Mungkin sudah sekitar dua puluh menit berlalu sejak aku tertidur karena kelelahan.
Untuk beberapa alasan, aku terbangun oleh suara memekakkan telinga di sekitarku.
Suara apa itu? Apakah itu teriakan seorang anak kecil? Atau apakah seorang lelaki tua yang aneh menyanyikan sebuah lagu?
Aku membuka kelopak mataku yang berat dan melihat sekelilingku.
Hal pertama yang ku lihat adalah orang-orang dengan panik melarikan diri dari sesuatu. Bahkan aku, yang baru saja bangun dari tidur, langsung menyadari bahwa itu jelas tidak normal.
Melihat wajah orang-orang yang berlarian, mereka berlari mati-matian menuju gerbong pertama dengan keringat dingin.
Apa yang sedang terjadi disini? Apa yang sedang terjadi?
Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi ketika aku mendengar teriakan seorang pria paruh baya, aku akhirnya mengerti.
"Itu setan jalanan! Semuanya lari!"
Ketika aku mendengar kata "setan jalanan", aku bertanya-tanya apakah aku masih bermimpi.
Aku mencoba mencubit pipiku untuk mengujinya, tapi rasanya sakit sekali. Aku mencubitnya berkali-kali, tetapi itu tetap terasa sakit.
Eh? Apakah itu berarti aku tidak sedang bermimpi?
Saat aku menyadari bahwa itu terjadi di dunia nyata dan bukan di dunia mimpiku.
Aku berdiri dan mulai berlari di diikuti orang-orang yang menuju gerbong pertama.
Seperti daun mati yang tersapu oleh arus berlumpur, aku berlari ke depan tanpa memikirkan apapun.
Ketika aku berbalik di tengah jalan, masih ada beberapa orang yang berlari di belakangku.
Namun, disisi yang jauh dari kerumunan orang, aku melihat seorang pria dengan sebilah pi**u tajam sepanjang sekitar 30 cm berjalan ke arah kami, berayun dari satu sisi ke sisi lainnya.
Ujung pi**u terlihat samar-samar dan ada sedikit darah di atasnya. Beberapa orang pasti telah terluka.
Pria itu memiliki penampilan yang lusuh dan kurus. Di atas itu semua, dia menyeringai.
Apa-apaan orang ini? Dia seorang psikopat!
Ini tidak baik, ini tidak baik! Ini benar-benar buruk
Ada kemungkinan besar seseorang sudah menelpon polisi, dan polisi serta petugas keamanan akan menunggu di stasiun berikutnya.
Tapi apa yang harus kita lakukan sementara itu?
Siapa yang akan menghentikan pembunuh psikopat ini?
Bagian dalam gerbong adalah ruang tertutup, jadi tidak ada cara untuk keluar. Yang bisa kita lakukan hanyalah berlari menuju gerbong pertama sebelum pemberhentian berikutnya.
Brengsek! Berapa lama lagi kereta akan tiba?
Mengapa aku harus mengalami ini sebelum aku turun?
Sial! Sayang sekali kalau aku pada hari yang sama ketika aku menyelesaikan ujianku!
Ada begitu banyak hal yang masih ingin ku lakukan dan alami!
Aku tidak ingin mati!
Sambil menggertakkan gigiku pada nasib yang tidak masuk akal, aku melarikan diri secepat mungkin.
"Tidaaaaaaakkk!"
Aku mendengar seorang wanita berteriak dari belakangku. Saat aku mengalihkan pandanganku ke arah suara itu berasal, gadis cantik yang duduk dihadapanku sebelumnya terjatuh dengan tangan di lantai.
Tampaknya, dia terjatuh saat melarikan diri. Karena semua orang melarikan diri secara serentak, sepertinya ia tidak sengaja membentur kaki orang lain dan terjatuh.
Aku menyaksikan situasi itu dari kejauhan .
Sejujurnya, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku tidak berada dalam posisi di mana aku bisa meraihnya jika aku mengulurkan tangan. Bahkan jika gadis itu berada dekat denganku, tidak mungkin aku bisa menjangkaunya di tengah kerumunan orang.
Tanpa berkata apa-apa, aku memalingkan wajahku ke arah gerbong di mana ia terjatuh seorang diri tidak ada orang disana.
