Jadi aku pikir itu bagus jika mereka berdua mengetahuinya."

“Maaf.”

"Tidak, itu salahku, karena tidak mengatakan itu dari awal. Jangan khawatir tentang itu lagi. Tapi jangan menyebarkan berita lebih jauh! Kamu pasti akan mendapat masalah!"

“Aku mengerti. Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu?"

Dia memiringkan kepalanya dengan sombong pada kata-kataku.

"Kamu pikir aku punya teman yang bisa aku ajak bicara hal-hal seperti ini?"

"Maaf."

"Tidak apa-apa. Kita sudah bicara, kan? Aku juga tidak ingin melakukannya."

“Baiklah, kita akan segera sampai sebentar lagi.”

Setelah dia mengatakan bahwa kami hampir sampai, aku mengikutinya dengan tenang dan berjalan di belakang Kiryu.

Meskipun daerah Shinzu adalah lingkungan perumahan kelas atas, bangunan di sekitarnya tampak lebih mewah lagi. 

Termasuk rumah tradisional Jepang yang memiliki lahan yang sangat besar dan vila bergaya barat dengan dinding yang tampak seperti tempat tinggal bintang Hollywood. Dan pada saat itu, di tengah melihat rumah-rumah mewah dengan harga yang tak terbayangkan, aku melihat-lihat sembari berjalan.

“Kita sudah sampai.”

"Benakah?"

Sebuah gedung apartemen yang sangat tinggi menjulang di depan kami. Mungkinkah bangunan itu memiliki lebih dari 30 lantai? Kiryu juga tampak tercengang oleh bangunan itu, yang tampak seperti hotel mewah.

"Apakah ini juga pertama kalinya kamu ke sini?"

"Ya."

“Lantai berapa?”

"Di lantai 32, di lantai paling atas. Dan, pola rumahnya adalah 5LDK."

“......”

“......”

"Jika lift rusak, itu akan sangat merepotkan."

“Ya. Hanya itu yang bisa kupikirkan."

Aku menghela nafas melihat betapa tidak biasanya itu.

"Menyediakan sebuah rumah untuk dua siswa SMA, itu luar biasa."

“Ya.”

Setelah mengambil napas lagi, kami berdua masuk ke dalam dengan hati-hati. Ketika kami masuk, lantai marmer yang terlihat begitu berkilauan menyambut kami.

"Rumah ini terlihat sangat mewah."

"Aku merasakan hal yang sama. Oh ya, sepertinya ada sebuah gym dan kolam renang di sana."

"Serius?"

“Ya, karena itu tertulis di papan informasi di sana."

“Itu luar biasa."

Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku tidak tahu mengapa harus seindah ini.

"Aku tahu keluargamu kaya, tapi apa yang sebenarnya ayahmu lakukan? Apakah dia melakukan sesuatu yang kotor untuk menjadi kaya?"

"Jangan kasar. Ayahku hanya mengelola sebuah perusahaan yang berhubungan dengan IT. Yah, dia sedikit memaksa, tetapi dia mengatakan bahwa dia membangun posisinya saat ini dengan cara yang benar. Dia juga menambahkan,『Aku akui aku berjalan di atas pagar, tapi aku yakin aku tidak akan jatuh.』"

[Catatan TL : Konteks dari kalimat di atas mengandung makna bahwa Ayah Kiryuu telah mengambil risiko dalam hidupnya, tetapi dia percaya bahwa dia bisa mengatasinya dengan benar, namun juga menghalalkan segala cara agar tidak gagal atau jatuh dalam upayanya.]

"Itu bukan cara yang jujur."

"Aku bercanda. Lagipula, dia mengatakan itu dengan nada bercanda meskipun matanya tidak tersenyum.”

Aku tidak tahu harus berkata apa. Sambil memikirkan itu, aku berjalan bersama Kiryu ke ruang lift dan naik ke lantai paling atas di dalam lift yang begitu besar sehingga gajah pun bisa naik.

"Luar biasa!"

Apa yang luar biasa adalah bahwa lantai atas ini hanya memiliki dua kamar. Artinya, hanya ada satu unit lagi selain unit yang aku dan Kiryu tempati.