Tidak, aku pura-pura tidak melihatnya dan terus berlari.
Tidak aneh bagiku untuk disebut sampah sekarang.
Sementara aku memikirkan hal ini.
"Tidak, tidak. Jangan datang. Tidak, tolong jangan."
Suara gadis itu, gemetar ketakutan, mencengkeram hatiku. Melihat ke belakang secara refleks, orang gila itu berdiri di depannya dengan senyum menakutkan diwajahnya.
Di mataku, bilah yang berkilau itu terlihat seperti sabit yang dipegang oleh dewa kematian. Tidak, bukan hanya aku, di mata gadis itu pasti seperti itu juga.
Di hadapan orang gila itu, banyak air mata mengalir dari mata gadis itu.
"Tidak, tidak. Aku belum mau mati."
Dengan suara gemetar, gadis itu mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk berteriak.
"Tidak, seseorang tolong aku!"
Segera setelah aku mendengarnya berteriak minta tolong, tubuhku secara misterius berhenti.
Aku tidak bisa berhenti mendengar suara gadis itu dari telingaku. Aku tidak bisa mengeluarkan suaranya dari telingaku.
Sial, sial, sial!
Mengapa aku berakhir dalam situasi yang mengerikan pada hari aku menyelesaikan ujian!
Jika itu masalahnya, larilah! Aku juga ingin melarikan diri seperti orang-orang didepanku.
Bahkan jika aku pergi untuk menyelamatkannya, kemungkinan dia selamat tanpa cedera sangat kecil, tidak diragukan lagi!
Ini seperti aku akan menuju kematianku! Tapi... tapi... Tapi...
Jika aku melarikan diri sekarang, aku akan menjalani hidup yang tidak akan meninggalkan apa-apa selain penyesalan.
Aku yakin dia memiliki keluarga dan teman yang dia sayangi, dan dia memiliki impian dan hal-hal yang ingin dia lakukan.
Aku yakin dia melakukannya. Aku yakin itu.
Mari kita berhenti. Jangan lari. Ayo bantu dia.
Aku tidak ingin merasakan hal itu lagi.
Jika tidak ada yang datang untuk membantu
Aku tidak punya pilihan selain melakukannya sendiri!
Aku mengambil keputusan, membelakangi orang-orang yang mencoba melarikan diri, dan berlari ke arah gadis itu.
Orang-orang di sekitarku pasti mengira bahwa aku akan mati.
Tentu saja aku menyadari hal itu.
Bukannya aku ingin menjadi pahlawan.
Tidak mungkin aku bisa menjadi pahlawan.
Tetapi...
Aku tidak bisa diam saja dan melihat orang yang tidak bersalah mati karena mereka tidak bisa melawan!
Aku berdiri di depannya, bertekad untuk mati.
"Apa siapa kamu?"
Kata-kata itu keluar dari mulutnya saat melihat kemunculanku yang tak terduga.“Fufufu."
Orang gila itu bahkan tidak bingung dengan penampilanku, dan mulai tertawa dengan menakutkan.
Aku tidak ingin melihat senyum seorang pria yang membunuh orang tanpa pandang bulu. Brengsek.
"Hahahaha!"
Pria itu mengangkat pi*** di tangan kanannya tepat di atas kepalanya sambil mengeluarkan suara aneh.
Mustahil untuk tidak merasa gugup atau takut di depan situasi seperti ini.
Aku sangat takut. Pokoknya takut.
Tapi jika aku kabur sekarang, gadis di belakangku itu pasti akan mati. Bahkan jika aku berbalik dan melarikan diri, aku akan menyesalinya selama sisa hidupku. Aku tidak menginginkan itu.
Aku tidak akan pernah lari.
Sebelum pria itu mengayunkan pisaunya, aku mengalihkan pandanganku sejenak dan berteriak kepada gadis itu.
"Larilah selagi masih bisa. Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir."
Segera setelah mendengar kata-kata ini. Dia berdiri, air mata mengalir di wajahnya, dan berlari menuju gerbong pertama.
Saat langkah kakinya semakin menjauh, aku merasa lega.