"Aku tahu bahwa mengkhawatirkan tentang orang aneh yang mungkin tinggal di lantai yang sama tidak akan membantu, tetapi siapa yang ingin tinggal dengan orang seperti itu? Aku dengar ayahku mencoba untuk mendapatkan kamar lain, tapi tidak bisa membelinya pada akhirnya."

"Begitu ya?"

Bukankah lebih hemat jika dia membeli rumah kecil yang lebih murah daripada melakukan itu? Kiryu mengangguk setuju dengan pemikiranku.

"Ya, aku juga berpikir begitu. Tapi ayahku memilih untuk tinggal di apartemen ini karena alasan tertentu. Yah, tidak masalah. Ini luas dan aku tidak punya masalah dengan itu."

Mengatakan ini, Kiryu membuka pintu depan dengan kunci kartu apartemen. Interior apartemen lima kamar tidur ini cukup luas untuk mengadakan pesta.

"Pemandangannya bagus, bukan?"

Saat aku berjalan ke jendela dan melihat ke bawah dari lantai yang tinggi, itu seperti dunia yang berbeda.

"Ini adalah tempat yang bagus. Tentu saja, harganya mahal, jadi wajar saja."

"Apakah semahal itu, tempat ini?"

"Ya. Apakah kamu ingin tahu berapa harganya? Aku pikir itu akan membuatmu tegang."

"Tidak, terima kasih."

Jika aku mengetahui harganya, aku merasa itu akan menerbangkan semua nilai yang telah aku bangun selama ini.

“Ngomong-ngomong, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Tentu saja, silakan. Jika itu adalah sesuatu yang bisa aku jawab."

“Yah, ini sedikit sensitif."

“Apa itu?”

"Um, apakah kamu memiliki saudara?"

“Aku anak tunggal.”

Sambil mengangkat bahunya, Kiryu bertanya, 『Apakah itu pertanyaan yang sensitif?』Aku tetap diam dan menggelengkan kepala.

“Kau dan aku akan menikah, bukan?"

“Ya.”

"Karena kamu anak tunggal, artinya kamu akan mewarisi perusahaan keluargamu ketika kamu menikah, bukan?" 

“Tidak, bukan aku.”

“Eh?”

"Aku yang akan meneruskan perusahaan ini. dan kamu akan mengambil nama belakang Kiryu sebagai suamiku, meskipun kamu akan bergabung dengan perusahaan kami, aku tidak mengharapkan kamu untuk terlibat dalam bisnis. Apakah kamu mampu mengelola bisnis? Aku bertanya karena aku meragukannya."

"Kurasa tidak, itu sebabnya aku bertanya padamu."

“Aku tahu ini bukan hal yang baik untuk dikatakan, tapi yang aku cari darimu adalah 'nama' dari 'Higashi Kujo'. kamu tidak perlu khawatir tentang uang. Meskipun itu hanyalah nama palsu, aku akan menjamin posisi sebagai anggota dewan."

"Kau terdengar seperti germo.”

“Kurang lebih seperti itu. Jadi, maafkan aku, tapi kamu akan benar-benar menjadi tawanan dan hidup seperti tawanan.”

“Kau serius?”

"Tapi aku tidak bermaksud mengikatmu sebanyak itu. Oh ya, kamu masih memiliki sejumlah kebebasan, jadi aku akan memberitahukan ini pada kesempatan ini.”

"Apa itu?"

Kiryu menjawab pertanyaanku tanpa ragu.

“Aku tidak keberatan jika kamu memiliki wanita lain di luar sana.”

Kemudian, aku mendapat balasan yang mengagetkan.

“Hahaha! Apa? Wanita? Apa yang kamu bicarakan?"

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak yakin aku bisa mencintaimu. Tentu saja, aku akan memenuhi tugasku sebagai 'pasangan', tapi apakah aku bisa bersikap sebagai 'kekasih' masih belum jelas.

"Memang. Kamu mengatakan itu sebelumnya."

"Tapi, bukan berarti kita harus menahan perasaan ini selamanya. Ini agak memalukan, tapi pastikan untuk menggunakan alat kontrasepsi. Jangan sampai terjadi kehamilan gelap dan menimbulkan masalah."

"Alat kontrasepsi? Apa yang kamu bicarakan. Tidak, itu bukan ide yang bagus, bukan?"

"Tidak ada yang salah dengan mengungkapkan keinginanmu. Karena pada akhirnya, semuanya disebabkan oleh keinginan kita sendiri."

"Mungkin itu benar, tapi jika begitu, situasimu juga sama, bukan? Kita bisa mengatakan ini sama saja."

“Ya itu betul.”

Bagaimanapun juga, sepertinya dia cukup terbuka ‘tentang ‘pertunangan' ini. Tapi, begitu aku memikirkannya seperti itu, tiba-tiba Kiryu menggelengkan kepalanya dengan tenang.

"Tidak, itu tidak sama. Aku ingin nama belakang Higashi Kujo dan ini tentang keegoisanku sendiri dan keluargaku."

"Tapi, begitu juga denganku. Aku membutuhkan uang untuk keluargaku juga, kan?"

"Tapi itu urusan keluargamu, bukan? Bagaimana denganmu sendiri? Jika keluargamu tidak berhutang kepada ayahku, apakah kamu akan menolak untuk bertunangan denganku?"

"Yah, itu benar. Tapi jika kamu mengatakan itu, apakah kamu juga tidak–-"

Sebelum aku bisa melanjutkan ucapanku, Kiryu mengangkat tangannya dan memberi isyarat untuk menghentikanku.

“Aku berbeda denganmu. Aku ingin memiliki nama 'Higashi Kujo' untuk diriku sendiri."

“........”

"Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, aku telah mengalami banyak penghinaan karena aku seorang preman. Aku tidak ingin orang merendahkanku karena aku kaya, jadi aku berusaha keras untuk belajar, berolahraga, dan bahkan mempercantik diri. Namun, semakin aku berusaha, semakin aku dipandang rendah sebagai orang 'kaya'. Aku tidak ingin anak-anakku mengalami hal yang serupa. Itu sebabnya aku ingin anak-anakku memiliki keluarga yang terpandang dan memiliki sejarah yang panjang."

"'Keluarga yang terpandang? Kurasa itu bukan masalah besar."

"Mungkin kamu tidak tertarik atau bahkan tidak percaya, tapi masyarakat seperti itu masih ada. Selain itu, apakah itu 'Higashi Kujo' atau tidak. Tidak masalah siapa kamu, selama kamu berasal dari keluarga seperti itu, aku tidak keberatan."

Dia kemudian menghembuskan napas dengan kasar.

"Kau tahu? Keluargaku menuntutku dan begitu juga ayahmu. Tapi di keluargamu, hanya ayahmu yang menuntut. Jadi, kamu juga harus meminta sesuatu agar adil, kan?"

Itu mungkin benar.

Mungkin itu benar, tapi ada sesuatu yang mengganggu. Meskipun sulit diucapkan dengan kata-kata, tapi kurang lebih seperti ini.

"Jika begitu, selingkuh tetap tidak bisa diterima, kan?"

"Jika kamu tidak memiliki perasaan padaku sejak awal, itu bukanlah ‘selingkuh’ kan?”

"Tidak, aku tidak bermain-main dengan kata-kata seperti itu!"

"Jika ini bukan tentang selingkuh, maka itu baik-baik saja. Tentu saja, aku tidak akan menerima semua keinginanmu, tapi aku akan berusaha untukmu."

"Apakah ada sesuatu yang lebih tidak dimaafkan daripada selingkuh dalam kehidupan pernikahan?"

"Jika selingkuh diperbolehkan, apa yang tidak diperbolehkan? Khususnya bagi pasangan."

"Tidak ada yang tahu. Saat itu datang, kita bisa memikirkannya."

Setelah Kiryu selesai berbicara, dia melihat keluar jendela.

"Sudah gelap ya. Sudah waktunya pulang, kan?"

“yA. Bagaimana denganmu?”

“Terlalu jauh untuk pulang dari sini. Aku punya tempat tidur, listrik, air, dan gas.”

"Bagaimana dengan makanan?"

"Seharusnya ada makanan di kulkas.”

Kiryu mengatakan hal ini dan berjalan menuju kulkas. Aku mengikuti dan memperhatikan saat dia mengulurkan tangan dan membuka pintu kulkas yang terletak di sebelah dapur.

"Luar biasa."