Tapi tidak mungkin orang gila itu akan berhenti pembant**nnya setelah semua ini. Sebaliknya, dia bernapas lebih keras dan tampak sangat bersemangat.
"Hyahahahaha!"
Dia mencoba menurunkan tangan kanannya yang terangkat dengan penuh semangat. Dengan kekuatan lengan laki-laki dewasa dan pis** ini, dia akan mampu memberikan luka yang cukup fatal pada lawannya. Jika dia menerima serangan itu, dia akan mati kehabisan da**h. Pasti mati.
Pada pandangan pertama, aku berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa hampir tidak ada peluang untuk menang.
Namun, ini hanya untuk orang biasa.
Bahkan jika tingkat kelangsungan hidupku nol, aku mungkin bisa meningkatkannya sedikit.
Saat aku kelas 1 SMP, aku belajar seni bela diri karena satu dan hal lain. Jadi aku memiliki sedikit pengalaman bertarung, dan aku agak terbiasa bertarung dengan lawan bersenjata.
Guruku sering memukuliku dengan pedang kayu di tangannya. Tentu saja, ketika itu mengenaiku, itu akan terasa sakit. Itu sebabnya aku mengamati gerakan lawanku, berpikir dengan hati-hati, dan kemudian melakukan serangan balik.
Aku diajari prosedur ini.
Aku tidak tahu apakah aku dapat memanfaatkan pengalaman bela diriku di masa lalu dalam situasi ini, tapi aku tidak punya pilihan selain melakukannya.
Aku berkeringat dingin karena gugup, dan tampaknya itu menjadi sinyal untuk menyerang.
Bum! Bum! Bum!
Suara pis** yang membelah udara terdengar jelas di telingaku. Lawan sedang memegang pisau dengan panjang pisau sekitar 30cm. Seandainya aku mundur darinya pada jarak ini, ada kemungkinan dia bisa mencapaiku dengan pisau sepanjang lengan pria itu.
Jika aku mengelak dan masih mengambil risiko untuk memukulnya, aku harus melakukannya dengan cara ini!
Pukul.
Tanpa bergeming, aku mencengkeram kuat pergelangan tangan kanan pria yang memegang pisau itu dengan tangan kiriku.
Atau, lebih tepatnya aku berhasil mencengkeramnya. Saat pria itu mengayunkan tangan kanannya ke bawah, aku juga mengulurkan tangan kiriku dan meraih pergelangan tangannya sebelum pisau itu mengenaiku.
“Tidak!"
Di depan mataku, orang gila itu mulai panik. Pria ini kurus kering. Sangat mudah untuk melihat bahwa dia kurus dan tidak memiliki pola makan yang baik.
Akibat kekurusannya, massa ototnya berkurang secara alami.
Dengan kekuatan lenganku aku dapat menghentikan lengan kanan seorang pria!
"Ah!"
Teriakan orang itu bergema di dalam gerbong yang hanya berisi dua orang. Tapi berteriak tidak mengubah situasi.
Aku mencengkeram pergelangan tangan kanan pria itu lebih erat lagi.
Tidak mungkin aku akan membiarkan orang yang menyebabkan masalah bagi orang lain dan mencoba membunuh mereka dengan tidak masuk akal lolos begitu saja. Aku akan memastikan dia masuk penjara dan merenungkan apa yang dia lakukan!
Aku menarik tangan kananku ke belakang dan hendak memukulnya dengan sekuat tenaga.
Untuk menangkis seranganku, pria itu mengangkat tangan kirinya ke depan.
Ya! Dia telah memakan umpanku!
Orang gila ini sangat waspada dan memperhatikan jab kananku.
Namun sayang sekali. Aku tidak berniat untuk menggunakan tinjuku sejak awal.
Itu adalah kaki kananku!
Memanfaatkan perhatian orang gitu itu ke tangan kananku, aku memutuskan untuk memukul perut pria itu dengan serangan yang kuat. Kekuatan kakiku jauh lebih kuat dari kekuatan lengan!
"GOUHH!"
Pria itu tidak tahu apa yang terjadi dari serangan tak terduga itu dan hampir jatuh.
Tapi aku tidak begitu naif membiarkannya jatuh seperti ini.