Di dalam kulkas, bahan makanan tersusun rapi seperti permata, seolah-olah telah lama menunggu di sini, seolah menunggu saat yang tepat.

"Ini bahan-bahan yang bagus, bukan?"

"Kau tahu maksudku."

"Itu paket dari toko tahu terkenal di Kyoto, dan aku pernah melihat logo kotak karton aslinya."

"Jika dari toko induk Higashi Kujo, maka tidak diragukan lagi."

Mengangguk puas, Kiryu membanting pintu kulkas hingga tertutup.

"Yah, aku tidak menggunakannya."

"Eh?"

“Jika itu ayahku, sebagai ayah yang mengenalku dengan baik, dia pasti memiliki itu.”

Mengatakan itu, Kiryu membuka laci di dapur dan meraba-raba di dalamnya, lalu mengeluarkan sesuatu dari laci.

"Apa itu?"

"Ya. Karena ini adalah kesempatan bagus, mengapa kamu tidak memilih?"

Lalu ia menunjukkan pamflet pizza, sushi, ramen, dan soba.

"Ini semua delivery, kan?"

"Benarkah?"

"Jangan bertanya 'benarkah?'! Apa yang akan kita makan malam ini? Apa?"

"Iya itu mereka."

“Tidak, tidak! Di mana makan malammu? Bagaimana dengan makan malam?”

"Tentang itu..."

"Apakah kamu bermaksud, nona besar sedang ingin makan makanan cepat saji, begitu kan?"

"Tidak, aku tidak. Aku tidak bisa memasak."

Kiryu membuka mulutnya, memiringkan kepalanya dengan manis.

"Tidak, kamu tidak bisa memasak?"

"Ya. Itu tidak pernah diperlukan. Ada pembantu rumah dan lebih enak jika kita membiarkan profesional yang melakukan pekerjaan itu, bukan? Jadi, mengapa aku harus memaksakan diri untuk memasak?" 

Meskipun argumen Kiryu masuk akal, tetapi untuk apa bahan makanan itu jika tidak digunakan?

“Tidak, bagaimana bisa begitu? Kita akan tinggal bersama mulai sekarang, bagaimana dengan makanan?”

“Makanan?”

Kiryu merenung sejenak, lalu terlihat terkejut.

"Jangan bilang kamu mengharapkan aku untuk melakukan semuanya?"

"Tidak, aku tidak berencana untuk menyerahkan semuanya padamu, tapi aku pikir sistem bergilir mungkin akan baik juga. Tapi, mendengar perkataanmu sekarang, keahlian memasak sepertinya sangat buruk, ya?"

"Apa masalahnya? Ada banyak restoran yang menyediakan makanan enak."

“Aku tidak menyangkalnya, tapi bagaimana dengan mencuci pakaian?”

"Aku tahu jika kamu memasukkannya ke dalam mesin cuci, mereka akan bersih."

"Bagaimana dengan membersihkan rumah?"

"Aku tidak harus melakukannya setiap hari. Itu tidak akan membunuhku, kan?"

"Bagaimana dengan air mandi?"

"Masukkan saja ke dalam air mandi."

“Bagaimana dengan berbelanja?”

"Aku bisa melakukan itu. Kalau tidak, kita tidak akan bisa memesan delivery food, bukan?"

"Yah, ya. Itu benar, tapi, bukankah kamu baru saja mengatakan sesuatu tentang 'memenuhi kewajiban pasangan' atau semacamnya?"

"Melakukan pekerjaan rumah tangga bukanlah tugas pasangan."

Saat Kiryu mengatakan ini, dia tampak sedikit canggung. Tampaknya tidak mudah baginya untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

"Meski begitu, kebiasaan makanmu tidak baik."

"Benarkah? Ada banyak makanan enak di sini, tahu?"

"Kata-katamu tidak terdengar seperti seorang putri. Junk food?"

"Makanan enak adalah makanan enak. Dan, tidak perlu meremehkan makanan yang dianggap junk food."

"Aku juga tidak bermaksud meremehkannya, tapi jika kamu makan makanan junk food setiap hari, itu tidak baik untuk kesehatan atau dompetmu."

"Jangan khawatir soal uang, selain itu, sekarang ada layanan pengiriman makanan sehat, seperti bento sehat.”

“Yah, tapi ada sih."

Aku tidak yakin apakah itu cara terbaik untuk mengelola kebutuhan nutrisinya, tetapi aku tidak punya pilihan.

"Aku akan meminjam dapurmu."

“Eh?”

"Maksudku, aku akan meminjam dapur. Aku akan memasak makan malam."

“Tidak, tidak, maksudku. Ini juga rumahmu. Nggak perlu meminjam. Kamu mau memasak? Makan malam? "

Meninggalkan Kiryu dalam keadaan linglung, aku membuka pintu kulkas lagi. Di dalam kulkas ada bahan makanan yang tersusun rapi seperti berkata, "Oh? Akhirnya saat kita tiba juga?" gumamku sambil membuka kulkas.

"Aneh ya, tempat cuci piring ini sangat bersih dan indah,"  lanjutku, memandang ke arah wastafel yang bersinar-bersinar. 

"Kalau kita punya dapur seindah ini, kita tak perlu buru-buru pulang dan jadi sangat boros. Lagipula, tempatnya cukup luas untuk tiga orang memasak.”

“Benarkah?”

“Ya, dengan semua bahan ini, kita bisa membuat makan malam yang enak, bukan?"

"Oh, benarkah? Aku tidak tahu."

Kata-kata Kiryu membuatku merasa frustrasi. 

"Setidaknya, kamu bisa membantu masak. Ini sayang banget, kalau bahan makanannya terbuang sia-sia."

Kata-kataku membuat Kiryu panik dan matanya membesar.

"K-Kenapa? Kita bisa memesan makanan saja," 

"Tidak bisa. Kita harus memasak."

Aku melihat-lihat di dalam kulkas. Meskipun bahan makanan yang tersedia mewah, tapi kali ini aku memutuskan untuk membuat sesuatu yang sederhana.

"Sekarang, potong ini dulu untukku," kataku sambil menunjukkan sepotong tahu. 

“Tahu ini sangat enak. Aku sebenarnya tidak ingin menggunakannya untuk masakan yang biasa-biasa saja, tapi tak apa. Ambil 2/3 bagian, potong menjadi kubus seukuran 2 cm."

“....."

“Coba saja.”

“O-oke.”

Dengan gemetar, Kiryu membuka penutup tahu. 

Aku mengambil sebilah pisau dari bawah bak cuci dan mengarahkan gagangnya ke arah Kiryu. Kiryu memegang pisau itu dengan tangan terbalik dan memotong tahu dengan begitu saja.

"--Hei, tunggu sebentar!"

"Hei, apa!"

“Jangan arahkan pisau itu padaku! Apa yang kau pikirkan?”

“Apa maksudmu?”


"Kamu ingin menjadi pembunuh berantai dengan memegang pisau seperti itu? Bukan begitu cara memegang pisau! Kamu harus tahu cara memegang pisau! Apa kau tidak pernah ikut kelas memasak?

Aku belum pernah melihat seseorang memegang pisau dengan cara psikopat seperti itu ketika memasak!

"Jangan gunakan pisau. Sementara itu, cuci beras saja!"

“Ba-baiklah.”

"Oh ya, satu hal lagi. Ketika mencuci beras, jangan mencucinya dengan sabun cuci piring, itu adalah lelucon yang buruk dari zaman Showa."

"Jangan meremehkan aku! aku sudah tahu itu!"

“Benakrah?”

“Tentu saja!”

Dia berkata dengan bangga.

“Kamu bisa mencucinya di mesin cuci!”

“........”

“........”

“Kamu duduk saja, oke?”

"Ya."

Kiryu terlihat sedikit sedih. Saat aku melihatnya dengan mata seperti seorang kakek yang sedang melihat cucunya, dia duduk dengan wajah sedih dan bahu yang terkulai. Baiklah, ayo lanjutkan memasak!

Pertama, potong tahu menjadi kubus berukuran 2 cm dan panaskan dalam microwave selama sekitar 2 menit. Jika kamu menghilangkan kelembapannya terlebih dahulu, tahu akan lebih cepat matang.

Selanjutnya, keluarkan daging babi, bacon, dan bawang bombay dari kulkas, dan masukkan ke dalam wajan dengan krim kental. Sambil menunggu, cuci beras dan masukkan ke dalam penggorengan. Saat bahan-bahannya berwarna kecokelatan, tambahkan sedikit kecap asin.