Bahkan saat aku menendang perutnya, aku mengencangkan cengkeraman di pergelangan tangan kanannya dan tidak mau melepaskannya.
Aku menarik tangan kiriku ke depan dan dengan paksa mengubah pusat gravitasi pria yang hendak jatuh dari belakang ke depan.
Pada saat yang sama, aku sekali lagi mengerahkan kekuatan kepalan tangan kananku dan menariknya dengan paksa.
Karena aku menariknya dengan paksa, pria itu tidak punya waktu untuk menahannya, dan tinju kananku mengenai wajahnya.
Pow!
Dengan putus asa, pria itu terlempar ke belakang.
Pada titik ini, pis** di tangannya melesat dengan kekuatan yang dahsyat ke arah gerbong di belakang.
Pada jarak itu, tidak mungkin dia bisa meraihnya lagi.
"Uh-uh."
Pria itu berjalan terhuyung-huyung berdiri. Tapi semangat membunuh sebelumnya telah menghilang entah kemana. Sebaliknya, dia mulai terlihat lemah.
Lagi pula, dia terkena tendangan dan tinju dari jarak dekat. Tidak mungkin dia akan baik-baik saja.
"Ah, ah!"
Pria itu berdiri, pusing, dan seolah-olah seirama dengannya, kereta pun berhenti.
Kereta tiba di stasiun, dan saat itu pintu terbuka.
Dengan kepalan tangan kananku, aku dengan keras meninju wajah pria itu ke arah pintu yang terbuka.
"Guhah!"
Pria itu terlempar keluar dari kereta dan kehilangan kesadaran di lantai peron.
Meskipun pandangan mataku kosong, apakah kekuatan tinjuku tidak berkurang?
Dengan dua tinju dan satu tendangan, aku entah bagaimana berhasil menang.
Itu menakutkan, tetapi aku berhasil.
Aku berjalan melewati orang gila yang tumbang dan menuju ke gerbang tiket, berbaur dengan penumpang lain yang semuanya melarikan diri pada saat yang sama.
Aku lelah dan lapar. Aku tidak tahu kapan aku bisa pergi jika aku berdiri di hadapan polisi dan mengatakan bahwa aku telah memukulnya. Aku tidak ingin ditahan di malam yang dingin seperti ini.
Mari kita keluar dari sini dan pulang.
Aku meninggalkan stasiun dan menuju rumah, berbaur dengan penumpang lain.
Dalam perjalanan pulang, aku menyadari bahwa aku telah menjatuhkan jimat doaku di suatu tempat di dalam gerbong, tetapi aku tidak peduli lagi. Terlalu merepotkan untuk kembali sekarang.
Aku benar-benar lelah.
Keesokan harinya.
Aku turun untuk sarapan, dan ketika aku melihat TV di ruang tamu, aku membeku.
Karena di layar, ada pesan, "Telah terjadi! Insiden penyerangan tanpa pandang bulu oleh perusuh jalan kereta bawah tanah.” Apa-apaan ini?
Kerusuhan kemarin telah ditampilkan dalam siaran berita itu. Seperti yang sudah diduga, media massa tidak akan mengabaikannya.
Tidak mengherankan jika itu disiarkan di TV. Tapi itu tidak akan menjadi topik besar.
Itulah yang aku pikirkan, tetapi sebenarnya aku salah.
Aku berganti saluran televisi beberapa kali, tetapi semua programnya meliput “Insiden Penyerangan di Kereta Bawah Tanah” kemarin.
Hampir semua program berita pagi meliput kasus ini.
Tidak hanya di TV, situs jejaring sosial juga ramai dengan pemberitaan kasus itu. Itu bahkan menjadi tren di pagi hari.
Tapi itu sudah lewat, jadi itu bukan urusanku. Aku senang gadis cantik itu telah diselamatkan.
Menyusul ibu dan adikku yang sudah sarapan, aku pun mulai makan.
Aku tidak bisa melihat layar karena aku duduk membelakangi TV, tapi aku bisa mendengar suaranya.
Sejauh yang kudengar, ternyata tidak ada korban jiwa. Ada beberapa orang yang terluka parah atau ringan. Tapi semuanya masih hidup dan beristirahat di rumah sakit.