"Hei."

"Apa? Seorang wanita muda yang tidak bisa memasak?"

"Dari semua hinaan yang aku terima dalam hidupku, ini adalah yang paling menjengkelkan dan memalukan!"

"Untuk apa? Apa kamu datang untuk mengeluh padaku?"

"Tidak, bukan itu! Apa yang akan kamu buat dari itu?

"Sebuah kejutan setelah selesai, mungkin?"

"Kejutan? Hei, tunggu dulu, apa itu...!”

"Jangan khawatir tentang hal itu. Oh, aku hampir lupa. Apakah ada sesuatu yang tidak kamu sukai?"

“Yah, tidak juga.”

Saat dia mengatakan itu, Kiryu mengeluarkan suara gelisah pada benda yang ada di tanganku. Benda yang ada di tanganku adalah sekaleng tomat.

“Yosh."

Masukkan tomat kalengan dan kaldu ke dalam panci, bumbui dengan pasta kacang serta garam dan merica, dan terakhir kentalkan dengan tepung kentang, dan selesai.

Sepertinya nasi juga sudah matang.

"Aku akan meminjam piring.”

“O-oke.”

Ayo kita sajikan di atas piring besar dan persembahkan untuk Kiryu. Hidangan seorang pria seharusnya seperti ini!

"Apa? Apa ini?"

"Ini adalah Tahu Mapo gaya Italia."

"Tahu Mapo gaya Italia?"

"Ya, bahan dan cara pembuatannya sederhana, jadi bisa dibuat dengan cepat. Makanlah selagi masih panas."

Aku meletakkan nasi di depan Kiryu. Dia tampak ragu-ragu untuk memasukkan sumpitnya ke dalam mulutnya, tapi akhirnya dia mengumpulkan keberaniannya dan memasukkan Tahu Mapo Italia ke dalam mulutnya.

"Apa ini?! Enak sekali!”

"Benarkah?”

Melihat senyuman Kiryu, aku juga ikut tersenyum. Meskipun resep Mapo Tofu ini sederhana, tetapi cukup enak. Kamu harus mencobanya.

“Aku benar-benar terkejut, apakah kamu jago memasak?”

"Aku tidak sebaik yang kukira."

"Benarkah? Menurutku, rasanya enak.”

"Seperti yang kau tahu, keluargaku menjalankan sebuah perusahaan kecil dengan ayahku sebagai presiden dan ibuku sebagai akuntan, sehingga kami harus bekerja sepanjang hari. Meskipun kami cukup sibuk, ibuku sering harus pergi dari rumah, sehingga kadang-kadang aku memasak untuk adikku juga. Jika tidak memasak, kita tidak akan memiliki makanan."

"Jika tidak ada makanan, kamu bisa membeli makanan dari luar, bukan?"

"Tapi kami kekurangan uang saat itu juga.”

“Antoinette macam apa kamu?”

“Maaf, aku tidak mengerti maksudmu.”

"Ah, bukan apa-apa. Aku hanya teringat dengan kata-kata 'Jika rakyat tidak memiliki roti, mereka bisa makan kue' yang dikatakan oleh Ratu Marie Antoinette.”

[Catatan TL : Kutipan di atas adalah sebuah kutipan terkenal yang diucapkan oleh Ratu Marie Antoinette pada abad ke-18, di mana Ratu Marie Antoinette, istri Raja Louis XVI, mengeluarkan pernyataan "Jika rakyat tidak memiliki roti, mereka bisa makan kue" dalam merespons keluhan tentang kelaparan rakyat di Prancis saat itu.]

"Maksudku, kau punya adik perempuan?"

"Dia satu tahun lebih muda dariku. Namanya Akane."

“Ooh, dia siswi SMA?”

"Ya. Dia tinggal di rumah utama Higashi-Kujō dan bersekolah di Kyoto."

“Apakah ada situasi yang rumit?”

Ada rasa tidak nyaman yang terlihat di wajah Kiryu, tetapi aku tersenyum dan mengabaikan keraguannya.

"Tidak ada masalah seperti itu. Dia adalah pemain basket. Karena dia ingin menjadi lebih baik dengan pergi ke SMA yang kuat, dia memutuskan untuk pergi belajar di Kyoto."

"Apakah itu bisa disebut sebagai belajar di luar negeri?"

"Aku tidak tahu. Yah, jangan bicara tentang Akane. Kita harus makan sebelum makanannya dingin." 

Setelah aku mengatakan itu, Kiryu mulai lanjut makan lagi. Dan di tengah-tengah makan, dia tanpa sadar mengatakannya lagi.

"Ya... ini benar-benar enak."

"Yah, aku sudah membuatnya sejak aku masih kecil, dan aku bangga karenanya. Ryoko dan Tomomi juga menyukainya."

“Benarkah?”

"Tomomi memiliki keterampilan olahraga yang sangat baik di tim basket. Bahkan sekarang dia masih terus memintaku membuatkan ini dan datang ke rumah sepulang sekolah sambil berteriak 'Aku lapar'."

"Kamo-san juga?"

"Ryoko biasanya ikut dengannya. Dia bilang itu adalah rasa yang terkadang ingin dia makan."

"Tapi Kamo-san tampaknya pandai memasak, ya?"

"Memang, Ryoko lebih ahli dalam memasak. Tapi dia masih sedikit canggung."

“Aku tidak bermaksud kasar, tapi kupikir aku mengerti. Dia sepertinya bukan orang yang cekatan, bukan?”

"Benar. Keluarga Ryoko dan Tomomi sama-sama bekerja, jadi aku memasak untuk mereka berempat. Itu berlangsung sampai sekarang.”

Setelah itu, Ryoiko berhasil melampauiku dengan terus berlatih keras, dan sekarang aku masih sering makan makanan yang dia masak. Namun, Tomomi, ia sangat buruk. Masakan dia hanya membuang-buang bahan makanan saja.

"Jadi ini rasa yang disukai teman masa kecilmu.”

"Entah suka atau tidak, setidaknya rasanya enak. Bagaimana denganmu?"
“Hmm, ya, aku pikir Ini sangat enak.”

"Tentu saja. Ini dibuat oleh seorang profesional, jadi sama bagusnya dengan makanan yang dibeli di restoran, bukan? Tentunya itu akan berbeda dengan yang baru dibuat."

“Ya. Ini bukan rasa yang bisa didapat dengan memanaskan di microwave."

"Jadi mulai sekarang, kamu harus mulai memasak sendiri juga."

“Kamu tidak akan memasak untukku?”

"Aku tidak punya kemampuan memasak seperti itu. Pada dasarnya, terlalu menyedihkan jika seseorang pada usiamu tidak bisa memasak sama sekali."

"Apakah itu diskriminasi gender? Apakah wanita harus belajar memasak?"

"Jangan bicara bodoh. Lebih baik bisa daripada tidak bisa. Itu berlaku sama baiknya bagi laki-laki maupun perempuan. Kamu sudah berusaha keras di sekolah dan olahraga, kan? Bagaimana kalau kamu mencoba memasak?"

Kata-kataku membuat Kiryu-san terkejut.

"Tidak, kamu benar. Kamu benar sekali."

"Ya, aku senang kau mengerti."

"Ya, aku mungkin tidak membutuhkannya dalam hidupku, tapi ya, lebih baik bisa melakukannya daripada tidak bisa melakukannya. Hahaha, Ttrima kasih! Baiklah, kalau begitu kita akan bergiliran memasak!"

Sambil memegang sumpit, Kiryu mengangkat tangannya dengan senang.

“Tapi, tapi..."

Sambil mengatakan itu, dia memandangku dengan malu-malu

"Mungkin, pada awalnya aku akan gagal."

“Aku akan mengajarimu, oke?”

“Terima kasih.”

Dia tampak malu, tapi Kiryu terlihat sangat menggemaskan saat mengatakannya.

"Hmmm... Terima kasih, Higashi Kujo-kun!"

Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya dia memanggilku dengan nama.

Terpesona oleh senyum bunga di wajahnya, pikiranku menjadi kosong dan hanya itu yang terlintas dalam pikiranku.


Previous Chapter  Next Chapter (Masih dalam proses pengerjaan.)

Posting Komentar

© Getoknow Translation. All rights reserved. Developed by Jago Desain