Syukurlah, syukurlah.
Ujian selesai, dan preman jalanan telah dikalahkan. Sementara Aku memikirkan itu, aku mendengarkan sebuah wawancara oleh seorang reporter pria.
“Baiklah, kali ini saya akan melakukan wawancara khusus dengan Kujo-san, seorang siswi kelas tiga SMP yang hampir diserang oleh setan jalanan. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk berbicara dengan saya.”
"Tidak, tidak. Tidak, tidak, tidak, tolong jangan khawatir tentang itu."
"Terima kasih banyak. Saya akan langsung ke intinya, oke? Saya mendengar bahwa Anda hampir diserang oleh orang gila semalam. Dan bagaimana Anda bisa melarikan diri?"
"Ya. Saya sangat ketakutan sehingga saya terjatuh dan tidak bisa melarikan diri. Ketika pria itu sudah berada didekatku, seorang siswa laki-laki datang untuk menyelamatkan saya. Dia berdiri di depan saya dan memberi saya waktu untuk melarikan diri. Berkat dia, saya bisa melarikan diri."
“Hum, anak yang sangat pemberani."
"Ya, dia. Dia memang pemberani! Kemudian dia menendang pria itu di dan melakukan pekerjaan dengan baik. Ketika staf stasiun dan polisi tiba, alasan pria itu tidak sadarkan diri adalah karena anak sekolah itu telah menendangnya!"
"Wow, ini pasti kisah terhebat dalam kehidupan siswa itu. Bukankah dia seorang pahlawan super?
"Ya, aku juga berpikir begitu!”
“Saya sering mendengar cerita tentang pahlawan super, tapi sepertinya tidak banyak orang yang pernah melihatnya, bukan?"
"Ya. Ya! Dia tidak menyebutkan namanya dan menghilang di kerumunan orang yang melarikan diri. Dan sejujurnya, sulit untuk menemukannya karena saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Jadi dengan wawancara ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya karena dia telah menyelamatkan saya saat itu!"
“Sangat romantis! Saya ingin tahu apakah perasaannya benar-benar sampai kepadanya?”
“Ugh!”
Aku tidak sengaja memuntahkan teh di mulutku sekeras yang ku bisa.
Seperti yang sudah kuduga.
Aku terkejut mendengar bahwa mereka bahkan berbicara tentangku dalam berita.
Aku menoleh ke TV dan melihat gadis kemarin di layar.
Aku tidak bisa mempercayainya. Bagaimana ini bisa menjadi sebuah keajaiban?
Aku sangat gugup sehingga Aku mulai berkeringat dingin, dan kemudian ibu dan adikku, yang sedang menonton berita, membuka mulut mereka.
“Akhir-akhir ini banyak sekali kejadian seperti ini, Bu. Ini sangat menakutkan. Aku tidak tahu harus berbuat apa jika aku terjebak dalamnya. Aku yakin itu adalah kereta yang sama dengan kereta yang kakak naiki kemarin."
"Tidak, tidak, aku berada di kereta satu pemberhentian sebelumnya, jadi aku tidak terluka."
Tentu saja. aku harus berbohong dan berpura-pura tidak tertarik.
Jika aku memberitahu mereka bahwa Aku adalah pahlawan super yang mereka tampilkan di TV, Aku akan mendapat masalah. Atau lebih tepatnya, mereka tidak akan mempercayaiku bahkan jika aku memberitahu mereka.
"Temanku kebetulan berada di kereta ini dan dia bilang itu buruk. Bukankah anak laki-laki itu terlalu keren?"
Michika, adik perempuanku kelas satu SMP, berkata pada ibuku yang duduk di sebelahnya dengan kilau di matanya.
"Ya~. Aku tidak percaya ada anak pemberani seperti itu. Dia terlalu keren. Aku berharap ayah dan anakku bisa belajar darinya."
"Itu benar~. Jika itu aku, aku akan sangat jatuh cinta padanya."
Rupanya, dari sudut pandang wanita, siswa laki-laki yang sedang ramai dibicarakan di berita itu tampak cukup keren.
Ngomong-ngomong, siswa laki-laki yang mereka bicarakan sekarang adalah aku, kan?